10 Model Pembelajaran IPA Di SD
Saturday, 10 December 2016
Add Comment
10 Model Pembelajaran IPA Di SD_ Model pembelajaran adalah suatu pola belajar yang diterapkan oleh guru mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. penerapan model pembelajaran di SD agar pola atau struktur pembelajaran lebih terarah dan tak melenceng dari tujuan pembelajaran. ada begitu banyak model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam mendidik dan mengajar siswanya termasuk siswa sekolah dasar (SD).
Model pembelajaran di SD ada begitu banyak namun tidak semua model pembelajaran cocok atau tepat diterapakan pada setiap mata pelajaran karena ada model pembelajaran yang memang hanya cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran tertantu. sehingga guru dalam memilih model pembelajaran tertentu harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang akan diajarkan.
Salah satu mata pelajaran yang memiliki banyak model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada saat pembelajaran berlangsung adalah mata pelajaran IPA. mata pelajaran IPA lebih mengarah kepada kondisi kehidupan sehari-hari siswa atau kondisi lingkungan sekitar siswa sehingga dalam memilih model pembelajaran IPA di SD harus yang lebih menonjolkan aspek realistik bukan bersifat abstrak.
Model pembelajaran IPA di SD juga memiliki berbagai pendekatan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga guru dituntut untuk bisa lebih selektif dalam memilih model pembelajaran IPA yang sesuai dengan tema pelajaran yang akan diajarkan, karena selain akan lebih relevan juga akan lebih berpotensi dalam tercapainya tujuan pembelajaran IPA di SD.
Jadi model pembelajaran apa saja yang cocok untuk mata pelajaran IPA di SD secara umum? berikut ulasan singkat 10 Model-model Pembelajaran IPA Di SD
10 Model Pembelajaran IPA Di SD
1. Model Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI)
Fase atau Langkah-Langkah Siklus BelajarFase-fase siklus belajar sains (the science learning cycle) dengan penjelasan fase-fasenya sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI)
Pengertian Model Pembelajaran Somatic Auditory Visula Intelectual (SAVI) menurut Dewiyani (2012) dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Somatic berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang berarti tubuh. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan indera peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta mengerakkan tubuh ketika belajar atau bergerak dan berbuat. Menurut Dave Meier pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh. langkah-langkah model pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) memiliki empat tahap yaitu : 1) Pertama, persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. 2) Kedua, penyampaian Tujuan tahapan ini adalah membentuk pembelajar menentukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok semua gaya belajar. 3) Ketiga, pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintagrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketempilan baru dengan berbagai cara. 4) Keempat, penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membentuk pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.
2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Landasan filosofi CTL adalah :
a. konstruktivisme artinya filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan harus utuh.
b. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke 20 yaitu filosofi belajar yang menekankan kepada pengembangan minat dan pengalaman siswa
3. Model Pembelajaran Kolaboratif
Ciri-ciri dari Model Pembelajaran Kolaboratif yaitu adanya kerja sama dua orang atau lebih, memecahkan masalah bersama, sertamencapai tujuan tertentu
Bentuk-Bentuk Belajar Collaborative
a. Student Teams Achievement Divisions (Stad):
- Sajian Guru
- Diskusi Kelompok siswa
- Tes/Kuis/Silang tanya antar kelompok
- Penguatan Guru
b. Student Teams Achievement Devision (STAD)
Mencakup lima langkah pokok:
- Presentasi guru,perhatian cermat siswa, membantu quis
- Tim (kelompok):
a. Fungsi utama :membantu anggota mengerjakan quis dengan baik
b. Anggota mengerjakan SST yang terbaik untuk tim
- Presentasi Guru satu atau dua pereode
- Satu atau dua periode praktek kelompok,ada quis individual
- Siswa tidak diijinkan saling bantu
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Konsep Pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan interaksi yang asah, asih dan asuh, sehingga tercipta masyarakat belajar sehingga memungkinkan siswa untuk tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
Teknik Pembelajaran Kooperatif
a. Metode STAD (Student Teams Achievement Division)
untuk mengajarkan kepada siswa baik verbal maupun tertulis.
Berikut adalah langkah-langkah metode STAD :
1. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
2. Tiap anggota menggunakan lembar kerja akademik kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim.
3. Tiap minggu atau 2 minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan.
4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap materi, yang meraih prestasi tinggi diberi penghargaan.
b. Metode Jigsaw, yaitu dengan kelompok ahli
Metode ini dikembangkan oleh Slavin dkk. Langkah- langkah dari metode ini adalah sebagai berikut:
1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim/kelompok anggotanya 5-6 yang karakteristiknya heterogen.
2. Bahan yang disajikan bentuk teks, tiap siswa bertanggung jawab mempelajari.
3. Setiap kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab mengkaji bagiannya. Bila berkumpul disebut kelompok pakar.
4. Para siswa yang ada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota baru mengenai materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang pernah di pelajari.
6. Pemberian skor diberikan / dilakukan seperti dalam metode STAD. Nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.
c. Metode TGT ( Teams Games Tournament)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1.Pembelajaran terpusat pada siswa
2. Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3. Pembelajaran bersifat aktif (siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)
4. Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5. Dalam kompetisi diterapkan system point
6. Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik
7. Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
8. Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9. Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak
5. Model Pembelajaran Quantum Teaching
Proses pembelajaran quantum teaching intinya pembelajaran yang menyenangkan, kreatif tidak membosankan.
Karakteristik Umum Pembelajaran Quantum
a. Berpangkal pada psikologi kognitif
b. Bersifat Humanistis bukan positivistis-empiris
c. Siswa sebagai pebelajar menjadi pusat perhatian.
d. Lebih bersifat pada konstruktivistis
e. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna.
f. Sangat menekankan pada pencapaian pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
g. Sangat menekankan kealamiyahan dan kewajaran proses pembelajaran.
6. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu materi guna mencapai kompetensi tertentu. Tema adalah suatu bidang yang luas, yang menjadi fokus pembahasan dalam pembelajaran. Topik adalah bagian dari tema / sub tema. Keunggulan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran lebih mudah memahami apa & mengapa mereka belajar
b. Hubungan antara konten & proses lebih jelas
c. Mempercepat transfer konsep lintas bidang studi
d. Belajar secara mendalam dan meluas
e. Penggunaan waktu efektif
f. Mengembangkan sikap positif
7. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Model Pembelajaran Konstruktivisme merupakan suatu model pembelajaran dimana seseorang aktif membangun pengetahuannya sendiri
Landasan Teori :
a. Siswa mengkonstruksi idea berdasarkan pengalaman dan interaksi dng sumber belajar
b. Hasil belajar dapat ditampilkan dengan berbagai cara.
Langkah-langkah dari model pembelajaran ini adalah:
a. Orientasi, Penggalian Idea,
b. Restrukturisasi Idea,
c. Aplikasi Idea,
d. Reviu,
e. Membandingkan
8. Model pembelajaran berbasis pengalaman (Experiential Learning)
Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiential Learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu; 1) mengubah struktur kognitif siswa, 2) mengubah sikap siswa, dan 3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu; 1) tahapan pengalaman nyata, 2) tahap observasi refleksi, 3) tahap konseptualisasi, dan 4) tahap implementasi. Keempat tahap tersebut oleh David Kolb (1984).
9. Model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle)
Siklus belajar ( learning cycle ) merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori Piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi model pembelajaran konstruktivis. Model ini dikembangkan oleh Robert Karplus dan koleganya dalam rangka memperbaiki kurikulum sains SCIS ( Science Curriculum Improvement Study) dengan tahapan-tahapannya : exploration, invention dan discovery, namun kemudian dikembangkan oleh Charles R. Barman dengan tahapan-tahapannya : exploration phase, concept introduction, dan concept application. Selanjutnya model ini kemudian dikembangkan lagi dan dewasa ini lebih dikenal dengan model siklus belajar sains 4-E ( 4-E science learning cycle ), dengan tahapan-tahapan : exploration phase, explanation phase, expansion phase, evaluation phase (Carin 1993:87)
Fase I. Exploration (penyelidikan)
Pada fase ini para siswa belajar melalui keterlibatan dan tindakan-tindakan, gagasan-gagasan mereka dan hubungan-hubungan dengan materi baru diperkenalkan dengan bimbingan guru yang minimal agar memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan sebelumnya, mengembangkan minat, menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu terhadap materi itu. Materi perlu disusun secara cermat sehingga sasaran belajar itu menggunakan konsep dan gagasan yang mendasar. Selama fase ini guru menilai pemahaman para siswa terhadap sasaran pelajaran. Menurut Bybee bahwa, tugas guru disini tidak boleh memberitahukan atau menerangkan konsep.
Fase II. Explanation (Pengenalan)
Pada fase ini para siswa kurang terpusat dan ditunjukkan untuk mengembangkan mental. Tujuan dari fase ini guru membantu para siswa memperkenalkan konsep sederhana, jelas dan langsung yang berkaitan dengan fase sebelumnya, dengan berbagai strategi para siswa disini harus terfokus pada pokok penemuan konsep-konsep yang mendasar secara kooeperatif dibawah bimbingan guru (guru sebagai fasilitator) mengajukan konsep-konsep itu secara sederhana, jelas dan langsung.
Fase III.Expansion (Perluasan)
Pada fase ini para siswa mengembangkan konsep-konsep yang baru dipelajari untuk diterapkan pada contoh-contoh lain, dipakai sebagai ilustrasi konsep intinya dapat membantu para siswa mengembangkan gagasan-gagasan mereka dalam kehidupannya.
Fase IV. Evaluation (Evaluasi)
Pada fase ini ingin mengetahui penjelasan para siswa terhadap siklus pembelajaran ini. Evaluasi dapat berlangsung setiap fase pembelajaran, untuk menggiring pemahaman konsep juga perkembangan keterampilan proses. Evaluasi bukan hanya pada akhir bab. Dari fase-fase yang disebutkan di atas menurut Carin dan Martin tujuan paedagoginya adalah sama.
10. Model pembelajaran mind mapping
Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide, untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara.(Svantesson, 2004 : 1).
Langkah-Langkah Pembuatan Mind Mapp
Hal-hal yang harus dipersiapkan ketika akan membuat atau menggunakan metode mind mapping adalah :
>Kertas kosong tak bergaris.
>Pena atau spidol berwarna-warni.
>Otak dan imajinasi.
> Buku sumber sebagai salah satu sumber bagi siswa.
Demikianlah 10 Model Pembelajaran IPA Di SD
0 Response to "10 Model Pembelajaran IPA Di SD"
Post a Comment