Pendekatan Open-Ended
Wednesday, 16 March 2016
Add Comment
Pendekatan Open-Ended
A. Pengertian Pendekatan Open-Ended
Menurut Suherman dkk (2003: 123)
problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar disebut problem
tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Murid yang
dihadapkan dengan Open-Ended problem tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan
jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Dengan demikian bukanlah hanya satu metode dalam mendapatkan jawaban, namun
beberapa atau banyak. Sifat “keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang
apabila hanya ada satu cara dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau
hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk masalah tersebut.
Dipandang dari strategi bagaimana
materi pelajaran disampaikan, pada prinsipnya pendekatan Open-Ended sama dengan
pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam
prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada murid. Hal ini sesuai
dengan pendapat Shimada (1997: 1) bahwa “pendekatan Open-Ended adalah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau
penyelesaian yang benar lebih dari satu”.
Pendekatan Open-Ended dapat memberi kesempatan kepada murid untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah yang
bersifat terbuka (Open-Ended problem) atau
masalah tidak lengkap (incomplete
problem). Sedangkan dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga
tipe, yakni:
1) Prosesnya
terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang benar.
2) Hasil
akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban yang benar,
3) Cara
pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya ketika murid telah menyelesaikan
masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara merubah
kondisi masalah sebelumnya (asli).
Berdasarkan pengertian dan tujuan pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended di atas, perlu digaris bawahi bahwa
pendekatan Open-Ended memberi kesempatan kepada murid untuk berpikir bebas
sesuai dengan minat kemampuannya. Dengan demikian kemampuan berpikir matematis
murid dapat berkembang secara maksimal dan kegiatan-kegiatan kreatif murid
dapat terkomunikasikan melalui proses pembelajaran.
Adapun beberapa hal yang dapat
dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah, antara lain sebagai berikut:
1) Menyajikan
permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika
dapat diamati dan dikaji murid;
2) Menyajikan
soal-soal pembuktian yang dapat diubah sedemikian rupa sehingga murid dapat
menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu;
3) Menyajikan
bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga murid dapat membuat suatu
konjektur;
4) Menyajikan
urutan bilangan atau tabel sehingga murid dapat menemukan aturan matematika;
5) Memberikan
beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga murid bisa
mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari
contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum;
6) Memberikan
beberapa latihan serupa sehingga murid dapat menggeneralisasi dari
pekerjaannya.
Apabila guru telah
mengkonstruksikan atau memformulasi masalah Open-Ended dengan baik, ada tiga
hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran sebelum masalah itu ditampilkan
di kelas adalah:
1) Apakah
masalah itu kaya dengan konsep-konsep matematika dan berharga? Masalah
Open-Ended harus mendorong murid untuk berpikir dari berbagai sudut pandang. Di
samping itu juga harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk
murid berkemampuan tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi
sesuai dengan kemampuannya.
2) Apakah tingkat matematika dari masalah itu
cocok untuk murid? Pada saat murid menyelesaikan masalah Open-Ended, mereka
harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki. Jika
guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan murid, maka
masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang beralasan dalam wilayah
pemikiran anak.
3) Apakah
masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut? Masalah
harus memiliki keterkaitan atau hubungan dengan konsep-konsep matematika yang
lebih tinggi sehingga dapat memacu murid untuk berpikir tingkat tingga.
Pada tahap ini hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang baik adalah sebagai
berikut:
1) Tuliskan
respon murid yang diharapkan.
Pembelajaran matematika dengan
pendekatan matematika Open-Ended, murid diharapkan merespon masalah dengan
berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu guru harus mempersiapkan atau
menuliskan daftar antisipasi respon murid terhadap masalah.
2) Tujuan dari
masalah itu diberikan kepada murid harus jelas.
Guru memahami dengan baik peranan
masalah itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan
sebagai topik yang tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada murid,
atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar murid. Berdasarkan pengalaman,
masalah Open-Ended efektif untuk pengenalan konsep baru atau rangkuman kegiatan
belajar.
3) Sajikan
masalah semenarik mungkin bagi murid.
Konteks permasalahan yang
diberikan atau disjikan harus dapat dikenal baik oleh murid, dan harus
membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual murid.Oleh karena itu
masalah Open-Ended memerlukan waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi
pemecahannya, maka masalah itu harus mampu menarik perhatian murid.
4) Lengkapi
prinsip formulasi masalah, sehingga murid mudah memahami maksud masalah itu.
Masalah harus diekspresikan
sedemikian rupa sehingga murid dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan
pendekatan pemecahannya.murid dapat memahami kesulitan, bila eksplanasi masalah
terlalu singkat. Hal itu dapat timbul karena guru bermaksud memberikaan
terobosan yang cukup kepada murid untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan
masalah. Atau dapat pula diakibatkan murid memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki pengalaman belajar karena terbiasa mengikuti petunjuk-petunjuk dari
buku teks.
5) Berikan
waktu yang cukup bagi murid untuk mengekplorasi masalah.
Terkadang waktu yang dialokasikan
tidak cukup dalam menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan
dan penyelesaian, dan merangkum dari apa yang telah dipelajari murid. Karena
itu, guru harus memberi waktu yang cukup kepada murid untuk mengekplorasi
masalah. Berdiskusi secara aktif antar sesama murid dan antara murid dengan
guru merupakan interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan Open-Ended.
B. keunggulan pendekatan Open-Ended
Adapun keunggulan pendekatan Open-Ended menurut Suherman, dkk
(2003:132) adalah sebagai berikut:
a) Murid
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
idenya.
b) Murid
memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematik secara komprehensif
c) Murid dengan
kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka
sendiri.
d) Murid secara
intrinsik termotivasi untuk memerikan bukti atau penjelasan
e) Murid
memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
keunggulan pendekatan Open-Ended
Sedangkan keunggulan pendekatan Open-Ended menurut Suherman, dkk (2003;133) antara lain :
a) Membuat dan
menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi murid bukanlah pekerjaan
mudah.
b) Mengemukakan
masalah yang langsung dapat dipahami murid sangat sulit sehingga banyak murid
yang menglami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
c) Murid dengan
kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
d) Mungkin ada
sebagian murid yang merasa bahwa kegiatan mereka tidak menyenangkankarena
kesulitan yang mereka hadapi.
artikel: Pendekatan Open-Ended
0 Response to "Pendekatan Open-Ended"
Post a Comment