KONSEP PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MANUSIA
Friday, 24 June 2016
Add Comment
a.
Definisi
Perkembangan Sosial Manusia
Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok, moral, dan terhadap suatu tradisi yang ada. Krena itu, untuk mencapai
kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan
orang lain. Kemampuan ini tentunya dapat diperoleh melalui berbagai kesempatan
atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik pergaulannya
dengan orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Sebagaimana
pendapat William James & C. H. Cooley, bahwa perkembangan individu manusia
erat sekali dengan perkembangan masyarakat di lingkungannya. Makin wajar
hubungan sosial individu dalam lingkungan pertama, makin berkembanglah
kecakapan sosialnya, keseimbangan pribadinya, makin produktif pula ia dalam
kegiatan kelompoknya.
Memainkan peran sosial yang dapat
diterima oleh setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah
ditentkan dengan skema oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Perkembangan
sikap sosial untuk bermasyarakat/bergaul dengan baik harus menyukai pribadi
manusia lainnya dan aktivitas sosial yang ada. Ketika mereka dapat
melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan dapat
diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.
b.
Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Perkembangan Sosialemosional pada Manusia
Dalam buku Educational Psychology; Windows on
Classrooms karya Paul eggen & Don Kauchak disebutkan bahwa ada dua hal yang
turut memengaruhi pola perkembangan sosialemosional manusia yang turut hadir dalam
perjalanan aktivitas kehidupannya, antara lain:
a)
Faktor harga diri dan etnis
Penelitian
menunjukkan bahwa budaya memainkan peran penting
dalam pengembangan harga diri di masa muda minoritas. Seperti konsep
diri. peneliti telah menemukan bahwa minoritas harga diri adalah beragam, yang terdiri dari dua komponen utama yakni kedudukan suatu pribadi dan adanya rasa kebersamaan (Wright &
Taylor, 1995).
Harga diri yang mengacu pada persepsi anak-anak dari
nilai relatif dari kelompok mana mereka berasal. Bagi kita semua, keanggotaan
kita dalam keluarga, kelompok sebaya, dan semua kelompok etnis berkontribusi untuk rasa harga diri.
Ketika kita (dan lain-lain) menganggap kelompok ini status kita dihargai dan merasa dimiliki, maka pada saat itu harga diri mengalami peningkatan.
b)
Kebanggaan etnis dan
pembentukan identitas
Keanggotaan dalam kelompok
etnis juga mempengaruhi proses pembentukan identitas. Ini efek yang seseorang dan
apa yang dia akan menjadi. Bagi banyak pemuda minoritas, lingkungan, keluarga
dan teman-teman berpengaruh penting untuk membentuk identitas mereka.
Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang didorong dan dibantu untuk mengeksplorasi identitas
etnis mereka. Maka
mereka akan memiliki harga diri yang lebih tinggi dan memiliki
pandangan yang lebih positif akan kemampuan mereka dalam mengatasi segala persoalan yang
ada di lingkungan mereka (Phinney, 1989; Phinney &
Alipuria, 1990).
c.
Tahapan
Perkembangan Psikososial Manusia Menurut Erikson
Dalam
teori Erikson (1968) mengenai psikososial mengklasifikasikan delapan tahap
perkembangan yang terungkap ketika manusia melalui rentang kehidupan. Setiap
tahap terdiri atas tugas perkembangan yang dihadapi individu dengan krisis.
Bagi Erikson, setiap krisis bukan bencana melainkan titik balik peningkatan
kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi setiap
krisis, akan lebih sehat individu secara psikologis. Setiap tahap memiliki
kedua sisi positif dan negatif.
a)
Tahap “kepercayaan vs
ketidakpercayaan”.
Tahap ini merupakan
tahap psikososial pertama Erikson. Hal ini terjadi pada tahun pertama
kehidupan. Perkembangan kepercayaan membutuhkan pemeliharaan yang penuh
pengasuhan dan kehangatan. Hasil positifnya adalah perasaan nyaman dan minim
rasa takut. Ketidakpercayaan terjadi ketika bayi diperlakukan terlalu negatif
dan diabaikan.
b)
Tahap “otonomi vs malu
dan ragu”.
Tahap ini merupakan
tahap psikososial kedua Erikson. Hal ini terjadi pada akhir masa bayi dan
balita. Setelah memperoleh kepercayaan pengasuh mereka, bayi mulai menemukan
bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka menyatakan kemerdekaan
mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika bayi terlalu banyak dibatasi atau
dihukum terlalu keras, mereka akan mengembangkan rasa malu dan keraguannya.
c)
Tahap “inisiatif vs
rasa bersalah”.
Tahap ini merupakan
tahap psikososial ketiga Erikson. Hal ini sesuai dengan masa anak usia dini,
sekitar usia sampai 5 tahun. Ketika anak- anak mengalami dunia sosial yang
melebar, mereka ditantang lebih dari mereka sebagai bayi. Untuk mengatasi
tantangan ini, mereka harus terlibat secara aktif, perilakunya yang memiliki
tujuan yang melibatkan inisiatif. Anak-anak akan mengembangkan perasaan bersalah
yang tidak nyaman jika mereka melihat diri mereka sebagai tidak bertanggung
jawab atau dibuat merasa terlalu cemas.
d) Tahap
“industri dan inferioritas”.
Tahap ini merupakan
tahap psikososial keempat Erikson. Hal ini sesuai kira- kira dengan masa sekolah
dasar, dari usia 6 tahun hingga pubertasatau remaja awal. Ketika mereka pindah
ketahun sekolah dasar, anak mengarahkan energy mereka terhadap pengetahuan dan
menguasai keterampilan intelektual. Bahanya di tahun-tahun sekolah dasar adalah
berkembangnya rasa rendah diri, tidak produktif, dan ketidakmampuan.
e)
Tahap “identitas vs
kebingungan identitas”.
Tahap ini merupakan
tahap psikososial kelima Erikson. Hal ini sesuai dengan masa remaja. Remaja
mencoba untuk mencari tahu siapa mereka, mengenai tentang apa mereka semua, dan
di mana mereka akan hidup. Mereka dihadapkan dengan banyak peran baru dan
status dewasa (seperti kejuruan dan romatis). Remaja perlu diizinkan untuk
mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk mencapai identitas yang sehat. Jika
mereka tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan gagal untuk mengukir
jalan yang positif di masa depan, mereka akan tetap bingung mengenai identitas
mereka.
f)
Tahap “keintiman vs
isolasi”.
Tahap ini merupakan
tahap psikososial keenam Erikson. Hal ini sesuai dengan masa dewasa awal, dua
puluhan dan tiga puluhan. Tugas perkembangan adalah untuk membentuk hubungan
positif yang erat dengan orang lain. Hal yang bahaya dalam tahap ini adalah
bahwa seseorang akan gagal untuk membentuk hubungan intim dengan pasangan romantis
atau teman dan menjadi terisolasi secara sosial.
g)
Tahap “pembangkitan vs
stagnasi”.
Tahap ini merupakan
tahap psikososial ketujuh Erikson. Hal ini sesuai dengan masa dewasa
pertengahan, empat puluhan, dan lima puluhan. Pembangkitan berarti menstransmisi
sesuatu yang positif kepada generasi berikutnya. Hal ini dapat melibatkan peran
seperti pengasuhan dan pengajaran di mana orang dewasa membantu generasi
berikutnya dalam mengembangkna hidup yang bermanfaat. Erikson menggambarkan
stagnasi sebagai perasaan yang telah tidak melakukan apa-apa lagi untuk
membantu generasi berikutnya.
h)
Tahap “integritas vs
putus asa”.
Tahapa ini merupakan
tahap kedelapan atau tahap yang terakhir dari teori psikososial Erikson. Hal
ini sesuai dengan masa dewasa akhir, tahun enam puluhan sampai mati. Orang
dewasa cenderung untuk meninjau kehidupan mereka, mencerminkan pada apa yang
telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif positif, mereka mengembangkan
rasa integritas. Artinya, mereka melihat hidup mereka sebagai hidup yang
terintegrasi secara positif dan layak. Sebaliknya, orang dewasa menjadi putus
asa jika melirik ke belakang mereka, terutama mengenai hal negatif.
TABEL TAHAP PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL ERIKSON
TAHAPAN
PERKEMBANGAN
|
PERIODE
PERKEMBANGAN
|
Integritas vs Putus Asa
|
Masa
dewasa akhir (usia 60-an tahundan seterusnya)
|
Pembangkitan vs Stagnasi
|
Dewasa
tengah (usia antara 40-an tahun atau usia 50-an tahun)
|
Keintiman vs Isolasi
|
Awal
dewasa (usia 20-an tahun atau usia 30-an tahun)
|
Identitas vs Kebingungan
|
Masa
remaja (usia 10 tahun hingga 20 tahun)
|
Industri vs Inferioritas
|
Tengah
dan akhir masa kanak-kanak (masa SD, 6 tahun hingga pubertas)
|
Inisiatif vs Rasa Bersalah
|
Anak
usia dini (usia prasekolah sekitar 3 hingga 5 tahun)
|
Otonomi vs Malu dan Ragu
|
Masa
bayi (1 tahun hingga 3 tahun)
|
Kepercayaan vs Ketidakpercayaan
|
Tahun
pertama masa bayi
|
0 Response to "KONSEP PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MANUSIA"
Post a Comment