Konsep Dasar Pembelajaan Tematik
Tuesday, 3 April 2018
Add Comment
Konsep Dasar Pembelajaan Tematik
A. Konsep Dasar Pembelajaran TematikPembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. (Poerwadarminta, 1983).
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Dalam bukunya, Interdisciplinary Curriculum: Design and Implementation, Jacob (1989) menjelaskan bahwa tumbuh kembangnnya minat dan kebutuhan atas kurikulum terpadu (integrative curriculum) dipicu oleh sejumlah hal berikut ini.
1. Perkembangan pengetahuan
Perkembangan pengetahuan tumbuh sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan tersebut tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.
2. Fragmentasi jadwal pembelajaran (fragmented schedule)
Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibentengi oleh satuan waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan yang sedang berlangsung terpaksa harus diputus, dan segera berpindah pada pelajaran yang baru. Para siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa mempedulikan ketuntasan dan keutuhan.
3. Relevansi kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan tidak berguna, ketika mereka tidak mengerti untuk apa mempelajari Matematika, IPS, IPA, dan sebagainya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu sendiri, atau sekedar menghadapi tes dan ujian. Padahal, ketika bangun dipagi hari atau begitu menamatkan sekolah, anak dihadapkan pada sekeranjang masalah kehidupan nyata yang memerlukan pemecahan secara baik dan dari berbagai sudut pandang.
Persoalan itu pulalah yang kerap memicu perdebatan tentang apa tujuan pendidikan sekolah, apa yang harus dialami dan dipelajari anak, dan bagaimana semestinya pendidikan itu dilaksanakan. Kurikulum menjadi relevan dan bermakna ketika pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai siswa terkait satu sama lain.
4. Respons masyarakat terhadap fragmentasi pembelajaran
Ketika seorang caon dokter dididik menjadi dokter, ia tidak hanya diajar tentang hal-hal yang bersifat fisik, biologis, dan media, ia pun diajari pula tentang filosofi manusia, psikologi, etika, dan komunikasi yang dapat membekalinay dengan penyikapan terhadap manusia secara utuh.
Spesialisasi memang penting, tetapi pendulum akan tetap bergerak dan mengarah pada keseimbangan. Karena itu pula, interdisiplin akan membantu siswa untuk dapat lebih baik dalam mengintegrasikan pengetahuan dan strategibelajarnya guna menghadapi kompleksitas dunia.
Sifat keterhubungan antar-disiplin itu pada kenyataannya melahirkan sejumlah vasiasi yang memiliki makna yang tidak persis sama (Jacob, Ed., 1989, dan Pitts, dkk., 1991), di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Paralel disiplin: Pembelajaran yang mengurutkan suatu pelajaran dengan pelajaran lain berkenaan dengan suatu isu atau konsep yang sama.
b. Lintas disiplin atau crossdisclinary: Pembelajaran yang memandang suatu bidang studi dari perspektif bidang studi lain.
c. Pluridisiplin: Pembelajaran yang menghubungkan antardua bidang studi yang berbeda dengan menggunakan sebuah tema.
d. Multidisiplin: Pembelajaran yang bertolak dari suatu tema dengan mengusung satu bidang studi inti, dan menyertakan pula bidang studi lain. Tak ada upaya untuk menghubungkan antarbidang studi.
e. Interdisiplin: Pembelajaran yang secara sadar menghubungkan tujuan, isi, dan kegiatan belajar dari berbagai bidang studi yang berbeda untuk menggali sebuah tema.
f. Keterpaduan hari atau integradet-day: Program pembelajaran sehari (full-day program) yang didasarkan atas tema utama dan masalah yang muncul dari dunia anak. Penekanannnya pada suau pendekatan organik terhadap kehidupan kelas yang berfokus pada kurikulum yang digali dari pertanyaan dan minat anak.
g. Program lengkap atau complete program: pembelajaran yang bertolak dari kurikulum yang bersumber dari kehidupan sehari-hari siswa. Ini adalah bentuk terekstrem dari interdisiplin dan program integratif yang total karena kehidupan siswa sama dengan sekolah.
Dari berbagai istilah tersebut, Jacob lebih menyukai istilah interdisiplin sebagai payung karena memandang pengetahuan dan pendekatan kurikulum yang menerapkan secara sadar metodologi dan bahasa lebih dari satu disiplin utnuk menguji relevansi dan kebermaknaan tema sentral, isu, masalah, topik, atau pengalaman.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus pada suksesnay siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dilakukan pendidik.
Menurut aliran progresif, anak merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Dewey mengungkapkan bahwa Education is growth, development, and life. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu dan merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan pengetahuan pengalaman hidup.
Pengembangan pembelajaran terpadu di sekolah dasar didasari beberapa hal, yaitu:
a. Sesuai dengan penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistik.
b. Sesuai dengan potensi pengaitan mata pelajaran di sekolah dasar sehingga mampu membuahkan penguasaan isi pembelajaran secara utuh.
c. Idealisasi pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integratif. (Depdikbud, 1995:3).
B.Pengertian Pembelajaran Tematik
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari dua tokoh pendidikan yakni jacob (1989) dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan fagory (1991) dengan konsep pembelajaran terpadu.
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik baik dalam intramata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra maupun dalam mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembutan keputusan.
BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu, pendidik dituntut mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapt hidup di masyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar disekolah.
Oleh karena itu, pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibandingkan dengan keterampilan.
Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam berbagi tema.
Kata tema berasal dari kata yunani tithenai, yang berati “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya ,tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan” (Gorys keraf, 2001: 107)
Adapun pengertian luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang meliibatkan beberpa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan pembelajaran ini dapaat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar-mengajar. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, kimia, biologi, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain. Seperti IPS, bahasa, agama, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.
Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaraan yang memfasilitasi peserta didik untuk produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia disekitar mereka.
C. Landasan Pembelajaran Tematik
Adapun landasan pembelajaran tematik mencakup:
a. Landasan filosofis
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu:
Aliran Progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa
Aliran konstruktivisme melihat penglaman langsung siswa (direct expreriences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh ras ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
b. Landasan psikologis
Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan pserta didik dengan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar agar tingkat keluasaan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
c. Landasan yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2002 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V pasal 1-b).
D. Pembelajaran Tematik Integratif
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut:
1. Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi satu pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.
2. Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian materi-materi yang di pilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standart isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu di batasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.
3. Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan penbelajaran yang termuat dalam kurikulum.
4. Materi pembelajaran yang dapat di padukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
5. Materi awal yang di padukan tidak terlalu di paksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin di padukan tidak usah di padukan.
E. Karakteristik Pembelajaran Tematik.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
Berpusat pada siswa.
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator,yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untukmelakukan aktifitas belajar.
Memberikan pengalaman langsung.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini,siswa di hadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai asar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu
Dalam pelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran di arahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep –konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini di perlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari – hari .
Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang laennya.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Adapun karakteristik dari pembelajarantematik ini menurut TIM Pengembang PGSD , 1997 (Hesty, 2008). Adalah:
a. Holistik,
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik di amati dan di kaji dari beberapa bidang studi sekaligus,tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak.
b. Bermakna,
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar sesama yang di miliki oleh siswa ,yang gilirannya nanti akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang di pelajari.
c. Otentik
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin di pelajari.
d. Aktif,
Pembelajaran tematik di kembangkan dengan berdasar pada pendekatan “inquiry discovery” dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran ,mulai perencanaan,pelaksanaan,hingga proses evaluasi.
F. Rambu–rambu Pembelajaran Tematik
Adapun rambu–rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat di padukan, tidah harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menullis, dan berhitung serta penanaman nilai –nilai moral.
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteritik siswa, lingkungan, dan daerah
Prinsip –prinsip pemilihan tema sebagai berikut:
1. Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan
2. Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana, ketema-tema yang lebih rumit bagi anak-anak.
3. Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat
4. Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung, hendaknya dimasukkan dalamp embelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari
G. Kekuatan dan Keterbatasan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan pendekatan konvesional, yaitu sebagai berikut:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajarn terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berfikir dan sosial peserta
5. Pembelajarn terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat Dengan permasalahan yang sering ditemui dalamk ehidupan/lingkungan riil peserta didik.
6. Jika Pembelajarn terpadu di rancang bersama dapat meningkatkank erjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, pesertadidik/guru dengan narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dand alam konteks yang lebih
Selain itu, pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti penting, yakni sebagai berikut:
1. Menyenangkan, karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan
4. Menggembangkan keterampilan berpikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak
Di samping kelebihan, pembelajaran terpadu memiliki keterbatasan terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek Guru.
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta Didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relative “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan padakemapuan analistis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksplorati fdan elaborative (menemukandanmenggali). Jikakondisi ini tidak dimiliki, penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber Pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika sarana ini tidak dipenuhi, penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek Kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek Penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyedikan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordianasi dengan guru lain jika materi pembelajaran berasal dari guru yang berbeda.
Daftar Pustaka
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wati, Kurnia. 2013. Konsep Dasar Pembelajaran Tematik. http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/ (online), diakses: 11 Oktober 2014.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
ALANG AZIRU (031601225)
IKA ANGRAENI (031601226)
WA ODE NURMIN (031601249)
DESTY
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2018
Wati, Kurnia. 2013. Konsep Dasar Pembelajaran Tematik. http://uukurniawati.wordpress.com/2013/05/17/konsep-dasar-pembelajaran-tematik/ (online), diakses: 11 Oktober 2014.
0 Response to "Konsep Dasar Pembelajaan Tematik"
Post a Comment