PENGERTIAN METODE SAS
Monday, 11 April 2016
Add Comment
PENGERTIAN METODE SAS
Metode Sturuktur Analisis Sintesis (SAS) merupakan metode yang
dikembangkan oleh PKMM (Pembaharuan Kurikulum Dan Metode Mengajar) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974. Metode ini
terutama dikembangkan dalam pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar
meskipun di kembangkan pula di tingkat sesudahnya dan dalam mata pembelajaran
lainya.
Dalam proses operasionalnya, metode SAS mempunyai langkah-langkah
dengan urutan sebagai berikut : (a) strukutur, menampilkan keseluruhan, (b)
analisis, melakukan proses penguraian, (c) sintesis, melakukan penggabungan
kembali pada struktur semula
Linda
Puspita, dkk (2000: 24) menyatakan bahwa, metode SAS merupakan salah satu jenis
metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca bagi siswa
pemula. Pembelajaran membaca dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan
dua tahap, yakni menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula
anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.
Hal ini dimaksudkan untuk membanguan konsep-konsep “kebermaknaan” pada diri
anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajaran membaca dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari
pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan
belajar-mengajar (KBM) membaca yang sesungguhnya dimulai, guru dapat melakukan
pra-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan gambar,
benda nyata, tanya jawab in-formal untuk menggali bahasa siswa. Setelah
ditemukan suatu struktur kalimat yang dianggap cocok untuk materi membaca
dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.
Kemudian,
melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat
utuh dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan
ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses
penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada wujud
satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Dengan demikian, proses penguraian/pengalisisan dalam pembelajaran membaca
dengan metode SAS, meliputi : (1). kalimat menjadi kata-kata, (2), kata menjadi
suku-suku kata, dan (3) suku kata menjadi huruf-huruf.
Metode SAS bersumber dari ilmu jiwa Gestalt, suatu aliaran dalam
ilmu jiwa totalitas yang timbul sebagai reaksi atas ilmu jiwa unsur. Psikologi
Gestalt menganggap segala penginderaan dan kesadaran sebagai suatu keseluruhan.
Artinya, keseluruhan lebih tinggi nilaianya dari pada jumlah bagian
masing-masing. Jadi, pengamatan pertama atau penglihatan orang-orang atas
sesuatu bersifat menyeluruh atau global.
A. Landasan
metode SAS
Subana, (Tanpa tahun: 178-180) Pengembangan metode SAS dilandasi
oleh filsafat strukturalisme, psikologi gestalt, landasan pedagogik, dan
landasan kebahasaan.
(a) Landasan
filsafat strukturalisme
Filsafat strukruralisme merupakan bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia merupakan suatau struktur yang terdiri atas berbagai komponen yang
terorganisasikan secara teratur. Setiap komponen terdiri atas bagian yang lebih
kecil, yang satu dengan yang lainnya saling bekaitan. Karena merupakan suatu sistem
yang berstruktur, bahasa sesuai dengan pandangan dan prinsip strukturalisme.
(b) Landasan
psikologi Gastalt
Psikologi Gestalt merumuskan bahwa menulis mengenal sesuatu di
luar dirinya melalui bentuk keseluruhan ( totalitas ). Penganggapan manusia
terhadap sesuatu yang berada di luar dirinya mula-mula secara global, kemudian
mengenali bagian-bagiannya. Makin sering seseorang mengamati suatu bentuk,
makin tampak pula dengan jelas bagian-bagiannya. Penyadaran manusia atas
bagian-bagian dari totalitas bentuk itu merupakan proses analisis sintesis.
Jadi, proses analisis sintesis dalam diri manusia adalah proses yang wajar
karena manusia memiliki sifat melik ( ingin tahu ).
(c) Landasan
pedagogis
1. Mendidik adalah membantu siswa untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya serta pengalamnnya. Dalam
membelajarkan siswa, guru harus mampu membimbing siswa untuk mengembangkan kedua
potensi itu, khususnya dalam aspek bahasa dan kebahasaaan.
2. Membimbing siswa untuk menemukan jawaban
dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan prinsip metode SAS yang
mengemukakan bahwa mendidik pada dasarnya mengorganisasikan potensi dan pengalaman
siswa.
(d) Landasan
linguistik
Secara totalitas, bahasa adalah tuturan dan bukan tulisan. Fungsi
bahasa adalah alat komunikasi maka selayaknya bila bahasa ini membentuk
percakapan.
Bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Unsur bahasa dalam
metode ini adalah kalimat. Karena sebagaian besar penutur bahasa adalah penutur
dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa Indonesia, penggunaan metode SAS dalam
membaca dan menulis permulaan sangat tepat digunakan. Pembelajaran yang di anjurkan
adalah analisis secara normative, artinya siswa diajak untuk membedakan
penggunaan bahasa yang salah dengan yang benar, serta membedakan bahasa baku
dan bahasa yang tidak baku.
B. Kebaikan atau
keunggulan metode SAS
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai
kebaikan dari metode ini, diantaranya sebagai berikut : (1) metode ini sejalan
dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil
yang bermakna untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh
satuan-satuan bahasa di bawahnya, yakni kata, suku kata, kata, dan akhirnya
fonem (huruf-huruf),(2)
menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman
bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya, (3) metode ini sesuai
dengan prinsip inkuiri. Murid mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil
temuannya sendiri. Dengan begini, murid akan merasa lebih percaya diri atas
kemampuannya sendiri, sikap seperti ini akan membantu murid dalam mencapai
keberhasilan belajar, (Linda Puspita, dkk, (2000: 2.24).
C. Pemilihan
bahan dan urutan pembelajaran
Sesuai dengan kandungan kurikulum
pendidikan dasar bahwa proses pembelajaran dilaksanakan secara tematis dan
kontekstual, kemudian bahan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan
metode SAS ini disandarkan pada konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan
dengan memilih tema yang sesuai selain itu, perlu juga dipertimbangkan urutan
perkembangan siswa dalam mempelajari bahasa, yaitu dengan menyajikan urutan
menyimak atau mendengarkan, memahami, menirukan, dan menggunakan bahasa sesuai
dengan lingkungannya.
Pemilihan bahan ajar tersebut
harus memenuhi kaidah-kaidah :
1. Taraf perkembangan jiwa
siswa
2. Fungsinya sebagai alat
komunikasi
3. Minat siswa agar terangsang untuk menggunakan
bahasa
Urutan pembelajaran, baik secara lisan
maupun secara tulisan, disandarkan pada aspek keterampilan berbahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
D. Prinsip
pembelajaran dengan metode SAS
Linda
Puspita, dkk (2000: 2.24) menyatakan bahwa, ada beberapa prinsip-prinsip dalam
pembelajaran menggunakan metode SAS. Prinsip tersebut adalah : (1)
kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan
metode ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap
berupa pola-pola kalimat dasar; (2) struktur kalimat yang ditampilkan harus
menimbulkan konsep yang jelas dalam pikiran/pemikiran murid. Hal ini dapat
dilakukan dengan menampilkannya secara berulang-ulang sehingga merangsang murid
untuk mengetahui bagian-bagiannya; (3) adakan analisis terhadap struktur
kalimat tersebut untuk unsur-unsur struktur kalimat yang ditampilkan; (4)
unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula
(sintesis). Pada taraf ini, murid harus mampu menemukan fungsi setiap unsur serta
hubungannya satu dan lain sehingga kembali terbentuk unsur semula; (5) struktur
yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa murid
E. Penerapan
Metode SAS Dalam Meningkatkan Kemapuan Membaca Permulaan
Pengajaran
membaca di SD merupakan dasar untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
seandainya dasar tersebut kurang kuat niscaya pengaruhnya cukup besar dan
sangat terasa bagi siswa dan juga pada gurunya. Pengajaran membaca bertujuan
agar siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
membaca. Pengajar diarahkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa lisan siswa.
Momo dalam
Zuchdi (1997: 55) mengatakan bahwa pelaksanaan metode SAS dalam membaca
permulaan di bagi menjadi dua yaitu membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan
dengan menggunakan buku.
1. Membaca
tanpa buku
Dalam
membaca permulaan tanpa buku dibedakan atas tujuh langkah pengajaran sebagai
berikut :
a. Merekam
bahasa anak
Dalam kegiatan ini guru
menanyakan keadaan tentang sekitar keluarga misalnya siapa nama bapak, ibu,
kakak, adik, dimana bapak bekerja, alamatnya, dan sebagainya. Kegiatan ini
bertujuan untuk memunculkan kalimat yang akan dijadikan dasar bahan membaca. Bahan yang digunakan siswa dalam
percakapan mereka direkam sebagai bahan bacaan karena bahasa yang digunakan
sebagai bahan bacaan adalah bahasa siswa sendiri, maka siswa tidak akan
mengalami kesulitan.
b. Menampilkan
gambar sambil bercerita
Guru menyiapkan gambar-gambar
yang sesuai dengan bahan sambil bercerita kemudian gambar itu ditempelkan ke papan
tulis. Melalui gambar tersebut guru dapat mengajukan sejumlah pertanyaan pada
anak. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memunculkan kalimat pada anak.
c. Membaca
gambar
Guru menunjukkan sebuah gambar,
kemudian siswa disuruh mengucapkan apa yang dilihat pada gambar tersebut dengan
kalimatnya sendiri dengan hal ini siswa belajar membaca gambar.
d. Membaca
gambar dengan kartu kalimat
Setelah murid dapat membaca
dengan beberapa gambar yang diperlihatkan oleh guru dengan kalimat yang benar,
guru dapat meletakkan kartu kalimat di bawah gambar tersebut. Guru membaca
kartu kalimat dan siswa mengulanginya.
e. Proses
struktural
Setelah siswa mulai dapat membaca
tulisan, dibawah gambar sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga pada
akhirnya mereka dapat membaca tanpa di bantu gambar. Dalam kegiatan ini digunakan
kartu kalimat. Dengan dihilangkannya gambar, maka yang di baca adalah kalimat.
Misalnya:
Ini bola
Ini bola Adi
Ini bola Ali
Ini bola Tuti
f.
Proses Analitik
Jika proses belajar berjalan
dengan baik, maka siswa akan mendengar dan melihat adanya kelompok-kelompok
yang diucapkan atau dibacanya. Proses analitik dimulai dengan menguraikan
kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf.
Melalui kegiatan ini siswa diharapkan mampu mengenal huruf-huruf dalam kalimat
itu.
Misalnya
:
Ini bola
Ini bola
I ni bo la
I n
i b o
l a
g. Proses
sintetik
Setelah mengenal huruf, huruf dalam kalimat diuraikan, huruf-huruf
itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata dan suku kata menjadi kalimat seperti
semula.
Misalnya :
I n i
b o l
a
I ni bo la
Ini
bola
Ini bola
Secara
utuh, proses SAS tersebut sebagai berkut :
Ini bola
Ini bola
I
ni bo la
I
n i b
o l a
I ni bo la
Ini bola
Ini bola
2. Membaca
dengan buku
Dalam membaca dengan menggunakan
buku siswa akan memulai membaca tulisan yang bahannya diambil dari bahan yang
telah dipelajari pada waktu murid menguraikan huruf-huruf pada saat membaca
tanpa buku. Buku yang digunakan adalah buku paket dan buku pelengkap.
Pengajaran berulang dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Memberikan contoh cara membaca pola kalimat yang tersedia dengan
lafal dan intonasi yang baik dan benar.
b. Membaca dengan nyaring bacaan secara bersama-sama
c. Memabaca setiap baris kalimat secara bergantian. Dengan melakukan
cara ini guru dapat mengetahui kemampuan membaca siswanya.
d. Membaca dengan menggunakan lafal dan intonasi yang tepat. Bila
dinilai, anak belum mampu mengenal huruf pergunakan kembali kartu-kartu kalimat,
kata dan huruf yang pernah dipakai dalam kegiatan membaca tanpa buku.
Kegiatan membaca dengan
menggunakan buku bertujuan untuk melancarkan dan mematapkan siswa dalam
membaca. Jadi buku pertama berfungsi sebagai pelancar, selain itu juga untuk
membiasakan siswa membaca tulisan berkuran kecil, sebab dalam membaca tanpa
buku, mereka berlatih membaca dengan huruf berukuran besar.
Pengajaran
membaca berakhir di kelas II, pada waktu itu siswa diharapkan telah menguasai
dasar kemampuan membaca yang di perlukan untuk dapat melakukan kegiatan membaca
lanjut. Siswa mengenal semua huruf dan tanda-tanda dalam melakukan kegiatan
membaca lanjut. Mereka telah mengenal semua huruf dan tanda-tanda baca
sederhana. Perlu ditambahkan setelah siswa mampu membaca kalimat yang di tulis
dengan huruf cetak, mereka diperkenalkan juga dengan tulisan tegak bersambung.
Artikel : PENGERTIAN METODE SAS
0 Response to "PENGERTIAN METODE SAS "
Post a Comment