3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Bagi Anak
Friday, 13 January 2017
Add Comment
3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Diajarkan Kepada Anak_
Keterampilan Sosial adalah pola tingkah laku yang ditunjukan seseorang
dalam berinteraksi dilingkungan masyrakat dan cenderung bersifat
positif. keterampilan sosial sangat penting untuk diajarkan kepada anak
karena lingkungan masyarakatlah yang akan menjadi muara dalam melakukan
aktivitasnya. melalui lingkungan sekolah dan keluarga anak-anak mesti
dibekali bagaimana melakukan interaksi yang baik dilingkungan
masyarakat.
Baca juga:
Namun tak jarang kita menemukan anak yang kakuh dalam melakukan interaksi dalam masyarakat mungkin karena mereka belum terbiasa atau memang tidak dibekali ilmu yang memadai dalam berinterkasi di masyarakat. dan tak jarang juga beberapa keterampilan sosial yang kurang dikuasai anak, keterampilan apa sajakah yang biasanya kurang dikuasai oleh anak-anak? biasanya Keterampilan yang kurang dikuasai anak-anak termasuk berbagi, berperan serta, dan komunikasi, padahal keterampilan itu sangat penting bagi anak. untuk itu kami akan mengulas dengan seksama 3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Bagi Anak berikut ulasannya.
3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Bagi Anak
1. Keterampilan Berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Menjadi bos terhadap siswa lain, berbicara tanpa henti, dan melakukan sendiri seluruh pekerjaan kelompok adalah contoh-contoh ketidakmampuan siswa untuk berbagi. Siswa-siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadap kerja kelompok mereka. Siswa-siswa ini perlu belajar manfaat berbagi dan bagaimana mengendalikan perilaku mereka (Ibrahim dkk ,2000: 48).
2. Keterampilan Berperan Serta
Sejumlah siswa yang mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain malah tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Kadang-kadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Seringkali siswa-siswa malu itu sangat pandai dan dapat bekerja sendiri dengan baik atau dengan orang lain. Siswa yang tersisihkan adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok. Akhirnya, ada siswa tertentu yang memilih, dengan alasan apapun, untuk bekerja sendiri dan menolak berperan serta dalam kegiatan-kegiatan kelompok kooperatif (Ibrahim dkk ,2000: 50).
3. Keterampilan Komunikasi
Ibrahim dkk (2000: 52) mengungkapkan bahwa semua orang pernah mengalami kesulitan dalam memerikan ide-ide atau perasaan sehingga ide-ide atau perasaan itu dipersepsi secara akurat oleh pendengar, dan secara akurat pula, orang mengalami kesulitan yang sama dalam mendengarkan dan menafsirkan apa yang dikatakan orang lain kepada kita. Kelompok kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu ditandai miskomunikasi. Lebih lanjut Ibrahim dkk (2000: 52) menyatakan ada empat keterampilan komunikasi agar tidak terjadi miskomunikasi, yaitu mengulang dengan kalimat sendiri, memerikan perilaku, memerikan perasaan, dan mengecek kesan. Keempat keterampilan tersebut adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam setting kelompok.
Baca juga:
Namun tak jarang kita menemukan anak yang kakuh dalam melakukan interaksi dalam masyarakat mungkin karena mereka belum terbiasa atau memang tidak dibekali ilmu yang memadai dalam berinterkasi di masyarakat. dan tak jarang juga beberapa keterampilan sosial yang kurang dikuasai anak, keterampilan apa sajakah yang biasanya kurang dikuasai oleh anak-anak? biasanya Keterampilan yang kurang dikuasai anak-anak termasuk berbagi, berperan serta, dan komunikasi, padahal keterampilan itu sangat penting bagi anak. untuk itu kami akan mengulas dengan seksama 3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Bagi Anak berikut ulasannya.
1. Keterampilan Berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Menjadi bos terhadap siswa lain, berbicara tanpa henti, dan melakukan sendiri seluruh pekerjaan kelompok adalah contoh-contoh ketidakmampuan siswa untuk berbagi. Siswa-siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadap kerja kelompok mereka. Siswa-siswa ini perlu belajar manfaat berbagi dan bagaimana mengendalikan perilaku mereka (Ibrahim dkk ,2000: 48).
Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk
mengajarkan keterampilan berbagi adalah Round robin. Menurut Ibrahim dkk
(2000: 49), Round robin merupakan suatu kegiatan yang mengajarkan siswa
bagaimana menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok. Prosesnya amat
sederhana. Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan suatu pertanyaan yang
mempunyai banyak jawaban. Kemudian siswa diminta untuk mengajukan sumbangan
pikiran. Satu siswa mulai, mengemukakan sumbangan pikiran, dan giliran
mengemukakan pendapat diteruskan ke siswa berikutnya, melakukan hal yang sama.
Menyumbang pendapat bergiliran itu berlanjut sampai setiap orang di dalam
kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara
(Ibrahim dkk, 2000: 49).
Sejumlah siswa yang mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain malah tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Kadang-kadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Seringkali siswa-siswa malu itu sangat pandai dan dapat bekerja sendiri dengan baik atau dengan orang lain. Siswa yang tersisihkan adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok. Akhirnya, ada siswa tertentu yang memilih, dengan alasan apapun, untuk bekerja sendiri dan menolak berperan serta dalam kegiatan-kegiatan kelompok kooperatif (Ibrahim dkk ,2000: 50).
Untuk meredam semangat siswa bekerja sendiri,
menuru Ibrahim dkk (2000: 47), salah satu caranya adalah membeda-bedakan peran dalam suatu kelompok.
Contohnya, satu siswa mungkin bertanggung jawab untuk pengetikan laporan di
komputernya, siswa lain membuat transparansi untuk digunakan dalam presentasi.
Setiap anggota kelompok melakukan suatu tugas spesifik, namun keberhasilan
kelompok itu sebagai keseluruhan bergantung pada tindakan-tindakan kooperatif
dari seluruh anggota.
Ibrahim dkk (2000: 52) mengungkapkan bahwa semua orang pernah mengalami kesulitan dalam memerikan ide-ide atau perasaan sehingga ide-ide atau perasaan itu dipersepsi secara akurat oleh pendengar, dan secara akurat pula, orang mengalami kesulitan yang sama dalam mendengarkan dan menafsirkan apa yang dikatakan orang lain kepada kita. Kelompok kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu ditandai miskomunikasi. Lebih lanjut Ibrahim dkk (2000: 52) menyatakan ada empat keterampilan komunikasi agar tidak terjadi miskomunikasi, yaitu mengulang dengan kalimat sendiri, memerikan perilaku, memerikan perasaan, dan mengecek kesan. Keempat keterampilan tersebut adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam setting kelompok.
Seringkali dalam interaksi
kelas, siswa tidak saling mendengarkan satu terhadap yang lain. Melainkan,
mereka duduk di dalam kelas menunggu giliran untuk berbicara atau di dalam
kelompok kecil, berbicara atau menginterupsi terus menerus. Cara agar siswa
aktif mendengar selama diskusi kelas berlangsung adalah dengan tegas meminta
seorang siswa sebelum berbicara, siswa itu pertama-tama harus mengulang dengan
kalimatnya sendiri apa yang dikatakan oleh siswa yang baru saja mengakhiri
berbicara (Ibrahim dkk,
2000: 52).
Demikianlah
sedikit ulasan singkat 3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Bagi
Anak, yang bisa menjadi bahan masukkan bagi pembaca untuk membekali
siswa atau anak beberapa keterampilan sosial yang penting bagi seperti
yang terdapat di artikel: 3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Bagi Anak; Semoga bermanfaat
0 Response to "3 Keterampilan Sosial Yang Sangat Penting Bagi Anak"
Post a Comment