STANDAR DAN PROSES PENDIDIKAN
Tuesday, 8 March 2016
Add Comment
STANDAR DAN PROSES PENDIDIKAN
Nana Sujana (2000) menjelaskan ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam menetapkan materi pelajaran diantaranya :
A. Peraturan Pemerintah
terkait Standar Proses Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah merupakan bentuk pelaksanaan dari ketentuan pasal 24 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria
minimal proses pembelajaran (perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran) pada satuan pendidikan dasar dan menengah di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses
ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik
pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.
Perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang memuat identitas, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi
waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan
sumber belajar.
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi beberapa syarat antara lain :
1. Rombongan belajar yaitu jumlah maksimal peserta
didik setiap rombongan belajar adalah untuk SD/MI sebanyak 28 peserta didik,
SMP/MT sebanyak 32 peserta didik, SMA/MA sebanyak 32 peserta didik dan SMK/MAK
sebanyak 32 peserta didik.
2. Beban kerja minimal guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing
dan melatih peserta didik, serta melaksanakan
tugas tambahan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup,
dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah pelaksanaan kegiatan inti. Pelaksanaan
kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Sedangkan Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan
sebagai hahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses
pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram
dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, portofoiio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran
menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran.
Pada bagian yang terakhir adalah pengawasan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran meliputi
1. Pemantauan yaitu meliputi proses pembelajaran pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawancara, dan dokumentasi, serta dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan
pendidikan.
2. Supervisi meliputi proses pembelajaran pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Kegiatan ini diselenggarakan
dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi serta
dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.
3. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Kegiatan ini
diselenggarakan dengan cara membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan
guru dengan standar proses, mengidentifikasi kinerja guru dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. Evaluasi proses pembelajaran
memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
4. Pelaporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
5. Tindak lanjut meliputi penguatan dan penghargaan diberikan kepada
guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan
kepada guru yang belum memenuhi standar, dan guru diberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan/penataran Iebih lanjut.
B. Masalah Pendidikan terkait dengan Proses
Pembelajaran
Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan
saja tidak cukup, tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara
tidak langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari
etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru bukan
sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru
sebagai fasilitator, teman dan motivator. Oleh karena itu, pengajaran minimal
harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam merencanakan, mendesain,
mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembelajaran
secara efektif dalam jangka waktu yang layak.
Seorang desainer yang terampil, pada kenyataannya memiliki perencanaan
yang baik. Suatu strategi maupun seperangkat prinsip-prinsip dan teknik-teknik
yang digunakan bila diperlukan. Konsekuensinya desainer tidak akan memperbaiki
proses desain sistem begitu saja, seolah-olah hanya terdapat satu pendekatan
satu saja untuk hal tersebut. Walaupun demikian kemampuan mendesain itu hanya
dimiliki setelah seorang mempunyai pengalaman di dalam mendesain bermacam-macam
sistem belajar. Berdasarkan pengalaman guru di lapangan. Masalah-masalah yang
timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masalah pada perencanaan pembelajaran
Kendala yang sering terjadi pada perencanaan pembelajaran yaitu
kurangnya kesiapan dalam desain pembelajaran yang meliputi rpp, media dan
sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran serta skenario pembelajaran.
Selain itu guru dalam menyusun isi dan urutan bahan pelajaran menemukan masalah
sebagai berikut:
a. Guru kurang menguasai materi
b. Materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan
c. Materi yang diberikan sangat luas
d. Guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu
yang tersedia
e. Guru kurang terampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran.
f. Guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang diberikannya.
g. Guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi
pelajaran yang diberikan.
Dengan terdapatnya kendala – kendala dalam perencanaan pembelajaran akan
mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran kemudian sehingga akan
menimbulkan hal – hal yang tidak diharapkan dan tujuan pembelajaranpun tak
tercapai dan tidak maksimal.
2. Masalah pada pelaksanaan pembelajaran
Masalah pada pelaksanaan pembelajaran yaitu tidak terlaksananya proses
pembelajaran sebagaimana seharusnya dan sebaik – baiknya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa kendala yaitu :
a. Manajerial waktu yang kurang baik
b. Buku teks pelajaran tidak dimiliki oleh semua siswa
c. Pengelolaan kelas kurang baik
d. Pelaksanaan pembelajaran kurang terstruktur.
e. Berorientasi kepada tujuan pelajaran.
f. Mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa.
g. Pengorganisasian materi pelajaran kurang baik
h. Kurangnya penerimaan siswa terhadap materi.
i. Banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
j. Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama.
k. Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang.
l. Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah
m. Keadaan sarana yang kurang
n. Menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
o. Dalam pemilihan metode pengajaran, terkadang menemukan hambatan yaitu
:
1) Guru kurang menguasai beberapa metode penyajian yang menarik dan
efektif.
2) Pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi
pelajaran.
3) Kurang terampil dalam menggunakan metode.
4) Sangat terikat pada satu metode saja.
5) Guru tidak memberikan umpan balik pada tugas yang dikerjakan
siswa.
Dengan menemukan hambatan-hambatan itu dalam pengajaran menjadi kurang
lancar. Guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan proses belajar mengajar
agar hasilnya efektif dan efisien. Begitu juga siswa sendiri kurang bersemangat
untuk mendalami setiap bagian pengetahuan yang diperolehnya di bangku sekolah.
Hal lain yang dapat ditimbulkan dari keadaan ini yaitu akan mengakibatkan
dengan tujuan mempelajari materi tersebut, mereka tidak mendapat kepuasan dalam
menerima pelajaran, siswa menyadari bahwa tujuan pelajaran yang diberikan guru
tidak relevan dengan kebutuhannya tidak bermakna bagi kehidupannya di kemudian
hari.
3. Masalah pada penilain hasil dari proses pembelajaran
Guru dalam tugasnya untuk merencanakan, melaksanakan evaluasi dan
menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Penyusunan kriteria keberhasilan tidak jelas
b. Prosedur evaluasi tidak jelas
c. tidak terlaksananya prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif.
d. kurangnya penguasaan teknik-teknik evaluasi.
e. Guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan umpan
balik. Dengan evaluasi yang semacam itu siswa yang menerima evaluasi tidak
puas. Mereka tidak mengerti arti angka-angka yang diterimanya. Guru juga tidak
mengetahui apakah muridnya sudah mempelajari materi pelajaran yang diberikan
atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada siswa sudah ada perubahan tingkah
laku, sebagai pengaruh pengajaran yang diberikan atau tidak.
f. Masalah terkait pengawasan proses pembelajaran Pada pengawasan proses
pembelajaran terkadang terdapat kendala pada pelaksanaan pemantauan, supervisi
dan evaluasi yang kiranya kurang berjalan dengan baik. Serta pelaksanaan
pelaporan tindak lanjut secara berkala pun terhambat.
C. Solusi dalam Upaya
Menanggulangi Masalah pendidikan dalam Proses Pembelajaran
Berdasarkan pengalaman guru di lapangan. Secara garis besar masalah-masalah
yang timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diberikan solusi dalam upaya
menanggulangi masalah pendidikan dalam proses pembelajaran. Adapun diantaranya
sebagai berikut :
1. Solusi terhadap masalah pada perencanaan pembelajaran
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka dari segi
perencanaan pembelajaran haruslah sesuai dengan prosedur yang ada. Guru perlu
menyiapkan lebih dahulu desain pembelajarannya mencakup tersedianya silabus,
rpp, media dan sumber belajar serta perangkat penilaiannya. Dengan perencanaan
yang baik dan terstruktur maka proses pembelajaran yang maksimalpun dapat
tercapai. Selain itu yang terpenting dalam perencanaan proses pembelajaran
ialah merumuskan isi atau inti materi pelajaran . Isi (Materi Pembelajaran) merupakan
unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran
merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang “dikonsumsi” oleh
siswa. Karena itu, penentuan materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang
hendak di capai, misalnya berita pengetahuan, penampilan, sikap dan pengalaman
lainnya.
Nana Sujana (2000) menjelaskan ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam menetapkan materi pelajaran diantaranya :
a. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
b. Materi pelajaran yang di tulis dalam perencanaan pembelajaran
terbatas pada konsep saja atau berbantuk garis besar bahan tidak pula diuraikan
terinci.
c. Menetapkan materi pembelajaran harus serasi dengan urutan tujuan.
Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas).
Urutan materi pelajaran hendaknya memperhatikan kesinambungan (kontinuitas).
d. Materi pelajaran di susun dari hal yang sederhana menuju yang
komplek, dari yang mudak menuju yang sulit, dari yang konkret menuju yang
abstark. Dengan cara ini siswa akan mudah memahaminya.
e. Sifat materi pelajaran, ada yang factual dan ada yang konseptual.
Dalam merancang kegiatan pembelajaran guru harus mengidentifikasi apa
yang akan dipelajari oleh setiap anak dan bagaimana anak mempelajarinya.
Komponen dalam kegiatan pembelajaran menggambarkan proyeksi kegiatan yang harus
dilakukan anak dan kegiatan apa yang dilakukan guru dalam memfasilitasi belajar
anak. Dalam merancang kegiatan belajar, kegiatan harus dirumuskan secara jelas
dan rinci. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan kegiatan belajar
mengajar dapat dicermati sebagai berikut:
a. Kegitan harus berorientasi pada tujuan.
b. Kemampuan yang harus dicapai anak adalah melalui praktik langsung.
c. Kegiatan pembelajaran harus berorientasi pada perkembangan.
d. Kegiatan pembelajaran harus berorientasi pada kegiatan yang
integrated yang berpusat pada tema.
e. Kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran yang berpusat pada
siswa atau peserta didik.
f. Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan kegiatan yang menyenangkan.
g. Walaupun penetapan kegiatan berorientasi pada siswa, kegiatan harus
memungkinkan bagaimana guru dapat membantu siswa belajar.
Selain itu guru dapat mengatasi masalah isi dan urutan-urutan pelajaran dengan
memperhatikan ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman
materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit
atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan
penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi
pembelajaran. Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk
menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat,
jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat
prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.
Dalam pemilihan materi pembelajaran, guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip yang meliputi (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c)
kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan
memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya
2. Solusi terhadap masalah pada proses pembelajaran
Untuk tujuan terciptanya proses pembelajaran yang baik dan kondusif maka
diperlukan kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Selain itu pengelolaan
kelas dan manajerial waktu yang baik juga diperlukan. Penguasaan materi dan
teknik penyampaiannya pun perlu dikuasai dengan baik oleh guru agar siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik serta Menciptakan iklim belajar yang nyaman dan
menyenangkan. Selain dari pihak guru, siswa pun diharapkan mendukung
terciptanya proses belajar yang maksimal dengan cara aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran diperlukan juga adanya fakto-faaktor
pendukung yang dapat mengatasi masalah hambatan-hambatan dalam proses
pembelajaran. Misalnya media yang merupakan segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga
tercipta lingkungan yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses
belajar secara efesien dan efektif .
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat di pergunakan sebagai
tempat di mana materi sumber belajar terdapat. Menurut Nasution (2000) sumber
belajar dapat berasal dari masyarakat dan kebudayaannya, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kebutuhan siswa. Pemanfaatan sumber belajar tersebut tergantung
pada kreatifitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Media dan sumber belajar merupakan faktor yang harus dipertimbangkan
dalam merencanakan pembelajaran. Media dan sumber belajar yang dipilih harus
sesuai dengan kegiatan. Pemilihan media dan sumber belajar harus
mempertimbangkan karakteristik perkembangan dan karakteristik belajar anak.
Selain itu guru juga harus memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber
belajar dan menyediakan buku-buku bacaan ilmiah serta didukung dengan sarana
yang memadai. Serta diperlukan juga keterampilan khusus, misalnya dapat
berbahsa inggris.
Dalam proses pembelajan terdapat komponen penting yang menunjang proses
pembelajaran ptu terjadi yaitu pengarahan oleh guru. Mengarahkan adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh instruktur atau pembina atau pelatih atau guru
kepada peserta didik agar dapat mengikuti apa yang kita perintahkan sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Mengarahkan hendaknya merupakan sebuah proses
upaya yang dilakukan oleh seorang guru guna menunjukan jalan yang baik dan
terbaik terhadap peserta didiknya. Dalam hal ini guru harus punya pandangan
positif dan penguasaan serta pemahaman yang baik terhadap masa depan anak
kedepannya. Mengarahkan hampir sama dengan membimbing. Adapun penerapannya
secara spontan dan adakalanya tidak menunggu masalah datang terlebih dahulu.
Jadi mengarahkan adalah tugas guru untuk memberikan masukan-masukan yang
berguna bagi anak untuk kedepannya untuk mencapai impian dan cita-citanya.
Misalnya guru hendaknya memberitahukan tujuan atau garis besar materi
dan kemampuan yang akan dipelajari. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan
guru sebelum membahas pelajaran, adalah memberitahukan tujuan atau garis besar
materi dan kemampuan apa yang akan dipelajari siswa. Sehingga siswa menyadari
dan mengetahui apa yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan tersebut.
Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa. Dalam
tahapan ini guru perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang
bagaimana yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari topik-topik maupun
kemampuan tersebut. Efektivitas dan efisiensi belajar sangat dipengaruhi oleh
teknik belajar yang digunakan siswa.
Metode mengajar yang dimiliki pendidik usahakan divariasikan, agar
siswa-siswi dalam kelas yang tipe belajarnya pasti beragam itu dapat menerima,
mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh pendidik seefisien dan seefektif
mungkin. Bagaimana agar yang kita harapkan itu menjadi kenyataan? Salah satu
solusinya adalah pendidik disamping menguasai beberapa metode mengajar, harus
tahu juga tipe belajar para siswanya. Supaya sinkron antara metode mengajar
pendidik dengan tipe belajar peserta didik. Artinya metode yang digunakan dalam
megajar telah disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik. Misal tipe belajar
siswa visual, maka akan lebih mudah dicerna oleh siswa apabila guru mengajar
dengan slide, makalah, atau digambarkan langsung di papan tulis. Mengenal suatu
metode dengan pemahaman yang mendalam merupakan keharusan bagi seorang guru.
3. Solusi terhadap masalah pada penilaian hasil proses pembelajaran
Dari segi penilaian hasil belajar, diharapkan guru dapat menyediakan
instrumen penilaian yang jelas dan tepat, menentukan kriteria keberhasilan yang
jelas. Guru pun harus dapat melakukan penilaian baik dari segi kesiapan siswa,
pada saat proses pembelajaran maupun hasil belajar
Guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah
materi yang diajar-kan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode
yang diguna-kan sudah cukup tepat.
Penilaian perlu dilakukan, karena melalui penilaian guru dapat
menge-tahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap
pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Tujuan lain penilaian ialah untuk
menge-tahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dalam penilaian, guru dapat menetapkan apakah seorang siswa termasuk
dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelas-nya, jika
dibandingkan dengan teman-temannya.
Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat mengetahui apakah
proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup membe-rikan hasil
yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Kiranya jelasl bahwa guru harus mampu
dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dalam penilaian, guru dapat
mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia mengikuti proses belajar
mengajar.
Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya
secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa dari
waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan
balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan
titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar me-ngajar
selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus me-nerus
ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Evaluasi menjadi hal yang
penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah sekali
mengukur tingkat keberhasilannya. Maka guru hendaknya,
a. Menggunakan evaluasi seefektif mungkin.
b. Mencari evaluasi yang menarik bagi anak didik supaya anak didik
merasa nyaman dan tidak terbebani.
c. Menjadikan evaluasi sebagai alat kontrol untuk kemajuan
pendidikan di Indonesia.
4. Solusi terhadap masalah pada pengawasan proses pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan
pemantauan,supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala
dan berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan dan pengawas.
a. Prinsip Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan dan menetapkan peringkat akreditasi.
b. Sistem dan Entitas Pengawasan
Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas,
dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
c. Proses Pemantauan
1) Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui
antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawancara, dan dokumentasi.
2) Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara
lain, pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
3) Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran
disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan
keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.
4) TindakLanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk penguatan dan
penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui
standar; dan pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.
Dari segi pengawasan proses pembelajaran, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan bagi pelaksana pengawasan yaitu :
1) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/
teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.
2) Membimbing guru dalam menyusun desain pembelajaraannya.
3) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan
(di kelas, laboratorium, dan atau di lapangan)
4) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan
menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan
5) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam
pembelajaran/ bimbingan
Selain itu, adanya hubungan yang baik antara pihak sekolah dan pelaksana
kepengawasan sangat diperlukan.
Demikianlah Artikel tentang Standar Dan Proses Pendidikan. Semoga dengan mengetahui standar dan proses pendidikan menjadikan kita lebih memahami banyak hal tentang dunia pendidikan
0 Response to "STANDAR DAN PROSES PENDIDIKAN"
Post a Comment