PENGERTIAN MOTIVASI BERAFILIASI
Wednesday, 13 April 2016
Add Comment
PENGERTIAN MOTIVASI BERAFILIASI
Dalam kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan berafiliasi
adalah pertalian sebagai anggota atau cabang; perhubungan. Interaksi yang
paling sederhana adalah interkasi satu arah yang satu memberi dan yang lain
menerima ; dalam psikologi sosial kejadian tersebut disebut aksi, belum
interaksi. Murray (Hall & Lindzey, 2004) mendefinisikan kebutuhan afiliasi
adalah mendekatkan diri, bekerjasama atau membalas ajakan orang lain yang
bersekutu (orang lain yang menyerupai atau menyukai subjek), membuat senang dan
mencari afeksi dari objek yang disukai, patuh dan tetap setia kepada seorang
kawan. McClelland (1987) menyatakan bahwa kebutuhan berafiliasi adalah
kehangatan dan sokongan dalam hubungan dengan orang lain.
Motivasi berafiliasi adalah hasrat untuk disukai dan
diterima baik oleh orang-orang lain (dalam Robbins, 1996). Stanley (dalam
Gellerman, 1984) menyatakan bahwa, afiliasi merupakan keinginan untuk bersatu
dengan orang lain tanpa memperdulikan apapun kecuali kebersamaan yang jelas
dapat diperoleh. Motivasi berafiliasi adalah kebutuhan dalam kehidupan
sehari-hari manusia. Keadaan yang dirasakan tersebut merupakan suatu bentuk
kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh setiap individu selama rentang kehidupannya.
Perasaan kekurangan yang dirasakan bisa bersifat fisiologis, seperti kebutuhan
akan makanan,atau yang bersifat psikologis seperti harga diri dan yang bersifat
sosiologis, seperti aktualisasi diri dan afiliasi.
Afiliasi
menurut Poerwadarwinta (1986), adalah penggabungan, perkaitan, kerja
sama, penerimaan sebagai anggota (suatu golongan masyarakat atau
perkumpulan). Menurut Murray (dalam Hall dan Lindzey, 1993), motivasi
berafiliasi adalah keinginan untuk mendekatkan diri, bekerja sama atau
membalas ajakan orang lain yang bersekutu (orang lain yang menyerupai atau
menyukai subjek), membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai,
patuh dan setia kepada seorang kawan.
Berdasarkan
beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berafiliasi
adalah suatu dorongan yang muncul dalam diri setiap individu untuk melakukan interaksi
dalam menjalin suatu ikatan dalam suatu lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan
individu sebagai makhluk sosial.
1)
Faktor-faktor
yang memunculkan motivasi berafiliasi
Maslow (dalam Koeswara, 1991)
mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang tidak pernah berada
dalam keadaan sepenuhnya puas. Bagi manusia kepuasan itu sifatnya
sementara, jika suatu kebutuhan telah terpuaskan yang lain akan muncul
menuntut kepuasan, begitu seterusnya. Berdasarkan ciri yang demikian, Maslow
mengajukan gagasan bahwa kebutuhan pada manusia adalah bawaan, tersusun
menurut tingkatan atau bertingkat, dengan kebutuhan dasar fisiologis sebagai
kebutuhan pertama, lalu seterusnya diikuti oleh kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan akan cinta dan memiliki, kebutuhan akan rasa harga diri dan yang
terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis dan
rasa aman jika relatif sudah terpuaskan, maka kebutuhan sosial untuk jadi
bagian dari kelompok sosial dan cinta muncul menjadi kebutuhan yang dominan.
Orang sangat peka dengan kesedihan, pengasingan, ditolak lingkungan dan
kehilangan sahabat atau cinta. Kebutuhan sosial ini terus penting sepanjang
kehidupan manusia, mulai dari dalam kandungan sampai akhir hayat. Kebutuhan
untuk melakukan interaksi dengan orang lain dikenal dengan konsep kebutuhan
afiliasi.
McClelland (dalam As’ad, 1998)
mengatakan bahwa kebutuhan afiliasi muncul akibat kebutuhan akan kehangatan dan
sokongan dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah
laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain.
Kebutuhan akan kehangatan dan
dukungan dalam hubungannya dengan orang lain, dimana kebutuhan ini mengarahkan
tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara akrab dengan orang lain merupakan bentuk
dari kebutuhan berafiliasi (Lindgren dalam As’ad, 2004).Budiardjo dkk. (dalam
Listiana, 2002) menjelaskan kebutuhan afiliasi sebagai formasi hubungan sosial,
keinginan untuk bergabung, beramah-tamah dan membentuk persahabatan.
Orang-orangyang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berafiliasi biasanya
memiliki kesenangan dari kasihsayang dan cenderung menghindari kekecewaan
karena ditolak oleh suatu kelompok sosial.Secara individu, mereka cenderung
berusaha membina hubungan sosial yang menyenangkan,rasa intim dan pengertian,
siap untuk menghibur dan menyukai interaksi dan bersahabat denganorang
lain.Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kebutuhan berafiliasi adalah suatu kebutuhan untuk membentuk hubungan sosial
secara hangat, memelihara,mengembangkan hubungan afeksi yang positif dan
memperbaiki hubungan sosial dengan oranglain, sehingga individu memiliki
kebutuhan afiliasi yang tinggi akan cenderung untuk menghindari kekecewaan
karena ditolak dalam kelompok sosial, serta berusaha membina hubungan sosial
yang menyenangkan dan positif.
Afiatin & Martaniah (1998),
mengemukakan bahwa faktor-faktor kebutuhan
berafiliasi adalah sebagai berikut; (a) Kebutuhan afiliasi sebagai kebutuhan
sosial juga tidak luput dari pengaruh kebudayaan, nilai-nilai yang berlaku pada
suatu tempat ataupun kebiasaan-kebiasaan. Dalam masyarakat yang menilai tinggi
kebutuhan berafiliasi, akan mengakibatkan pengembangan dan pelestarian
kebutuhan tersebut, sebaliknya jika kebutuhan tersebut tidak di nilai tinggi,
itu akan menipis dantidak akan tumbuh subur.Kebudayaan Timur menganggap
afiliasi sebagai hal yang sangat penting, misalnya di Indonesiagotong-royong
sangat dianjurkan, gotong-royong adalah suatu bentuk afiliasi; (b) Situasi yang
Bersifat Psikologik Seseorang yang tidak yakin akan kemampuannya atau
tidak yakin pendapatnya, akan merasa tertekan, rasa tertekan ini akan berkurang
jika dilakukan pembandingan sosial. Kesempatan untuk meningkatkan diri melalui
pembandingan dengan orang akan meningkatkan afiliasi, dan bila orang
tersebut dalam pembandingan ini merasa lebih baik, ini akan lebih
menguatkan sehingga menghasilkan afiliasi yang lebih besar.Keinginan untuk berafiliasi
akan meningkat kalau orang dalam keadaan bimbang yang bertingkat sedang dan
yang bertingkat tinggi (Afiatin & Martaniah 1998); (c) Perasaan dan Kesamaan Remaja yang mempunyai
kebutuhan akan afiliasi yang tinggi lebih suka menyeragamkan diri,daripada
mempunyai kebutuhan berafiliasi yang rendah. Pengaruh faktor-faktor persamaan
dan kesamaan dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh dapat
dilihat bahwa orangyang memiliki kesamaan pendidikan, kesamaan status, kesamaan
kelompok etnik lebih tertarik satu sama lain dan saling membentuk
kelompok, misalnya kelompok perguruan tinggi tertentu,kelompok profesi
tertentu, kelompok suku tertentu dan lain sebagainya. Orang yang kesepian akan
lebih terdorong membuat afiliasi daripada orang yang tidak kesepian, juga orang
yangkurang mempunyai perasaan aman akan terdorong untuk membuat afiliasi
daripada orang yangmempunyai perasaan aman tinggi. Berdasarkan pendapat para
ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yangmempengaruhi
kebutuhan berafiliasi ialah kebudayaan atau nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan,situasional yang bersifat psikologik serta perasaan dan
kesamaan.
2)
Tujuan
motivasi berafiliasi
McClelland (1987) menyatakan bahwa
kebutuhan berafiliasi adalah sebagai kebutuhan untuk mengembangkan afeksi yang
positif. Afiliasi adalah suatu bentuk kebutuhan akan pertalian dengan orang
lain, pembentukan persahabatan, ikut serta dalam kelompok-kelompok
tertentu, kerja sama dan kooperasi (Chaplin,2002).
Motivasi berafiliasi adalah kebutuhan untuk
berhubungan dan menjalin ikatan sosial dengan orang lain. Afiliasi mencakup
kebutuhan seseorang untuk menjalin pertemanan, mencintai dan perasaan bahwa
seseorang merupakan bagian dari kelompok sosial. Bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi, seseorang cenderung akan mengalami distres. Perbedaan Individual
Pada sebagian orang, kebutuhan afiliasinya lebih tinggi dari orang lain. Salah
satu bentuk tes psikologi yang dapat mengungkap kebutuhan afiliasi ini adalah
Thematic Apperception Test (TAT).TAT adalah tes proyektif (subyek diminta untuk
menresppon stimulus yang ambigu) yang mampu menunjukkan motif dan trait
personalnya. .Perbedaan Individual Orang yang memiliki kebutuhan afiliasi
tinggi ditunjukkan dengan menghabiskan lebih banyak waktunya untuk aktivitas
interpersonal. Need for Intimacy Motif afiliasi terdiri atas beberapa
kebutuhan.
Mc
Adams (1980,1982) berpendapat bahwa Need for Intimacy merupakan komponen motif
afiliasi yang sangat penting. Need for Intimacy adalah kebutuhan untuk saling
terbuka dan hubungan yang hangat dengan orang lain, yang dapat ditunjukkan
dalam komunikasi yang terbuka. (Arqa : 2007)
3)
Motivasi berafiliasi di sekolah dasar
Motivasi
berafiliasi peserta didik di sekolah dasar ditentukan oleh pola komunikasi yang
dibangun oleh elemen di sekolah tersebut melaui metode pendidikan dan pengajaran.
menurut David popenoe (2004, 182), mengemukakan pendapat yang lebih terperinci
mengenai fungsi pendidikan sekolah. Menurut beliau ada empat macam fungsi itu,
yaitu:
1. Transmisi
kebudayaan masyarakat
2. Menolong individu
memilih dan melakukan peranan sosialnya
3. Menjamin integrasi
social
4. Sebagai sumber inovasi
social
Pendidikan
sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal mempunyai
peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan
bahwa “ Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah.” Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan
Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I&II) dijelaskan bahwa “Tujuan
Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.” Membekali peserta didik agar cerdas secara intelektual
pengetahuan dan sosial merupakan peran guru di sekolah. Maka guru sebagai
pengajar maupun pendidik memiliki peran besar terhadap siswa dan
keberlangsungan kegiatan belajar mengajar.
Proses
berafiliasi di sekolah dasar didasari oleh beberapa faktor, menurut Soekanto
(2009) ada 6 faktor yang menyebabkan munculnya motivasi bersosialisasi seperti
sugesti, imitasi, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati.
1. Imitasi,
adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan
fisik seseorang secara berlebihan. sebagai suatu proses, adakalanya imitasi
berdampak positif apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik
menurut pandangan umum masyarakat. Akan tetapi, imitasi bisa juga berdampak
negatif apabila sosok individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum
masyarakat. contoh : seorang siswa meniru penampilan artis terkenal, seperti
rambut gondrong, memakai anting, dan kalung secara berlebihan. Tindakan seperti
itu akan mengundang reaksi dari lingkungan sosial yang menilai penampilan itu
sebagai urakan atau tidak sopan.
2. Sugesti,
adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain.
Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau
pandangan itu dan akan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir
panjang. Sugesti biasanya diperoleh dari orang-orang yang berwibawa dan
memiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat
pula berasal dari kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas, ataupun orang
dewasa terhadap anak-anak. Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat
tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan fisik
seseorang. sebagai contoh Pimpinan partai politik melakukan kampanye di hadapan
pendukungnya agar memilih partai politiknya. Tindakan itu dilakukan untuk
meyakinkan dan memengaruhi orang banyak agar mengikuti partainya.
3. Identifikasi,
adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.
Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola ( kata idol
berarti sosok yang dipuja ). Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari
proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya amat kuat. Misalnya, seorang
remaja mengidentifikasikan dirinya dengan seorang penyanyi terkenal yang ia
kagumi. Lalu, ia akan berusaha mengubah penampilan dirinya agar sama dengan
penyanyi idolanya, mulai dari model rambut, pakaian, gaya bicara, bahkan sampai
makanan kesukaan. Pada umumnya, proses identifikasi berlangsung secara kurang
disadari oleh seseorang. Namun, yang pasti sang idola yang menjadi sasaran
identifikasi benar-benar dikenal, entah langsung (bertemu, berbicara) ataupun
tidak langsung (melalui media informasi).
4. Simpati,
adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa
tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami
pihak lain untuk memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya.
Dibandingkan ketiga faktor interaksi sosial sebelumnya, simpati terjadi melalui
proses yang relatif lambat.Namun, pengaruh simpati lebih mendalam dan tahan
lama. Agar simpati dapat berlangsung, diperlukan adanya saling pengertian
antara kedua belah pihak. Pihak yang satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun
isi hatinya. Sedangkan pihak yang lain mau menerimanya. Itulah sebabnya,
simpati menjadi dasar hubungan persahabatan.
5. Motivasi,
merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan seorang
individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa
tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok,
kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu. Wujud motivasi dapat
berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Penghargaan berupa
pujian guru kepada siswa berprestasi tinggi merupakan motivasi bagi siswa untuk
belajar lebih giat lagi. Motivasi diberikan oleh orang-orang yang kedudukan
atau statusnya lebih tinggi dan berwibawa. Mereka memiliki unsur-unsur
keteladanan dan panutan masyarakat. misalnya : seorang ayah yang baik dan
bijaksana, serta memberikan kasih sayangnya kepada anak dan istrinya adalah
tokoh yang patut disegani bagi seluruh anggota keluarganya. apa yang dilakukan
ayah akan menjadi motivasi bagi keluarganya untuk berbuat dan berperilaku
sebaik ayahnya. contoh lain seorang kepala daerah yang berwibawa penuh kharisma
menjalankan pemerintahan didaerahnya melalui serangkaian proses sosial untuk
memotivasi warga agar berperan aktif dalam membangun daerah yang lebih
sejahtera.
6. Empati,
adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain.
Baik suka maupun duka. Contohnya, kalau kita melihat orang mendapat musibah
sampai luka berat, seolah-olah kita ikut menderita. kita tidak hanya merasa
kasihan terhadap orang yang terkena musibah itu tetapi juga ikut merasakan
penderitaannya. Demikian juga, kalau seorang teman dekat kita ada yang
meninggal dunia, kita merasa kehilangan seolah-olah saudara kita sendiri yang
meninggal dunia
Anak pada usia SD mulai belajar
tidak bergantung pada lingkungan keluarga. Anak (siswa) SD mulai untuk belajar
memberi dan menerima dalam kehidupan sosial diantara teman sebaya. Proses
pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran
“kepribadian sosial” sehingga muncul suatu kebutuhan dan dorongan untuk
melakukan interaksi yang menjadi sebab munculnya motivasi berafiliasi. Sekolah
merupakan tempat yang kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan
bekerja bersama teman sebaya.
ARTIKEL TERKAITA : MOTIVASI BELAJAR
Demikianlah Artikel Tentang Pengertian Motivasi Berafiliasi Semoga Bermanfaat
0 Response to "PENGERTIAN MOTIVASI BERAFILIASI"
Post a Comment