Pendekatan konstrustivistik
Wednesday, 16 March 2016
Add Comment
Teori belajar konstruktivis adalah murid itu
sendiri yang harus menemukan dan mentransfer informasi-informasi yang akan
dijadikan miliknya, dengan kata lain pengetahuan dapat dibentuk oleh murid
dalam pakirannya sendiri setelah adanya interaksi dengan linngkungan ini
berarti bahwa belajar adalah pengkonstruksian pengetahuan oleh murid secara
aktif (Supomo, 1997 : 18). Konstruktivis beranggapan bahwa dalam hal belajar
adalah strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak murid
yang memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah
memfasilitasi proses pembelajaran dengan :
a) Menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi murid
b) Memberi
kesempatan kepada murid untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
c) Menyadarkan
murid agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Konstruktivistik adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kiat sendiri. Von Glaserfeld (Inganah, 2003: 1)
menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dan kenyataan (realita). Para
ahli konstruktivistik mengatakan bahwa ketika murid mencoba menyelesaikan
tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara aktif dan
setuju bahwa belajar matematika melibatkan manipulasi aktif dan pemaknaan. Menurut
Suherman (2006: 24) “dalam mengkonstruksi pengertian matematika melalui
pengalaman dapat didefinisikan dan kuat terhadap konstruksi (Power full
Construction ) berfikir murid”.
Powerfull Construction itu
ditandai oleh :
a) Sebuah
struktur dengan ukuran kekonsistenan
internal
b) Suatu keterpaduan
antar macam-macam konsep
c) Suatu
kekonvergenan di antara aneka dan konteks.
d) Suatu
kemampuan untuk merefleksi dan menjelaskan.
e) Sebuah kesinambunngan
sejarah.
f) Terkait
kepada macam-macam sistem simbol
g) Suatu yang
cocok dengan pendapat ekspert (ahli)
h) Suatu
potensial untuk bertindak sebagai alat untuk konstruksi lebih lanjut.
i) Sebagai
petunjuk untuk tindakan berikutnya.
j) Suatu
kemampuan untuk menjustilikasi dan mempertahankan..
Dalam konstruktivistik proses
pembelajaran senantiasa “Problem Centered Opronc” dimana guru dan murid
terkait dalam pembicaraan yang bermakna dalam pembelajaran. Dalam prakteknya
pendekatan konstruktivistik terhadap evaluasi pembelajaran ditekankan pada
penyusunan makna secara aktif yang melibatkan keterampilan terintegrasi dengan
menggunakan masalah dalam konteks nyata, yang berorientasi untuk menggali
munculnya berfkir divergen pada diri murid dan pemecahan masalah atas berbagai
macam solusi masalah.
Tujuan pembelajaran berdasarkan
pandangan konstruktivis adalah membangun pemahaman. Pemahaman memberi makna
tentang apa yang dipelajari. Belajar menurut konstrutivis tidak ditekankan
untuk memperoleh pengetahuan yang banyak tanpa pemahaman. Hudojo (1998: 6)
mengemukakan bahwa “pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis
adalah membantu murid untuk membangun konsep/ prinsip”.
1) Ciri-ciri
pendekatan konstruktivistik
Ciri pembelajaran matematika
secara kontruktivis sebagai berikut:
a)
Murid terlibat aktif dalam belajarnya murid belajar materi matematika secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir, b)
Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu
dengan skemata yang dimiliki murid, c) orientasi pembelajaran adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. (Hudo Jo,
1998: 7).
Baca juga: Pendekatan kooperatif tipe STAD
Baca juga: Pendekatan kooperatif tipe STAD
Agar pembelajaran matematika
dapat tercapai secara optimal maka harus disediakan lingkungan belajar
yang kontruktivis pula.
Ciri-ciri guru
yang konstruktivis sebagai berikut a) Senantiasa mendorong dan menerima otonomi
dan inisiatif murid, b) memberikan kesempatan pada murid untuk berpikir sesuai
dengan pengetahuannya, merancang materi dan strategi pembelajaran yang
didasarkan pada respon murid, c) memberikan waktu tunggu setelah melontarkan
pertanyaan, d) mendorong murid untuk senantiasa berinteraksi dengan murid lain,
e) mendorong murid untuk melakukan refleksi pada eksperimennya dan memprediksi
hasilnya, f) meminta murid untuk menyebutkan teorinya mengenai konsep yang baru
dipelajari, sebelum murid mempresentasikan pemahaman konsepnya, g) mencari
pengetahuan/ konsepsi awal murid tentang konsep yang sedang dipelajari, dan
mengarahkan kegiatan pembelajaran menuju pada perbaikan miskonsepsi.
Karakteristik
utama belajar menurut pendekatan konstruktivistik, Mustaji dan Sugiarso (Aisyah,
2007 :7) yaitu (1) belajar adalah proses aktif dan terkontrol yang maknanya
terkonstruksi oleh masing-masing individu, (2) belajar adalah aktifitas social
yang ditemukan dalam kegiatan bersama dan memiliki sudut panang yang berbeda,
(3) belajar melekat alam pembangunan suatu artifak yang dilakukan dengan saling
berbagi kritik oleh teman sebaya.
Pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan kontruktivisme. seperti dijelaskan Carr, dkk
(dalam Fachrurrasy, 2001: 4) lebih menjanjikan atau memberikan beberapa
keuntungan. Keuntungan tersebut antara lain : (1) lebih memotifasi murid dalam
belajar, karena fokusnya pada murid dan prosesnya autentik, (2) mendorong
berpikir kritis, sintetis, kreatif dan bermakna, (3) memungkinkan penggunaan
gaya / cara mengajar yang berbeda oleh setiap murid, (4) mendorong pencapaian
secara alami.
BACA JUGA: Pendekatan InQuiry (KLIK DISINI)
BACA JUGA: Pendekatan InQuiry (KLIK DISINI)
Dasar
pemikiran fundamental kontruktivis, bahwa murid secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya. Sehingga belajar menurut pandangan ini adalah perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak srelalu terilihat sebagai tingkah laku.
Belajar merupakan proses menata diri mengatasi konflik kognitif yang berasal
dari pengalaman nyata, bacaan dan renungan, Mustafa (Latri, 2003: 11) belajar
dipandang sebagai proses yang aktif untuk membangun pengetahuannya oleh dunia
sekitar dengan membuat hubungan antara hubungan yang dimiliki serta pengetahuan
yang sedang dipelajar.
2) Prinsip-prinsip
pendekatan kontruktivisme
Perinsip-prinsip
pembelajaran menurut pendekatan kontruktivisme (Aisyah, 2007 : 7) adalah sebagai
berikut:
(1)
menciptakan lingkungan dunia nyata dengan menggunakan konteks yang relevan, (2)
menentukan pendekatan realistis guna memecahkan masalah dunia nyata, (3)
analisis strategi yang dipakai untuk memecahkan dilakukan oleh murid, (4)
tujuan pembelajaran tidak dipaksakan tetapi dinegosiasikan bersama, (5) menekankan
antar hubungan konseptual dan menyediakan perspektif ganda mengenai ini, (6)
evaluasi harus merupakan analisis diri sendiri, (7) menyediakan alat dan
lingkungan yang membantu murid menginterpresikan perspektif ganda tentang
dunia, (8) belajar harus dikontrol secara internal oleh murid sendiri dan
dimediasi oleh guru.
Pendekatan kontruktivisme cenderung
menyediakan lingkungan belajar bagi murid yang maksimal agar murid dapat
mengkonstruk pengetahuannya untuk menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi.
Terkait dengan penyediaan lingkungan belajar yang maksimal, Knuth dan
Cunningham (Inganah, 2003: 13) memberikan tujuh perinsip yaitu (1) menyediakan
pengalaman belajar yang memungkinkan
murid dapat belajar melalui peruses konstruksi pengetahuan, (2) menyediakan
pengalaman alam berbagai pandangan yaitu masalah dalam dunia nyata atau
kehidupan sehari-hari, (3) mengaitkan pembelajaran dengan realita dengan
konteks yang sesuai, (4) mendorong murid
untuk aktif dalam peroses beajar, (5) mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman
sosial, (6) menggunakan berbagai model reprentasi, yaitu menggunakan berbagai
media pembelajaran, (7) melibatkan faktor emosional murid dalam peruses
konstruksi pengetahuan.
0 Response to "Pendekatan konstrustivistik"
Post a Comment