STRATEGI PEMBELAJARAN
Wednesday, 11 May 2016
Add Comment
STRATEGI PEMBELAJARAN
A. SEKILAS TENTANG STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam peruses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan
dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2)
strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran.
Uraian mengenai strategi penyampaian pengajaran menekankan
pada media apa yang dipakai untuk menyampaikan pengajaran, kegiatan belajar apa
yang dilakukan siswa, dan dalam struktur belajar mengajar yang bagaimana.
Strategi pengelolaan menekankan pada penjadwalan penggunaan setiap komponen
strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pengajaran, termasuk pula
pembuatan catatan tentang kemajuan belajar siswa.
B. STRATEGI PENGORGANISASIAN PENGAJARAN
Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh
Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977) sebagai structural strategi, yang
mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing)
dan mensintesis (synthesizing) fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip isi bidang studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan
antara fakta, konsep, prosedur, atau prinsip yang terkandung dalam suatu bidang
studi.
Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase
yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik dalam suatu bidang studi
menjadi lebih bermakna bagi siswa (Ausubel, 1968) yaitu dengan menunjukkan
bagaimana topik-topik itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi.
Keberkamnaan ini akan menyebabkan siswa memiliki resensi yang lebih baik dan
lebih lama terhadap topik-topik yang dipelajari sequencing, atau penataan urutan, juga penting, karena amat
diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang lebih penting, karena pada
hakikatnya, semua isi bidang studi memiliki prasyaratan belajar (Gagne, 1968,
1977a, 1977c).
Penggarapan strategi pengorganisasian pengajaran tidak bisa
dipisahkan dari karasteristik struktur isi bidang studi. Ini disebabkan oleh
struktur isi bidang studi memiliki implikasi yang amat penting bagi upaya
pembuatan urutan dan sintesis antar isi suatu bidang studi. Struktur bidang
studi, seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, mengacu kepada keterkaitan
di antara bagian-bagian yang tercakup dalam suatu bidang studi. Struktur bidang
studi bisa berupa struktur belajar atau hierarki belajar, struktur procedural,
struktur konseptual, dan struktur teoretis (Reigeluth dan Stein, 1983).
1. Strategi Makro dan Mikro
Bagian ini akan menguraikan strategi pengorganisasian makro,
yang diacukan untuk menata keseluruhan isi bidang studi, dan strategi
pengorganisasian mikro, yang diacukan untuk menata sajian suatu konsep atau
prinsip, atau prosedur. Sebenarnya begitu banyak teori yang telah dikembangkan,
baik untuk strategi mikro maupun makro. Beberapa dari ssejumlah teori yang
berurusan dengan strategi mikro yang akan diuraikan dalam bagian ini adalah
teori penataan urutan berdasarkan prasyaratan belajar dari Gagne, model
pembentukan konsep dari Taba, dan penguasaan konsep dari Bruner. Untuk strategi
makro pengintegrasian sejumlah teori, seperti hierarki belajar dari Gagne,
teori spiral dari Bruner, analisis tugas dari Gropper, teori skema dari Mayer,
urutan subsumtive dari Ausubel, dan Webteaching dari Norman; dilakukan oleh
Reigeluth untuk mendapatkan suatu teori yang komprehensif yang disebut dengan
teori elaborasi.
2. Strategi Mikro
Teori
Gagne dan Briggs
Selama bertahun-tahun, Gagne dan Briggs telah mengembangkan
berbagai teori pengajaran yang preskriptif (Gagne, 1975, 1977a; 1977c; 1985;
Gagne dan Briggs, 1979; Gagne dan Wager, 1981; Briggs, 1977a, 1977b; Marti dan
Briggs, 1986). Teori pengajaran yang dikembangkannya mempreskripsikan hal-hal
yang berkaitan dengan (a) kapabilitas belajar, (b) peristiwa pengajaran, dan
(c) pengorganisasian pengajaran (atau dengan ungkapan aslinya, urutan
pengajaran).
3. Kapabilitas Belajar
Untuk keperluan merancang pembelajaran, Gagne (1984, 1985)
mengemukakan 5 (lima) kategori kapabilitas yang didapat siswa, yaitu sebagai
berikut.
a. Informasi verbal.
b. Keterampilan intelektual, yang mencakup 5 (lima) bagian
kategori
1. diskriminasi;
2. konsep konkret;
3. konsep abstrak;
4. kaidah;
5. kaidah tingkah lebih tinggi.
c. Strategi kognitif.
d. Sikap
e. Ketarampilan motorik.
Kagegorisasi kapabilitas ini penting sekali bagi
pengembangan teori pengajaran, karena setiap kategori menuntut penggunaan
metode pengajaran yang berbeda. Menurut Gagne, belajar telah terjadi apabila
siswa telah memperoleh kapabilitas tertentu untuk melakukan sesuatu.
Karasteristik setiap kabalitisa diuraikan berikut ini.
Informasi verbal. Siswa telah belajar informasi verbal
apabila ia dapat mengingat kembali informasi itu. Indikator yang biasanya
dipakai untuk menunjukkan kapabilitas ini berupa : menyebutkan atau menuliskan
informasi seperti nama, kalimat, alsan, argument, proposisi, atau seperangkat
proposisi yang terkait.
Keterampilan intelektual. Kapabilitas dalam menggunakan
simbol untuk mengorganisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Siswa akan menggunakan suatu keterampilan
intelektual apabila ia berinteraksi dengan lingkungan. Dua bentuk simbol,
bahasa dan angka, dapat digunakan dalam berbagai kegiatan seperti membaca, dan
menulis, membedakan, menggabungkan, mengklarifikasikan, menjumlah, dan
seterusnya. Penggunaan simbol-simbol untuk mendeskriminasi, membentuk konsep
dan kaidah, serta memecahkan masalah menghasilkan apa yang disebut dengan keterampilan
intelektual. Rincian dari keterampilan intelektual adalah sebagai berikut.
Diskriminasi. Suatu kapabilitas untuk melakukan respons yang
berbeda pada peragsang yang memiliki dimensi fisik yang berbead. Siswa
dikatakan mendeskriminasi apabila ia menyatakan apakah sesuatu itu sama atau
berbeda dengan yang lain atau berdasarkan dimensi fisiknya seperti ukuran,
warna, bentuk atau suara. Ini merupakan keterampilan intelektual yang paling
dasr.
Konsep konkret. Siswa telah belajar konsep konkret apabila
ia telah dapat mengidentifikasi contoh-contoh baru (atau yang belum dipelajari)
dan sekelompok objek dan kelompok-kelompok objek. Konsep konkret diidentifikasi
dengan menunjuk ke atau menandai pada, contoh-contoh dan biasanya tidak dapat
diidentifikasi dengan definisi. “Bola”, “roda”, “segitiga”, atau “kuda” adalah
contoh-contoh dan konsep konkret.
Konsep abstrak. Siswa telah belajar konsep abstrak apabila
ia menggunakan suatu definisi untuk mengklasifikasi contoh-contoh yang tidak
dipelajari sebelumnya. Konsep-konsep seperti “keluarga” atau “orang asing”
adalah contoh konsep abstrak.
Kaidah. Siswa telah belajar kaidah, apabila ia dapat
menggunakan kaidah itu pada contoh-contoh yang sebelumnya tidak dipelajari.
Kaidah adalah hubungan antara dua konsep atau lebih. Contoh: penggunaan “rumus
persamaan kuadrat yang menggunakan rumus abc”, yang diungkapkan dengan y=ax2+bx+c=0,
untuk memecahkan masalah-masalah persamaan kuadrat.
Kaidah tingkat lebih tinggi (pemecahan masalah). Siswa telah
mencapai kaidah tingkat tinggi apabila ia menggunakan dua kaidah atau lebih,
yang sudah dipelajari sebelumnya, untuk memecahkan masalah-masalah baru.
Kapabilitas ini melibatkan penguasaan sejumlah konsep dan kaidah yang kemudian
harus diintegrasikan untuk memecahkan masalah. Di samping itu, karena masalah
tersebut adalah baru, siswa harus meneliti lebih dahulu dan memilih
kaidah-kaidah mana yang optimal digunakan.
Gagne
(1984, 1985) menghipotesisikan bahwa keterampilan intelektual ini bersifat
kontinum dan sederhana ke kompleks serta memiliki hubungan yang hierarkis.
Artinya, belajar keterampilan intelektual yang lebih tinggi, memerlukan
penguasaan keterampilan intelektual yang lebih rendah. Atau, keterampilan
intelektual yang lebih rendah menjadi prasyarat bagi belajar keterampilan yang
lebih tinggi.
Strategi kognitif. Siswa telah belajar strategi kognitif
apabila ia telah mengembangkan cara-cara
untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi proses mandiri, serta dapat
menemukan sekaligus memecahkan masalah-masalah baru. Menganalisis suatu masalah
menjadi masalah yang lebih rinci, menerangkan isi buku teks, dan menggunakan
cara-cara menmonik, merupakan contoh-contoh dan strategi kognitif.
Sikap adalah keadaan mental yang kompleks dari siswa
yang dapat mempengaruhi pilihannya untuk melakukan tindakan-tindakan yang
sifatnya pribadi terhadap orang lain, benda, atau peristiwa. Siswa telah
memiliki sikap apabila ia telah memilih melakukan tindakan yang sama untuk
situasi yang sama berulang. Perilaku yang hanya tujukan pada satu situasi tidak
dapat dijadikan indikator sikap. Sikap hanya tampak apabila ada perilaku yang
konsisten dalam berbagai situasi yang serupa. Pilihan tindakan yang sifatnya
pribadi dan ditunjukkan secara konsisten, seperti lebih menyukai musik
keroncong daripada rock, takut pada ular, mencerminkan sikap-sikap yang telah
dipelajari
Keterampilan motorik. Siswa telah mengembangkan keterampilan
motorik apabila ia telah menampilkan gerakan-gerakan fisik dalam menggunakan
bahan atau peralatan-peralatan menurut prosedur yang semestinya. Lebih umum,
apabila ia mampu melakukan gerakan dalam berbagai tindakan motorik yang terorganisasi.
Mengendarai mobil, melempar bola, menulis surat, merupakan contoh-contoh
keterampilan motorik. Kondisi belajar satu alasan yang kuat sekali mengapa
kategorisasi kapabilitas memperlihatkan unjuk kerja yang berbeda. Lebih lannut,
Gagne dan Briggs mempreskripsikan kondisi belajar yang berbeda untuk setiap
kategori kapabilitas. Mereka membedakan 2 (dua) jenis kondisi belajar, yaitu
(1) Kondisi belajar internal;
(2) Kondisi belajar eksternal.
Kondisi siswa internal mengacu kepada perolehan dan
penyimpanan kapabilitas-kapabilitas yang telah dipelajari siswa yang mendukung
belajar kapabilitas lainnya. Kondisi belajar eksternal mengacu kepada berbagai
cara yang dirancang untuk memudahkan proses-proses internal dalam diri siswa
ketika belajar.
Kondisi belajar internal. Dalam belajar keterampilan
intelektual, penting sekali bagi siswa mengingat kembali prasyarat tertentu
yang telah dipelajari. Umpamanya sebelum siswa dapat mengklasifikasi
contoh-contoh baru dan konsep hewan bertulang belakang, maka ia harus telah
mengenal bahwa setiap hewan memiliki karasteristik yang berbeda dan secara
khusus mengingat kembali karasteristik hewan bertulang belakang. Untuk belajar
sikap, siswa perlu mengingat kembali model-model yang memperlihatkan
sikap-sikap tertentu. Belajar strategi kognitif didasarkan pada keterampilan
intelektual yang telah dipelajari, dan belajar informasi verbal dan dimudahkan
bila siswa dapat mengingat kembali informasi yang telah dipelajarinya yang ada
kaitannya dengan yang baru.
Artikel: STRATEGI PEMBELAJARAN
0 Response to "STRATEGI PEMBELAJARAN"
Post a Comment