6 PEMUDA MELAWAN TAKDIR DI PUNCAK GUNUNG BAWAKARAENG (BAGIAN II)
Wednesday, 20 April 2016
Add Comment
6 PEMUDA MELAWAN TAKDIR DI PUNCAK GUNUNG BAWAKARAENG (BAGIAN II)
Hai sobat kali ini saya akan kembali melanjutkan kisah 6 pemuda yang berusaha melawan takdir di gunung bawakaraeng.
Hai sobat kali ini saya akan kembali melanjutkan kisah 6 pemuda yang berusaha melawan takdir di gunung bawakaraeng.
bagaimanakah
kisah mereka selanjutnya? apakah mereka berhasil pulang dengan selamat?
kesulitan apa yang mereka hadapi selanjutnya?
Bagi
sobatku yang belum membaca bagian pertama dari artikel ini silahkan (klik disini 6 pemuda melawan takdir bagian I).
Kalau
begitu langsung saja kita lanjutkan kisah ke-6 pemuda tersebut...
Ali,
Adil, Eli dan fandi yang telah sampai di pos 10 akhirnya sangat bangga dan
gembira atas perjuangan yang mereka lalui, mereka mengabadikan moment yang
begitu monumental tersebut. Raut wajah yang bercampur baur antara perasaan
senang dan kelelehan menghiasi setiap jeperetan kamera milik mereka.
Sementara
ali, adil, el dan fandi yang merayakan keberhasilannya sampai dipuncak gunung
bawakaraeng, dilain tempat rijal dan akmal yang bosan menunggu Ali dkk yang
melanjutkan perjalanan ke pos 10, akhirnya memilih untuk makan lebih dulu.
Setelah
beberapa lama menunggu datanglah Ali dkk dari pos 10 dengan raut wajah bahagia,
mungkin itu adalah ungkapan ekspresi kegembiraan telah sampai di puncak gunung
bawakaraeng.
6 pemuda melawan takdir di puncak gunung bawakaraeng |
Hujan
masih terus mengguyur, mereka memilih untuk sarapan sekitar jam 10 sembari
memulai mengemas barang-barang pendakian untuk segera kembali ke rumah warga.
Semua pakaian yang mereka bawah basah akibat kehujanan.
Tenda
pun segera dibongkar dan pada saat itu masih ada beras di dalam kantong yang
tersisa namun mereka tidak sengaja membuangnya. Satu
kesalahan kecil telah dilakukan namun mereka semua berharap dalam
perjalanan pulang tidak mendapat hambatan berarti. Merekapun berdoa bersama
sebelum pulang. Sekitar jam 12 mereka meninggalkan lokasi dan bergegas untuk
pulang.
Akmal
selaku leader memimpi perjalanan pulang namun karena masih hujan, jalanan menjadi
sangat licin dan sangat riskan membuat ke 6 pemuda tersebut tergelincir ke
dalam jurang yang sangat dalam.
Langkah
demi langkah harus penuh perhitungan dan konsentrasi kalau tidak mau mengalami
kejadian yang tak diharapkan. Kelelahan telah tampak dari raut wajah ke 6
pemuda tersebut.
Hal
yang paling mengejutkan adalah El yang saat pendakian mengalami hipotermia
justru tampak bugar dan jauh lebih fit dibanding yang lain. Akhirnya team
pendakian terpecah menjadi dua Akmal dan El yang masih bugar berjalan lebih
dulu sedangkan ali, adil, fandi dan rijal mengikuti dari belakang.
Akhirnya
sampailah mereka di pos 8 dan alangkah senangnya hati mereka mendapati ada 2
tenda berdiri, ternyata mereka adalah komunitas pencinta alam (KPA) yang
berasal dari kabupaten gowa.
Dalam
Team pendakian tersebut terdapat seorang wanita dan 5 laki-laki dan yang pasti
wanita tersebut adalah wanita tangguh. Merekapun memanggil Akmal dkk singgah
minum kopi namun Akmal dkk lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan.
Dari
pos 8 menuju pos 7 team akhirnya benar-benar terpisah, akmal dan el yang masih
fit berjalan lebih cepat dan ali, adil, fandi dan rijal tertinggal dibelakang.
Pos demi pos berhasil mereka lalui dan akhirnya mereka bertemu kembali di pos
5.
Mereka
istirahat sejenak melepas lelah sambil bercengkrama setelah istirahat mereka
melanjutkan perjalanan menuju pos 4. Dengan tenaga yang tersisa mereka menapaki
runcingngya bebatuan dan begitu licinnya jalanannya untuk sampai di pos 4.
Namun
alangkah terkejutnya mereka karena mendapati sungai yang mereka lalui saat
melakukan pendakian tiba-tiba banjir hebat. Dengan suara gemuruh yang sangat
keras membuat siapapun takut untuk menyebaranginya.
Mereka
kebingungan bagaimana caranya menyebrangi sungai tersebut ditambah waktu sudah
menunjukan jam 4 sore, maka mulailah mereka mimikirkan cara yang jitu untuk
bisa menyebarang. Akmal dan el memutuskan membuka jalur baru menyusuri pinggir
sungai untuk mecari jalan alternatif namun karena begitu rimbungnya pepohonan
dan lebatnya semak belukar mereka memutuskan kembali ke teman-teman yang lain.
Merekapun
menemukan satu batang pohon besar yang tumbang di bukit dan memutuskan
mendorong batang kayu tersebut turun ke pinggir sungai, dengan tenaga yang
tersisa mereka mondorong batang pohon tersebut, karena begitu beratnya mereka
sangat kelelahan dan memutuskan untuk membatalkan rencana tersebut.
Ide
lainpun muncul, meraka berinisiatif menggunakan rotan sebagai tali untuk
menyebarangi sungai. Ali yang maju sebagai sukarelawan mengikatkan tali rotan
tersebut di perutnya, mulailah Ali mendekat ke pinggir sungai sembari mengangkat
kakinya selangkah demi selangkah karena arus yang begitu kuat ali hampir
terbawa arus.
Teman-teman
yang lain yang khawatir melihat keadaan tersebut meminta ali untuk mengurungkan
niatnya menyebrangi sungai. Maka mau tak
mau kembali ke Ide pertama yaitu menggunakan batang kayu.
Mereka
akhirnya dengan sekuat tenaga mendorong batang kayu tersebut ke pinggir sungai
akhirnya batang kayu tersebut bisa sampai dipinggir sungai didoronglah secara
perlahan kedalam air dan alhasil batang kayu tersebut juga terbawa arus karena
begitu derasnya aliran sungai.
Mereka
mulai kehabisan akal dan tak tahu harus berbuat apalagi, jam sudah menunjukan
4.30 sore dan mereka masih berada di pos 4. Dengan langkah tegas Akmal selaku
leader memutuskan untuk menyebrangi sungai. Tanpa pengaman dan tali pengikat
akmal memberanikan diri untuk menyeberang melawan derasanya aliran sungai, dengan
harapan besar akmal mulai melangkahkan kakinya, Langkah demi langkah akmal mencoba
menerjang arus yang begitu kuat. Badan akmal sudah tak mampu menahan gempuran
ombak yang menerjangnya diapun tak sanggup bertahan dan akhirnya terbawa arus
teman-teman yang lain ketakutan melihat
kejadian tersebut dan berharap akmal bisa selamat.
Untunglah
ada batu besar ditengah sungai sehingga akmal bisa berpijak, maka kondisi
semakin dilematis akmal yang berada ditengah sungai ditambah batu tempatnya
berpijak mulai bergoyang-goyang.
Dengan
kondisi badan yang menggigil serta tenaga yang tersisa akmal mencoba bertahan.
Wajahnya mulai ketakutan dia sadar bahwa setiap saat batu tersebut juga akan terbawa arus.
El
dan rijal menyusuri sungai dan menemukan akmal dalam kondisi menggigil dan
ketakutan dan mereka berinisiatif untuk melemparkan tali rotan agar akmal
mengikatkan ke badannya namun akmal menolak.
Akmal
mulai berpikir apa yang mesti ia lakukan akhirnya ia memilih untuk lompat dari
tengah sungai dan berharap rijal dan el mampu meraih tangannya. Inilah saat-saat
yang paling kritis dan menegangkan.
Akmal
melompat dengan sekuat tenaga dan beruntunglah
el rijal berhasil meraih tangan akmal dan dengan tenaga yang tersisa ditariklah
akmal ke pinggir sungai.
Kondisi
semakin gelap jam menunjukan pukul 17.50 sore, tak ada jalan lain kecuali
bermalam satu malam lagi mereka mulai mencari lokasi yang tepat untuk
mendirikan tenda. Malam akhirnya tiba tenda belum berdiri karena begitu
lebatnya rerumputan dan pepohonan sehingga sulit mendirikan tenda.
Persedian
makanan pun tinggal mie instan 2 bungkus serta senter hanya ada 2 maka semakin
bertambahlah kesulitan yang mereka hadapi merekapun berasumsi dan berargumen bahwa
ini akibat beras yang tidak sengaja dibuang sehingga mereka mendapat malapetaka.
Dari
kejauhan terlihat nyala senter dan tak disangka ternyata itu adalah komunitas
pecinta alam dari gowa. Akmal memperingatkan kepada mereka agar jangan berani menyebrangi sungai karena sedang
banjir namun mereka memilih untuk terus melanjutkan perjalanan. Akmal dkk pun
hanya bisa berharap mereka baik-baik saja. Selang beberapa saat kemudian
terdengarlah suara dari pinggir sungai.
Karena
rijal takut terjadi apa-apa kepada anggota KPA gowa maka diapun turun ke
pinggir sungai untuk memastikan kondisi mereka, namun yang terjadi sungguh di
luar dugaan dan diluar prediksi karena mereka ternyata berhasil menyebrangi sungai yang sedang banjir hebat namun masih sebagian
anggota komunitas pecinta alam gowa yang belum
menyeberang.
Tampaknya
komunitas pecinta alam dari gowa sudah pengalaman dan terbiasa menghadapi
keadaan seperti itu, mereka menggunakan teknik menyebrang sungai yang sangat
luar biasa dan kebetulan air sungai mulai sedikit surut tapi masih cukup deras.
Merekapun
menawarkan bantuan kepada rijal agar bisa menyebrang sungai. Rijal segera
berlari mendaki bukit dan segera memberitahu teman-temannya untuk segera
membongkar tendanya dan segera ikut dengan komunita pecinta alam gowa.
Akmal
dkk segera turun ke pinggir sungai untuk menemui KPA gowa, rijal memilih maju
duluan untuk meyebrangi sungai, dengan tas Carel yang begitu besar dan arus
sungai yang masih cukup deras maka hal itu masih riskan dan bisa membuatnya terbawa
arus ditambah kondisinya sudah kelelahan serta keadaan sudah gelap gulita.
Satu
persatu mereka berhasil menyebrang dan melewati banjir yang menghalagi
perjalanan mereka namun masalah lainpun muncul karena alat penerangan/senter
yang sangat terbatas ditambah jalan yang akan dilalui adalah jurang yang sangat
dalam disebelah kiri dan parit disebelah
kanan sekali lagi takdir mereka akan diuji.
Semuanya
pun dalam kondisi kelelahan namun masih harus berjibaku dalam kerasnya
medan serta guyuran hujan yang terus
membahasi tekad mereka, jalanan yang sangat licin, serta jarak pandang yang
sangat terbatas karena malam telah menyelimuti.
Dilain
tempat warga masyarakatpun menjadi panik karena Akmal dkk belum kembali dari
pendakian karena seharusnya jika sesuai dengan jadwal mereka sudah sampai. Berbagai
spekulasi bermunculan bahwa apakah mereka baik-baik saja atau sesuatu terjadi
pada ke-6 pemuda tersebut.
Perjalanan
semakin menantang dan menguji mental, mereka sadar bahwa masih ada 2 sungai
yang mesti mereka lalui sebelum sampai di perkampungan. Penderitaan mereka
semakin menjadi-jadi ketika mereka mendapati sungai yang ke-2 juga meluap dan
banjir hebat.
Untunglah
karena KPA gowa sangat berpengalaman dan bisa diandalkan dengan teknik ala
petualang mereka mampu membantu Akmal dkk untuk menyebrang sungai namun tibalah
saat anngota KPA gowa yang notabene seorang wanita mencoba menyebrang.
Perlahan-lahan
dia mencoba melawan arus sungai yang begitu deras sembari berpegangan pada
seutas tali, arus yang begitu kuat menggoyahkan pijkan kakinya dan akhirnya dia
terjatuh.
Semua
ketakutan melihat kejadian tersebut namun karena wanita itu memang sudah sangat
berpengalaman dia akhirnya mampu bangkit dan tak melepas pegangannya dari tali
akhirnya selamat lah dia dari marabahaya dan andaikan dia terabawa arus maka
tak banyak hal yang mampu dilakukan karena arus begitu kuat dan kondisi malam
yang gelap gulita.
Perjalanan
masih panjang namun karena tekad yang tak pernah pudar dan semangat yang terus
membara mereka menapaki jalan dengan keyakinan yang besar. Meraka yakin ada
hikmah dibalik masalah yang menimpa mereka.
Akhirnya
ketakutan yang mencengkran berubah menjadi tawa bahagia karena kebersamaan dan
rasa solidaaritas yang tertanan dalam jiwa mereka. Jalanan yang menurun dan
mendaki tak menjadi hal berarti lagi buat mereka. Tetes hujan seolah menjadi
irama mengiringi perjalanan yang begitu panjang.
Setelah
beberap lama nampaklah dari kejauhan cahaya lampu yang menunjukan bahwa
perkampungan sudah semakin dekat. Akhirnya mereka semakin bersemangat dan merekapun berpisah dengan KPA gowa karena
lokasi penginapan yang berbeda tepat jam 10 malam meraka akhirnya sampai di
rumah salah satu warga tempat mereka menginap. Warga yang melihat mereka, akhirnya
bernafas lega karena ke-6 pemuda tersebut bisa pulang dengan selamat.
Ada
banyak kisah yang bisa mereka ceritakan tentang kekuatan tekad dan kesungguhan
hati. Ada saat dimana mereka sudah hampir menyerah namun mereka memilih
bertahan dan terus berjuang.
Dan
ingatlah kawan “ KETIKA ENGKAU KELELAHAN DAN INGIN MENYERAH KARENA BERATNYA
MASALAH YANG KAU HADAPI MAKA INGATLAH ALASAN KENAPA KAMU INGIN MEMULAI...maka
jangan menyerah dan TERUS BERJUANG...
6 PEMUDA MELAWAN TAKDIR DI PUNCAK GUNUNG BAWAKARAENG (BAGIAN II)
0 Response to "6 PEMUDA MELAWAN TAKDIR DI PUNCAK GUNUNG BAWAKARAENG (BAGIAN II)"
Post a Comment