PENGERTIAN PERSEPSI
Tuesday, 10 January 2017
Add Comment
A. Pengertian Persepsi
Persepsi yaitu sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna. Persepsi merupakan dasar belajar, berpikir, dan bertindak, dan penemuan mengenai proses-proses ini seringkali ditempatkan dalam penggunaan praktis. Sebuah pemahaman mengenai persepsi dapat juga membantu seseorang berpikir lebih kritis mengenai pengalamannya (Wade & Tavris, 2007).
Persepsi merupakan proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Moskowitz dan Ogel dalam Walgito, 2003).
Baca juga:
Persepsi sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Seseorang dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Dengan adanya perbedaan individu maka stimulus yang diterima siswa pada saat pembelajaran akan dipersepsi berbeda baik secara afeksi maupun kognisi. Ada siswa yang memiliki persepsi yang positif dan adapula siswa yang memiliki persepsi yang negatif terhadap pembelajaran (Kotler & Keller dalam Pramitasari, dkk, 2011).
Seseorang yang sedang mengalami proses persepsi dituntut untuk aktif yang ditunjukkan oleh prilaku jiwanya dengan penuh perhatian menggunakan kecakapan inderawinya untuk menyadari adanya rangsangan yang ditangkap. Proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut (Walgito, 2003):
1. Proses kealaman yaitu adanya obyek yang menimbulkan adanya stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.
2. Proses fisiologi ialah stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensorik ke otak.
3. Proses psikologis adalah terjadinya proses di otak sehingga individu dapat menyadari apa yang diterimanya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor yang mempengaruhi dalam menafsirkan kesan-kesan indera menjadi suatu persepsi ada tiga faktor, yaitu (Robbins dalam Simbolon, 2008):
1. Faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti: sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan (ekspektasi).
2. Faktor situasional seperti: waktu, keadaan/ tempat kerja dan keadaan sosial.
3. Faktor dalam target seperti: hal-hal yang baru, gerakan, bunyi, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan.
4. Faktor-faktor psikologis seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang itu mempersepsikan serta apa yang dia persepsikan.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh (Wade & Tavris, 2007):
1. Kebutuhan. Ketika seseorang membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau menginginkannya, orang itu akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini.
2. Kepercayaan. Apa yang seseorang anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi orang itu terhadap sinyal sensorik yang ambigu.
3. Emosi. Emosi dapat mempengaruhi interpretasi seseorang mengenai suatu informasi sensorik.
4. Ekspektasi. Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara seseorang mempersepsikan dunia.
Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut paut dengan persepsi sangat penting, karena makin baik suatu obyek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik obyek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat. Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan dan jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru (Slameto, 2010).
Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar ia dapat mengetahui siswanya secara lebih baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang efektif (Slameto, 2010):
1. Persepsi itu relatif bukannya absolut
Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Sehubungan dengan kerelatifan persepsi, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang kemudian. Seseorang akan menggigil kedinginan pertama kali ia terjun ke dalam kolam renang. Berdasarkan adanya kenyataan bahwa suatu persepsi itu bersifat relatif maka seorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.
2. Persepsi itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan. Berdasarkan prinsip ini, dalam memberikan pelajaran seorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa tidak terpikat pada bagian yang tidak penting ini.
3. Persepsi itu mempunyai tatanan
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas. Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik. Jika butir-butir pelajaran tidak tersusun baik, siswa akan menyusun sendiri butir-butir pelajaran tersebut dalam hubungan atau kelompok yang dapat dimengerti oleh siswa tersebut dan yang mungkin berbeda dengan yang dikehendaki oleh guru. Hasilnya adalah salah interpretasi atau salah pengertian.
4. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan dari si penerima pesan
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menyiapkan siswanya untuk pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama urutan-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelajaran tersebut. Jika hari pertama guru mengajak siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai, maka dapat dipastikan bahwa pada hari-hari berikutnya siswa akan menanti guru untuk memulai dengan doa sebelum pelajaran dimulai.
5. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru ini berarti bahwa agar dapat diperoleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki oleh kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan materi yang sama. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun metode yang akan mampu memberikan hasil yang sama pada kelas atau bahkan orang yang berbeda.
Persepsi yaitu sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi suatu pola bermakna. Persepsi merupakan dasar belajar, berpikir, dan bertindak, dan penemuan mengenai proses-proses ini seringkali ditempatkan dalam penggunaan praktis. Sebuah pemahaman mengenai persepsi dapat juga membantu seseorang berpikir lebih kritis mengenai pengalamannya (Wade & Tavris, 2007).
Persepsi merupakan proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Moskowitz dan Ogel dalam Walgito, 2003).
Baca juga:
Persepsi sangat beragam antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Seseorang dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Dengan adanya perbedaan individu maka stimulus yang diterima siswa pada saat pembelajaran akan dipersepsi berbeda baik secara afeksi maupun kognisi. Ada siswa yang memiliki persepsi yang positif dan adapula siswa yang memiliki persepsi yang negatif terhadap pembelajaran (Kotler & Keller dalam Pramitasari, dkk, 2011).
Seseorang yang sedang mengalami proses persepsi dituntut untuk aktif yang ditunjukkan oleh prilaku jiwanya dengan penuh perhatian menggunakan kecakapan inderawinya untuk menyadari adanya rangsangan yang ditangkap. Proses terjadinya persepsi adalah sebagai berikut (Walgito, 2003):
1. Proses kealaman yaitu adanya obyek yang menimbulkan adanya stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.
2. Proses fisiologi ialah stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensorik ke otak.
3. Proses psikologis adalah terjadinya proses di otak sehingga individu dapat menyadari apa yang diterimanya.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor yang mempengaruhi dalam menafsirkan kesan-kesan indera menjadi suatu persepsi ada tiga faktor, yaitu (Robbins dalam Simbolon, 2008):
1. Faktor dari karakteristik pribadi atau pemersepsi seperti: sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan (ekspektasi).
2. Faktor situasional seperti: waktu, keadaan/ tempat kerja dan keadaan sosial.
3. Faktor dalam target seperti: hal-hal yang baru, gerakan, bunyi, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan dan kesamaan.
4. Faktor-faktor psikologis seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang itu mempersepsikan serta apa yang dia persepsikan.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh (Wade & Tavris, 2007):
1. Kebutuhan. Ketika seseorang membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau menginginkannya, orang itu akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini.
2. Kepercayaan. Apa yang seseorang anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi orang itu terhadap sinyal sensorik yang ambigu.
3. Emosi. Emosi dapat mempengaruhi interpretasi seseorang mengenai suatu informasi sensorik.
4. Ekspektasi. Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara seseorang mempersepsikan dunia.
Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkut paut dengan persepsi sangat penting, karena makin baik suatu obyek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik obyek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat. Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan dan jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru (Slameto, 2010).
Berikut ini beberapa prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang guru agar ia dapat mengetahui siswanya secara lebih baik dan dengan demikian menjadi komunikator yang efektif (Slameto, 2010):
1. Persepsi itu relatif bukannya absolut
Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Sehubungan dengan kerelatifan persepsi, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang kemudian. Seseorang akan menggigil kedinginan pertama kali ia terjun ke dalam kolam renang. Berdasarkan adanya kenyataan bahwa suatu persepsi itu bersifat relatif maka seorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari siswanya untuk pelajaran berikutnya karena guru tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh siswa dari pelajaran sebelumnya.
2. Persepsi itu selektif
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan. Berdasarkan prinsip ini, dalam memberikan pelajaran seorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberi tekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapat menentukan bagian pelajaran yang tidak penting sehingga dapat dihilangkan agar perhatian siswa tidak terpikat pada bagian yang tidak penting ini.
3. Persepsi itu mempunyai tatanan
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas. Bagi seorang guru, prinsip ini menunjukkan bahwa pelajaran yang disampaikan harus tersusun dalam tatanan yang baik. Jika butir-butir pelajaran tidak tersusun baik, siswa akan menyusun sendiri butir-butir pelajaran tersebut dalam hubungan atau kelompok yang dapat dimengerti oleh siswa tersebut dan yang mungkin berbeda dengan yang dikehendaki oleh guru. Hasilnya adalah salah interpretasi atau salah pengertian.
4. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan dari si penerima pesan
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menyiapkan siswanya untuk pelajaran-pelajaran selanjutnya dengan cara menunjukkan pada pelajaran pertama urutan-urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam pelajaran tersebut. Jika hari pertama guru mengajak siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai, maka dapat dipastikan bahwa pada hari-hari berikutnya siswa akan menanti guru untuk memulai dengan doa sebelum pelajaran dimulai.
5. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama
Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Bagi seorang guru ini berarti bahwa agar dapat diperoleh persepsi yang kurang lebih sama dengan persepsi yang dimiliki oleh kelas lain yang telah diberikan materi pelajaran serupa, guru harus menggunakan materi yang sama. Dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun metode yang akan mampu memberikan hasil yang sama pada kelas atau bahkan orang yang berbeda.
0 Response to "PENGERTIAN PERSEPSI"
Post a Comment