PENGERTIAN MEMBACA
Monday, 11 April 2016
Add Comment
Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktifitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif.
Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf)
ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir membaca mencakup
aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan
pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata
dengan menggunakan kamus, Crawley dan Mountain (Farida, 2007: 2).
Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen
dasar dari proses membaca yaitu recording,
decoding dan meaning. Recording
merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya
sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan sedangkan proses decoding (penyandian) merupakan proses
penerjemahan rangkaian grafis kedalam kata-kata. Proses recording dan decoding
biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu kelas 1-3 yang dikenal dengan
istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses
perseptual yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi
bahasa sementara itu proses memahami makna (meaning)
lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi,
Safi`ie (Farida, 2007: 2)
Pemahaman guru tentang pembelajaran membaca permulaan di SD
diperlukan kemampuan guru memahami konsep dasar membaca permulaan, diantaranya
hakekat membaca dan kesiapan siswa membaca. Konsep dasar seperti dikemukakan
oleh Safi`ie (1999: 5-7) yaitu (1)
perolehan keterampilan (2) kegiatan visual (3) memahami/mengerti (4) proses
berfikir (5) mengolah informasi (6) proses menghubungkan tulisan dengan bunyi
(7) kemampuan mengantisipasi makna. Ketujuh hal tersebut diuraikan sebagai
berikut :
1. Membaca pada hakekatnya adalah pengembangan
keterampilan, mulai dari keterampialan memahami kata-kata, kalimat-kalimat,
paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan
evaluatif seluruh isi bacaan.
2. Membaca pada
hakekatnya adalah kegiatan visual berupa serangkaian gerakan mata dalam
mengikuti baris-baris tulisan, pemutusan penglihatan pada kata dan kelompok
kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap
bacaan.
3. Membaca pada
hakekatnya adalah kegiatan memahami dan mengamati kata-kata yang tertulis
memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dipunyai.
4. Membaca adalah
sesuatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami
informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.
5. Membaca pada
hakekatnya adalah proses mengolah informasi dalam membaca terjadi proses
pengolahan informasi yang dilaksanakan oleh pembaca dengan menggunakan
informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai
sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut.
6. Membaca pada
hakekatnya adalah proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan
sistem tulisan yang digunakan.
7. Membaca pada
hakekatnya adalah kemampuan mengantisipasi makna yang terdapat baris-baris
dalam tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan bersifat mekanis saja,
melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang
membawa makna.
Dari beberapa butir pandangan tentang hakekat membaca
tersebut dapat dikemukakan bahwa pada hakekatnya adalah suatu proses yang
bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual dalam proses ini peranan indera visual sangat
penting bagi mereka yang tuna netra. Peranan indera visual dialihkan pada
indera peraba, dengan indera visual dan indera perabanya pembaca mengenali dan
membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasi dengan bunyi-bunyinya. Dengan
proses itu rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi
bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata yang bermakna di samping gambar
bunyi. Membaca juga mengamati berbagai macam tanda baca yang harus dikenalinya.
Tanda-tanda baca membantu dalam memahami maksud baris-baris tulisan.
Membaca adalah membaca sesuai dengan hakekatnya sebagai
proses, pengajaran membaca baik pengajaran membaca permulaan maupun pengajaran
membaca lanjut dilaksanakan agar anak menguasai proses membaca, Paul dkk
(Safi`ie, 1999:17), mengemukakan bahwa kegiatan membaca meliputi proses
berikut:
1.
Mengamati simbol-simbol tulisan
Kegiatan membaca dimulai
dengan pengamatan secara visual, di samping pengamatan secara visual juga
diperlukan kesan auditori (pendengaran), terutama pada anak-anak, belajar
membaca permulaan. Pada anak-anak yang sedang dalam proses belajar membaca
permulaan ini, proses membaca terjadi dengan menghubungkan tulisan dengan bunyi
dalam bahasa lisan.
2.
Menginterprestasikan apa yang diamati
Proses membaca terjadi
melalui proses menginterprestasikan kata, kelompok kata, kalimat yang teramati
oleh indra visual atau perabah yang kemudian dikirimkan kepusat syaraf dalam
otak. Poses menginterprestasikan atau pemahaman kata-kata dan kalimat di dalam
otak itu berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah di punyai oleh
seseorang sebelumnya yang berkaitan dengan kata-kata, kelompok kata dan kalimat
tersebut. Oleh karena pengetahuan dan pengalaman seseorang itu berbeda-beda
antara satu dengan yang lain.
3.
Mengikuti urutan yang bersifat linier baris kata-kata yang tertulis
Setiap sistem tulisan
mempunyai cara mengurut penulisan sistem tulisan latin menggunakan huruf dari
kiri ke kanan. kata-kata disusun dengan kelompok kata juga dari kiri kekanan.
Selanjutnya kelompok – kelompok kata disusun menjadi klausa dan klausa disusun
menjadi kalimat dengan urutan dari kiri kekanan. Sebaliknya sistem tulisan Arab
menggunakan urutan kanan ke kiri.
4.
Menghubungkan kata-kata (dan maknanya) dengan pengetahuan dan pengalaman
yang telah dipunyai.
Proses pemahaman seorang
pembaca terhadap suatu tes bacaan terjadi oleh adanya interaksi antara
pengalaman-pengalaman yang telah dipunyainya dengan isi tes bacaan. Jadi
pemahaman tehadap suatu bacaan tidaklah semata-mata berasal dari tes bacaan,
melainkan juga oleh adanya latar belakang pengetahuan dan pengalaman. Oleh
karena pentingnya latar belakang pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam
proses membaca permulaan sangat diperlukan upaya-upaya untuk memperkaya
pengetahuan dan pengalaman anak
5.
Membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca
Dengan menguasai
keterampilan membaca seseorang dapat membaca berbagai pengetahuan. Melalui
proses pengambilan imferensi dan evaluasi yang dibaca. Dengan demikian ada
proses membaca dan membaca untuk belajar. Belajar membaca tergantung pada
motivasi dan latihan dan penguatan. Oleh karena itu guru perlu menyadarkan anak
bahwa mereka yang dapat membaca dengan baik akan memperoleh berbagai keuntungan
dalam belajar di sekolah
6.
Membangun asosiasi
Membaca pada dasarnya proses asosiasi. Pada waktu seseorang membaca ia
melewati beberapa tahapan ososiasi. Pertama-tama adalah asosiasi antara
rangkaian bunyi bahasa sebagai suatu lambang dari suatu benda atau peristiwa
dengan benda atau peristiwa yang dilambangkanya misalnya rangkaian bunyi kuda
membangkitkan asusiasi dengan benda yang berupa binatang berkaki empat yang
digunakan sebagai penarik bendi. Beriknya adalah asusiasi antara gambar
rangkaian bunyi yang berupa rangkaian huruf-huruf menurut sistem tulisan
tertentu (grafhemes) dengan bunyinya
(phomenemes). Proses asusiasi
tersebut berlangsung terus selama proses membaca
7.
Menyikapi secara personal kegiatan\ tugas membaca sesuai dengan
intereksnya.
Kegiatan membaca
dipengaruhi oleh sejumlah aspek afektif terutama perhatian, sikap dan konsep
diri. Aspek-aspek efektif ini menentukan seberapa besar kesungguhan seseorang
dalam membaca misalnya,seorang anak yang mempunyai perhatian besar terhadap
suatu materi bacaan akan dengan sungguh-sungguh membaca bacaan tersebut.
1. Proses Membaca Permulaan Kelas Rendah Sekolah
Dasar
Kemampuan membaca yang diperoleh dalam membaca permulaan
akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca selanjutnya, sebagai
kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan
benar-benar memmerlukan perhatian guru. Sebab jika itu tidak kuat, maka pada
tahap membaca selanjutnya siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki
kemampuan membaca yang memadai.
Kemampuan membaca sangat diperlukan untuk setiap orang yang
ingin memperluas pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam
penalaran untuk memcapai kemajuan dan peningkatan diri, (Syafi’ie, 1999).
Guna membekali kemampuan
dasar siswa, maka guru haruslah berusaha sungguh-sungguh agar dapat memberikan
dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik. Hal itu akan terwujud
melalui pelaksanaan pembelajaran dengan baik. Untuk dapat melaksanakan
pembelajaran secara baik, perlu ada perencanaan, baik mengenai materi,metode
maupun pengembangannya, (Supriadi, 1991).
Dalam kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di sekolah
dasar (SD) tampak dengan jelas materi pembelajaran membaca. Farida, (2007: 99)
mengatakan bahwa pelaksanaan membaca dibagi atas tahap prabaca, saat baca
dan pasca baca.
a.Tahap prabaca
Guru yang kreatif harus
mampu mengarahkan siswa pada topik pelajaran yang akan dipelajari siswa. Burns, dkk (1996) serta Rubin (Farida,
2007: 99) mengemukakan bahwa pengajaran membaca dilandasi oleh pandangan teori skemata.
Berdasarkan pandangan teori skemata, membaca adalah proses pementukan makna
terhadap teks. Sehubungan dengan teori membaca ini, guru yang efektif
seharusnya mampu mangarahkan siswa agar lebih banyak menggunakan pengetahuan
topik utnuk di proses ide dan pesan suatu teks. Oleh karena itu, guru perlu
memperhatikan kegiatan prabaca, saat baca dan pasca baca dalam penyajian
pengajaran membaca.
Kegiatan prabaca adalah
kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca.
Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata
siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman
antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum membaca dan drama kreatif , Burns,
dkk .1996 (Farida, 2007: 99)
Skemata ialah latar
belakang pengetahuan dan penaglaman yang telah dimiliki siswa tentang suatu
informasi atau konsep. Skemata menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun
dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-tempat, tindakan,
atau peristiwa. Skema (kata tunggal dari skemata) seseorang menggambarkan apa
yang diketahui seseorang tentang konsep tertentu dan hubungan antara
potongan–potongan informasi yang telah diketahui seseorang. Dua orang mingkin mempunyai
skemata yang sangat berbeda tentang suatu konsep dasar yang sama.
Untuk menjadi pembaca
yang sukses siswa membutuhkan berbagai skemata. Mereka harus memiliki
konsep-konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa bicara
dan bahasa tertulis. Mereka juga membutuhkan kosa kata dan pola kalimat yang
umumnya tidak ditemukan dalam bahasa lisan dan dengan gaya menulis yang berbeda
dengan berbagai aliran sastra.
Bruberg (Farida, 2007:
100) mengemukakan beberapa teknik yang bisa dilakukan guru untuk mengaktifkan
skemata siswa melaui kegiatan prabaca. Kegiatan prabaca yang dimaksud ialah
membuat prediksi seperti yang dikemukaka berikut ini
1. Guru membaca judul
bacaan dengan nyaring, kemudian memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan
nama-nama mereka dan beberapa pernyataan yang menceritakan tentang para pelaku,
tokoh, akhirnya guru menyuruh siswa memprediksi kelanjutan cerita.
2. Kegiatan memprediksi
untuk menceritakan minat siswa pada bacaan dengan menggunakan tekhnik prediksi
kegiatan prabaca yang dilakukan ialah membaca nyaring beberapa halaman dari
sebuah buku. Jika tebalnya 100 halaman suruh siswa mengambil tiga halaman
antara halaman 1 – 100. baca tiga halaman tersebut dengan nyaring, kemudian
suruh siswa memprediksi isi cerita. Kegiatan ini membangkitkan rasa ingin tahu
dan minat siswa kepada buku tersebut.
3. Kegiatan lain yang
tercakup dalam kegiatan prabaca ialah menggunakan berbagai stimulus untuk
mempertahankan perhatian siswa pada pelajaran. Pada kegiatan ini guru harus
berusaha menggunakan berbagai cara, dengan menggunakan media suara yang
berfariasi (mungkin juga berhenti berbicara), gerakn-gerakan misalnya gerakan
tangan, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila dikaitkan kegiatan membaca, guru
dapat mencontohkan cara membaca nyaring pada waktu prabaca. Pertama, guru
memperlihatkan gambar kulit buku, dan membicarakannya denag siswa. Kemudian
guru membaca nyaring buku tersebut dengan suara yang kadang-kadang keras dan
kadang-kadang lembut dengan ekspresi wajah yang sesuai.
Tinjauan cerita yang
berisi informasi dihubungkan dengan isi ceria bisa meningkatkan pemahaman.
Sebelum membaca siswa diberikan bagian-bagian cerita untuk membangun latar
belakang pengatahuan tentang cerita, meningkatkan belajar terutama kesan siswa
tentang cerita yang akan dibacanya. Tinjauan cerita juga bisa membantu anak
mengaktifkan pengetahuan awal mereka dan memusatkan perhatian sebelum mambaca.
Sedangkan petunjuk antisipasi dirancang untuk merangsang berpikir yang berisi
pernyataan deklaratif, yang mungkin tidak di benar atau tidak sesuai dengan
cerita yang dibacanya. Sebelun membaca cerita, siswa menanggapi sesuai dengan
paengalaman mereka sendiri.nilai petunjuk bisa dikembangkan kedalam bagian
pasca baca dengan mengulang proses sesudah membaca, mempertimbangkan masukan
dari sesudah membaca, yang menghasilkan suatu kombinasi petunjuk antisipasi
atau reaksi.
Di samping itu, untuk
membangkitkan skemata siswa guru juga bisa menugaskan siswa menulis tentang
pengalaman priibadi yang relevan sebelum mereka membaca teks bacaan yang telah
ditentukan guru, yang akan menghasilkan tingkah laku siswa yang lebih
memperhatika tugasnya, lebih sempurna menanggapi watak pelaku, dan lebih
memperlihatkan reaksi yang positif tentang membaca.
b. Tahap baca
Setelah kegiatan prabaca
kegiatan berikutnya adalah kegiatan saat baca. Beberapa strategi dan kegiatan
bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa,
Burn, dkk (Farida, 2007 : 102) mengemukakan bahwa penggunaan tekhnik
metakognitif secara efektif mempunyai pengaruh positif pada pemahaman. Strategi
belajar secara metakognitif akan meningkatkan keterampilan belajar siswa.
Metakognitif itu sendiri
merujuk pada pengetahuan seseorang tentang fungsi intelektual yang datang dari
pikiran mereka sendiri serta kesadaran mereka untuk memonitor dan mengontrol
fungsi ini. Metakognitif melibatkan kegiatan menganalisis cara berpikir yang
sedang berlangsung.
Bagian dari proses
metakognitif ialah memutuskan tipe tugas yang dibutuhkan untuk mencapai
pemahaman. Pembaca menanyakan pada dirinya sendiri, seperti pertanyaan berikut.
(1) apakah jawaban yang saya butuhkan dapat dikemukakan secara langsung dalam teks?, jika ia, pembaca akan mencari
kata-kata penulis yang tepat untuk satu jawaban, (2) apakah teks tersebut
mengimplikasikan jawaban dengan memberi petunjuk yang jelas dan berhubungan
dengan pertanyaan serta alasan yang berkaitan dengan informasi yang tersedia
sehingga pembaca bisa menentukan jawaban yang cocok. (3) apakah jawaban harus
berasal dari pengetahuan dan gagasan saya sendiri yang berkaitan dengan cerita?
Jika demikian, pembaca harus menghubungkan pengetahuan awalnya dengan informasi
yang diberikan dalam teks sehingga mendapatkan jawaban yang diperlukan.
Kegiatan saat baca lebih
lanjut bisa dikembangkan dengan cara lain seperti berikut. Sesudah siswa
membaca suatu cerita atau bab, suruh satu kelompok siswa berlatih membaca
bagian bacaan. Tugas siswa mengambil bagian dari karakter yang berbeda di dalam
adegan dan salah seorang menjadi narator. Siswa yang lain disuruh mengikuti
bersama-sama. Kegiatan ini membantu siswa memahami dialog dan penggunaan
tanda-tanda kutipan.
c.Tahap pasca baca
Kegiatan pasca baca
digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam
skemata yang telah dimiliknya sehinnga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih
tinggi, Burns, dkk (Farida 2007: 105). Strategi yang dapat digunakan pada tahap
pasca baca adalah belajar mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan
pertanyaan, menceritakan kembali dan presentasi visual.
Dalam kegiatan pasca
baca, anak-anak diberikan kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan
menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan atau
menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dimana mereka bisa
menemukan informasi lebih lanjut.
Di samping itu, ada
berapa cara lain menggunakan perangkat teks yaitu memiliki dua buku dengan tema
yang sama misalnya buku dengan tema persahabatan. Kegiatan berikutnya guru
membacakan cerita atau menyuruh siswa membacakan cerita tentang persahabatan di
depan kelas. Siswa kemudian mendiskusikan setting, watak pelaku, dan jalan
cerita. Guru bisa juga menyuruh siswa menulis tentang pesan atau moral karakter
pelaku, setting cerita dari buku yang dibacankannya dalam buku catatannya.
ARTIKEL TERKAIT: PENGERTIAN MENULIS
0 Response to "PENGERTIAN MEMBACA"
Post a Comment