PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
Thursday, 24 March 2016
Add Comment
PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
A. PENDIDIK
1. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang
membimbing anak agar si anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan.Pendidik
merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan
sasarannya adalah anak didik.
Dalam UU No. 20 tahun 2003, pendidik adalah tenaga pendidikan yangq berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaswara, tutor instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan pendidik profesional dengan tugas utamaq mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen
No.14 tahun 2005).
Anak didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan,
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.Oleh
karena itu, yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak di lingkungan
keluarga adalah orang tua, di lingkungan sekolah adalah guru, di lingkungan
masyarakat adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, seperti
pengasuh anak yatim, pembimbing dalam kelompok bermain. Pendidikan berlangsung
dalam pergaulan, seperti dikemukakan Langeveld (1980): tiap-tiap pergaulan
antara orang dewasa (orang tua, guru, dan sebagainya) dengan anak merupakan
lapangan atau suatu tempat dimana perbuatan mendidik berlangsung.
Orang dewasa merupakan manusia yang
sudah mandiri, tidak tergantung kepada orang lain, tidak tergantung kepada
pendapat orang lain tentang harga dan martabat dirinya, dan kesanggupannya.
Untuk membedakan gejala-gejala keanakan dan kedewasaan, Ngalim
No
|
Keanakan
|
Kedewasaan
|
1
|
Mencari bentuk
|
Menampakkan diri sebagai bentuk
|
2
|
Tak mempunyai ketetapan
|
Beranggapan memiliki ketetapan
|
3
|
Tak ada kemerdekaan
|
Merdeka
|
4
|
Mudah berubah
|
Tetap, stabil
|
5
|
Lemah
|
Kuat
|
6
|
Memerlukan bantuan
|
Membantu
|
7
|
Sangat mudah terpengaruh
|
Tidak tergantung kepada orang lain
|
Purwanto (2004)
mencoba membandingkannya sebagai berikut:
2. Jenis-Jenis Pendidik
a. Orang tua
Pendidik pertama muncul karena adanya anak.Segera setelah lahirnya
anak, orang tua (ayah dan ibu), dengan secara wajar alamiahdan kodrati mereka
menjadi pendidik.Orang tua secara wajar langsung menjadi pendidik karena pada
kenyataannya anak lahir dalam keadaan tidak berdaya.Ketidakberdayaan anak
terutama dalam dua hal, yaitu tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri, dan tidak berdaya untuk mengembangkan diri sendiri. Karena itu
memerlukan bantuan orang lain, dan tentunya harus orang dewasa.
Orang tua secara wajar menjadi pendidik karena mereka merasa
bertanggung jawab terhadap anaknya.Sehingga dengan tanggung jawab itu
mengundang para orang tua untuk membantu berkembangnya si anak, dan membantu
perkembangan anak itulah disebut mendidik. Peran pendidik pertama ni sangat
besar, karena mereka bukan saja sekedar mendidik anak agar menjadi besar dan
pandai segala macam, namun terutama ia membantu perkembangan anak dalam segi
kemanusiaannya, menjadikan anak didik sebagai manusia yang mampu hidup bersama
dengan orang lain, manusia bermoral dan berhati nurani.
b. Guru
Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi
pendidik.Mereka tidak bisa disebut secara wajar dan alamiah menjadi pendidik,
karena mereka mendapat tugas dari orang tua, sebagai pengganti orang tua.Mereka
menjadi pendidik karena profesinya sebagai pendidik, misalnya guru di sekolah.
Dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal yang harus
dimiliki seorang guru:
1) Guru harus sudah memiliki kedewasaan.
2) Guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan.
3) Guru harus mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia
membantunya.
4) Guru harus mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak
didik.
5) Guru harus mengenal masing-masing anak sebagai pribadi.
6) Guru harus menjadi seorang pribadi, artinya memiliki pribadi
yang terpuji.
3. Ciri-Ciri Pendidik
a. Berwibawa
Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang
terpancar dari dirinya terhadap anak didik.Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan
batin mendidik) menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang
semata-mata didasarkan kepada unsur wewenang jabatan.
b. Mengenal anak didik
Ciri kedua seorang pendidik adalah mengenal anak didiknya,
yakni sifat anak secara umum, anak usia kelas rendah berbeda sifatnya dengan
anak usia kelas tinggi, begitu pula secara khusus setiap anak walau dalam satu
kelas dan usia yang tidak jauh berbeda, sifatnya secara khusus berbeda pula.Untuk
itu seorang pendidik harus mengenal anak didik secara khusus.
c. Membantu anak didik
Ciri ketiga seorang pendidik adalah mau membantu anak
didiknya, dan bantuan yang diberikan harus sesuai dengan yang diharapkan anak
didiknya.Kita maklumi bahwa setiap anak didik mau menjadi dirinya sendiri,
ingin berdiri sendiri, mau bertanggung jawab sendiri, dan ingin menentukan
sendiri.Untuk itu pendidik tidak boleh terlalu memaksakan kehendak tapi ingat
pada keinginan anak didiknya tersebut.
4. Syarat-Syarat Pendidik
Edi Suardi (1984) mengungkapkan bahwa
seorang pendidik harus memenuhi beberapa persyaratan:
a. Seorang pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan.
b. Seorang pendidik harus mengenal anak didiknya.
c. Seorang pendidik harus tahu prinsip dan penggunaan alat
pendidikan
d. Mempunyai sikap bersedia membantu anak didik.
e. Bersatu padu dengan anak didiknya, artinya dapat membuat
suatu pergaulan pendidikan yang serasi dan mudah berbicara pada anak didik.
Pendidik tetap bertindak sebagai orang dewasa tetapi menyesuiakan cara
mendidiknya dengan dunia anak.
5.Tugas
dan Tanggung Jawab Pendidik
Tugas utama seorang guru diantaranya
adalah menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi
siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat (Djamarah, 1997: 1).
Menurut
Rosmali (2005), tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai
berikut: guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan
bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup
dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas
guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadi dirinya sebagai
orangtua kedua. Guru harus mampu menarik simpati sehingga guru tersebut menjadi
idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi
motivasi bagi siswa dalam belajar. Apabila seorang guru dalam penampilannya
sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah guru tidak akan dapat
menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan
menghadapi guru yang tidak menarik. Sedangkan masyarakat telah menempatkan guru
pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru
diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru
berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukkan manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan Pancasila (Usman, 1998: 7).
Jadi
tugas guru yang dimaksud adalah tugas yang terikat oleh dinas maupun di luar
dinas, dan dalam bentuk pengabdian. Sehingga keberadaan guru merupakan faktor
yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa
sejak dahulu, karena keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi
bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan
hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang
semakin canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung
memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik
untuk dapat mengadaptasikan diri.
Wijaya
dkk. (1994:9), menyebutkan beberapa tanggungjawab yang memerlukan sejumlah
kemampuan yang lebih khusus dari seorang guru, yaitu:
a. Tanggungjawab
moral adalah setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika
yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Tanggungjawab
dalam bidang pendidikan di sekolah adalah setiap guru harus menguasai cara
belajar-mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran, mampu dan
memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar dikelas, mampu menjadi model
bagi siswa, mampu memberikan nasihat, menguasai teknik-teknik pemberian
bimbingan dan layanan, mampu membuat dan
melaksanakan evaluasi dan lain-lain.
c. Tanggungjawab
guru dalam bidang kemasyarakatan adalah turut serta menyukseskan pembangunan
dalam bidang kemasyarakatan, untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi
kepada dan melayani masyarakat.
d. Tanggungjawab
guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku keilmuan bertanggungjawab dan
turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya
dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
B. ANAK DIDIK
1. Pengertian Anak Didik
Peserta didik adalah umat manusia yang
diakui haknya sebagai individu dan mempunya tanggung jawab sosial. Dengan
demikian peserta didik dikatakan sebagai anak manusia yang tengah berkembang
dengan pertolongan pendidik. Dalam UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalahq
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Perlu
dipahami bahwa anak sebagai manusia yang sedang berkembang menuju ke arah
kedewasaan memiliki beberapa karakteristik. Tirtarahadja (2000) mengemukakan 4
karakteristik yang dimaksudkan, yaitu:
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan makhluk unik
Anak
sejak lahir telah memiliki potensi-potens yang ingin dikembangkan dan
diaktualisasikan.Untuk itu dibutuhkan bantuan dan bimbingan dari pendidik.
b. Individu yang sedang berkembang
Anak
mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar, baik ditujukan pada diri
sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan. Sejak lahir bahkan sejak
dalam kandungan, manusia berada dalam proses perkembangan, dan prosesnya
melalui suatu rangkaian yang bertahap.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi
Dalam
proses perkembangannya anak didik membutuhkan bantuan dan bimbingan. Sepanjang
anak belum dewasa, ia membutuhkan bantuan dan menggantungkan diri kepada orang
dewasa.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Anak
didik dalam perkembangannya memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah
kedewasaan.Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga
menimbulkan kewajiban bagi pendidik untuk secara bertahap memberi kebebasan dan
pada akhirnya pendidik mengundurkan diri dari usaha memberi bantuan kepada
anak, apabila anak benar-benar telah mandiri.
2. Ciri-Ciri Anak Didik
Dalam mengungkapkan ciri-ciri anak
didik, Edi Suardi (1984) mengemukakan 3 ciri anak didik, yaitu:
a. Kelemahan dan ketidakberdayaan
Anak
ketika dilahirkan dalam keadaan lemah tidak berdaya.Untuk dapat bergerak harus
melalui berbagai tahapan.Berbeda dengan binatang begitu lahir langsung bisa
berdiri. Kelemahan yang dimiliki anak adalah kelemahan rohaniah dan jasmaniah,
misalnya dia tidak kuat oleh gangguan cuaca, keadaaan tubuh yang basah, panas
atau dingin. Begitu juga rohaniahnya, dia tidak mampu membedakan keadaan yang
berbahaya dan menyenangkan. Kelemahan dan ketidakberdayaan anak makin lama
makin berkurang berkat bantuan dan bimbingan pendidik atau dengan kata lain
melalui pendidikan.
b. Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang
Bayi
yang normal atau sehat tidak pernah diam, ia selalu ingin bergerak. Apa saja
yang ia temukan ia raba dan ia coba, semuanya ingin ia ketahui. Kelemahan dan
ketakberdayaan bayi menjadi motor vitalitas pada bayi sehingga ia ingin
berkembang. Keinginan berkembang yang menggantikan ketidakmampuan pada saat
anak manusia lahir merupakan suatu karunia yang besar yang membawa mereka ke
tingkat kehidupan jasmaniah dan rohaniah yang tinggi.
c. Anak didik yang ingin menjadi diri sendiri
Anak
didik ingin menjadi dirinya sendiri.Hal tersebut penting baginya, karena untuk
dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang harus menjadi diri sendiri. Tanpa
itu, manusia akan menjadi manusia yang tidak berkepribadian.
3. Perkembangan Anak Didik
a. Bayi (0 – 2 tahun)
Masa
bayi, di satu sisi dalam keadaan tidak berdaya, akan tetapi di sisi lain
menunjukkan keinginan berkembang yang tak mau berhenti dan dengan semangat
mengagumkan. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang disekitarnya.Ia sepenuhnya mempercayai orang tuanya,
tetapi orang asing yang datang padanya belum tentu dipercayainya.
b. Kanak-kanak (3 – 7 tahun)
Masa
kanak-kanak dapat diklasifikasikan menjadi 2 fase, yaitu:
Pertama.Usia3
– 4 tahun, merupakan masa otonomi, rasa malu, dan ragu. Pada tahap ini, sampai
batas tertentu, anak belajar untuk dapat berdiri sendiri secara fisik dalam
arti duduk, berdiri, berjalan, bermain sendiri tanpa dibantu oleh orang lain,
namun di sisi lain ia juga memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,
sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Kedua.Usia
4 – 7 tahun adalah masa eksplorasi (penyelidikan). Masa ini penuh dengan
kegairahan untuk melihat dan mengetahui sebanyak-banyaknya yang ditandai dengan
hasrat ingintahu yang luar biasa.Karena itu tidak mengherankan kalau pada tahap
ini anak selalu aktif.
c. Anak-anak (7 – 12 tahun)
Pada
masa anak-anak ini, mereka menginjak masa yang lebih luas, dunia mereka lebih
rasional daripada dunia kanak-kanak.Tanda utamanya adalah pengenalan dan
penyelidikan yang lebih luas. Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa
saja yang ada di lingkungannya, dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap
lingkungannya sangat besar.
d. Puber (12 – 14 tahun)
Masa
puber merupakan masa transisi sebab masa ini berada dalam peralihan antara masa
anak-anak dan remaja.Pada tahap ini, anak mulai mengalami perubahan secara
biologis dan psikologis.Anak mengalami perubahan fisik dan perubahan
suara.Secara psikologis, laki-laki dan perempuan mulai tertarik kepada lawan
jenis.
e. Remaja (14 – 17 tahun)
Masa
remaja sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung oleh kemampuan dan
kecakapan yang dimiliki.Ia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan
identitas diri, ciri-ciri khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan
memperlihatkan identitas diri pada remaja seringkali sangat ekstrim dan
berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai bentuk
penyimpangan.
4. Anak didik sebagai Individu
Individu adalah orang seorang diri, perseorangan.Manusia
perseorangan sebagai kesatuan yang tidak dapat dibagi, memiliki perbedaan
dengan yang lainnya sehingga bersifat unik. Tidak ada dua individu yang persis
sama, sekalipun kembar siam dan bebas mengambil keputusan atau tindakan atas
pilihan dan tanggung jawabnya sendiri. Setiap anak yang berada dalam ikatan
pendidikan dengan pendidiknya adalah mereka yang pada dasarnya ingin menjadi
“diri sendiri”.
C. INTERAKSI PEDAGOGIS ANTARA PENDIDIK DENGAN ANAK DIDIK
Interaksi pedagogis merupakan suatu
pergaulan antara anak dengan orang dewasa untuk mencapai tujuan pendidikan,
yaitu manusia mandiri, manusia dewasa.Interaksi pedagogis pada dasarnya adalah
komunikasi timbal balik antara anak didik dengan pendidik yang terarah pada
tujuan pendidikan.
1. Dimensi-dimensi interaksi sosial
a. Interaksi
sosial didalam situasi belajar-mengajar ditandai dengan hubungan pkerjaan.
b. Interaksi sosial didalam
situasi belajar-mengajar selalu bertujuan untuk mencapai sesuatu untuk
kepentingan murid.
c. Interaksi sosial disini ditandai dengan kemauan guru
untuk membantu murid mencapai suatu kepandaian atau keterampilan serta sikap
tertentu.
d. Sebaliknya interaksi sosial disini berlandaskan anggapan
murid bahwa guru itu dapat membantunya dalam hal-hal tertentu da dalam
perkembangannya.
2. Ciri-ciri interaksi belajar-mengajar
a. Interaksi belajar mengajar bertujuan untuk
membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu .
b. Ada
suatu prosedur (jalannya interaksi) yang sengaja direncanakan untuk mencpai
suatu tujuan.
c. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan suatu
penggarapan material yang khusus.
d. Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan aktivitas
murid.
3. Jenis interaksi dilihat dari jumlah
murid.
a. Jenis
interaksi individual
Pada
interaksi ini anak banyak mendapat kesempatan untuk mengalami berbagai proses
belaja, karena guru hanya berbicara pada ia seorang, sehingga kesempatan banyak
diberikan kepadanya.
b. Interaksi belajar mengajar berkelompok
Jenis ini yang sekarang banyak dipakai. Hal
itu disebabkan karena cara ini lebih murah dan lebih cepat. Murahnya dilihat
dari jumlah guru dan peralatan yang diperlukan. Murid disini dapat lebih banyak
dapat kesempatan berkembang, karena pergaulan antar murid satu sama lain.
c. Interaksi
belajar mengajar dengan tim guru.
Caranya
ialah dengan membagi tugas antar guru-guru tersebut sesuai dengan
keahliannya dan masing-masing bergiliran melakukan interaksi.
4. Interaksi belajar mengajar dengan
perantara modul.
Pengertian modul ini dibawa kedalam dunia pendidikan. Artinya satu kumpulan
berbagai bahan dan tugas pelajaran yang merupakan seperangkat alat pelajaran
untuk mencapai suatu tujuan intruksional tertentu
5. Syarat-syarat interaksi
belajar-mengajar
a. Interaksi
belajar-mengajar harus bertujuan
b. Setelah
tujuan ditemukan tentukanlah bahan pelajaran yang akan menjadi pokok masalah
antara guru dan murid.
c. Tentukanlah
prosedurnya atau uraian kegiatannya.
d. Harus
ditetapkan metode yang dipakai serta jenis peralatan pendidikan apa yang harus
digunakan.
e. Suatu interaksi adalah perjalanan suatu kebulatan
kegiatan dan pelajaran. Dan juga harus ada evaluasi.
Baca juga : Pendidikan dan tenaga kependidikan
PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
0 Response to "PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK "
Post a Comment