PENGERTIAN KONSEP DIRI
Thursday, 7 April 2016
Add Comment
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, konsep diri berarti
rancangan atau pengertian yang di abstrakkan
dari peristiwa konkrit dan kata diri berarti orang atau seorang tidak dengan
orang lain (Depdikbud, 1990:456). Kemudian
konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu self concept merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu
sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang dan menilai dirinya sehingga
tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Menurut (Rahman,1991) menyatakan bahwa konsep diri adalah suatu pandangan
dan perasaan seseorang tentang dirinya, ini dapat bersikap psikis maupun social..
Sejalan dengan pendapat tersebut di kemukakan oleh cawangas (Pudjijogyanti,
1988) bahwa konsep diri merupakan seluruh pandangan individu tentang dimensi
fisiknya, psikisnya, motivasinya, kepandaian,
kegagalan atau kelemahanya. Konsep diri seseorang akan di upayakan
mencapai keinginan yang optimal serta untuk mengorganisasikan pengalaman yang diperoleh seseorang. Kemudian menurut Combs, konsep diri (self concept)
berarti “pikiran atau persepsi seorang tentang dirinya sendiri, merupakan salah
satu faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku (Soemanto,1983:175). Dalam
buku lain ditegaskan bahwa konsep diri diartikan sebagai kesadaran individu
dari dirinya sendiri (Loekmono, 1992:51).
Berdasarkan uraian di atas bahwa yang dimaksud dengan konsep adalah suatu pandangan, persepsi dan perasaan seseorang tentang dirinya baik yang bersifat fisik, psikis, motivasi, kepandaian, kegagalan atau kelemahan maupun bersifat kepribadian.
1. Aspek-aspek Konsep Diri
Sunartana (1976:15) telah menyadur aspek-aspek tentang konsep diri dari suatu instrument yang dikenal dengan Who am I. Aspek-aspek konsep diri dimaksud meliputi : 1) Sangup membuat rencana, 2) Bermain dan bergaul dengan teman sebaya, 3) Pengertian terhadap sesuatu, 4) Memperoleh teman, 5) Mengemukakan pendapat, 6) Memenuhi harapan orang lain, 7) Mengenai gagasan (ide), 8) Jumlah teman, 9) Kepemimpinan, 10) Sikap terhadap norma, 11) Bekerja untuk keluarga, 12) Masalah kebahagiaan, 13) Kepopuler, 14) Kemarahan, dan 15) Kekejaman.
Berikut ini uraian tentang masing-masing aspek-aspek konsep diri tersebut, antara lain :
1) Sanggup Membuat Rencana
Membuat suatu rencana adalah suatu pekerjaan yang tidak terlalu mudah.Sebab sebagaimana pendapat Winarno (1979:10) bahwa merencanakan sesuatu pekerjaan adalah menjawab suatu pertanyaan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan berapa biaya yang tersedia. Jadi perencanaan itu menentukan kegiatan lebih dahulu dari mengerjakannya dan orang yang membuat rencana harus mengatur segalanya terlebih dahulu (Ronodikaro, 1979:10). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang tidak memahami konsep diri tidak bisa membuat perencanaan dengan baik, mengingat pekerjaan merencanakan itu cukup sukar.
2) Bermain dan Bergaul
Bermain dan bergaul merupakan kebutuhan manusia semenjak masih kanak-kanak bahkan, menurut Susjanto (1980:2) anak manusia sudah bermain semenjak masih dalam kandungan. Misalnya bermain dengan tangan dan kakinya, kemudian bermain dengan benda-benda disekitarnya. Selanjutnya Witherington (1978:118) menegaskan bahwa bermain itu merupakan sikap jiwa. Senada dengan pernyataan ini Bachler (1985: 43) menyatakan bahwa untuk melatih fungsi-fungsi jiwa-raga. Gross (1989:42) menyatakan bahwa bermain itu penting bagi persiapan kehidupan masa akan datang. Jadi bermain tidak hanya berfungsinya faktor motorik atau secara fisik tetapi bermain juga merupakan fungsi dari psikis. Oleh sebab itu dalam bermain akan terlibat konsep diri. Bermain umumnya dilakukan secara berkelompok atau satu sama lain membutuhkan kawan bermain. Dengan demikian, konsep bermain itu adalah membina pergaulan dan karenanya melibatkan konsep diri artinya anak yang memiliki konsep diri yang baik cenderung akan bermain secara wajar dan mudah dalam bergaul. Sebaliknya anak yang tidak memiliki konsep diri yang kuat cenderung segan bermain dan bergaul dengan sesamanya.
3) Mudah Mengerti Sesuatu
Pengertian seseorang terhadap sesuatu yang perlu ditanggapinya tidak semuanya sama. Begitu pula tingkat kemudahan dan kesulitannya. Menurut Witherington (1978:152), hal itu berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang. Sementara Natawidjaya (1978:77), mengkaitkan tingkat penerimaan dan pemahaman seseorang terhadap lingkungannya bergantung pada kesanggupan emosi yang bersangkutan. Penjelasan ini memperjelas, bahwa konsep diri yang dimiliki siswa akan menentukan tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mengerti sesuatu. Dengan kata lain siswa yang memiliki konsep diri baik ditandai dengan mudahnya ia memahami sesuatu di lingkungannya.
4) Sulit Mendapatkan Kawan
Manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial, artinya mahluk yang selalu hidup dengan sesamanya. Tetapi dalam kenyataannya ada juga seseorang yang mengalami kesulitan di dalam bergaul dan berkawan. Sehubungan dengan ini, Sujanto (1980:75) menyatakan bahwa seseorang yang sukar berteman disebabkan oleh beberapa faktor yang ada di dalam diri orang yang bersangkutan seperti berbuat dan bertindak menurut kata hatinya sendiri tidak mengindahkan orang lain, tertutup, sukar menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan sering berpegang teguh pada pendapatnya sendiri (egois). Apabila seorang siswa memiliki sifat-sifat seperti itu maka kemungkinan ia memiliki konsep diri yang keliru atau negatif yang perlu di perbaiki dengan bantuan orang lain.
5) Sukar Mengemukakan Pendapat
Pendapat adalah mengemukakan pikiran baik secara lisan maupun tulisan. Itulah sebabnya mengapa orang yang mengalami kesulitan berbicara akan sukar mengemukakan pendapatnya dengan tepat sesuai yang dipikirkannya. Kadangkala antara bahasa dan pikirannya dalam mengemukakan pendapat keliru ditafsirkan oleh orang lain, sehingga tidak jarang membawa akibat buruk dalam pergaulan. Dalam hal ini Sujanto (1980:37) menyatakan bahwa perkembangan bahasa yang tidak baik akan mempengaruhi pola hubungan (penyesuaian) manusia di tengah masyarakat. Tetapi menurut polak (1982:70) kemampuan seseorang dalam berbicara dipengaruhi juga oleh faktor hereditas. Walaupun demikian kesukaran mengemukakan pendapat tidak selalu disebabkan oleh hal-hal sebagaimana di utarakan di atas. Kesukaran itu bisa disebabkan karena seseorang menganggap dirinya tidak mampu untuk mengungkapkannya atau kurang percaya diri. Dengan kata lain menjadi penyebab sulitnya seseorang mengutarakan pendapatnya.
6) Paling Penurut
Kepatuhan atau sifat penurut pada diri anak merukan modal bagi keberhasilan pendidikan, sebab menurut Gito (1976) tanpa kepatuhan tidak mungkin anak dapat di didik. Namun sikap patuh yang tidak wajar menunjukkan indikasi anak yang tidak memiliki konsep diri yang kuat maksudnya sikap kepatuhan yang tidak wajar itu adalah patuh yang pasif atau mengikuti kehendak orang lain tanpa memikirkan akibatnya.
7) Kaya Akan Ide
Menurut Guluh (1982:110) ide adalah obyek dari pemahaman mental, suatu kesan, kesadaran, keyakinan, atau fantasi. Ide mengandung daya dorong utama bagi seseorang untuk berbuat atau melakukan suatu pekerjaan. Namun intensitas gagasan (ide) bergantung pada kematangan kepribadian seseorang, sebagaimana dikatakan oleh Kartono (1982:128) bahwa “pribadi yang matang bersifat kreatif, mempunyai kesanggupan-kesanggupan yang tidak terbatas guna menciptakan pemikiran yang kreatif dan yang berguna”. Berangkat dari pendapat di atas dapat diambil intisarinya bahwa seorang siswa yang memiliki kesan, kesadaran, dan keyakinan atau memiliki fantasi cenderung kaya akan ide dan hal ini juga mencerminkan kematangan kepribadian sebagai seseorang yang memiliki konsep diri yang baik demikian sebaliknya.
8) Banyak Teman
Rain (1876:133) menyatakan bahwa “salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan penghargaan dari orang lain atau merasa dihargai. Menghargai orang lain biasanya menaruh simpatik orang-orang di sekeliling kita”. Dari pendapat ini dapat dirasakan bahwa seseorang yang mempunyai sikap saling menghargai bisa memperoleh teman yang banyak. Sikap seperti ini hanya muncul pada orang (siswa) yang memiliki konsep diri yang jelas. Hal ini diperkuat oleh pendapat Pasaribu (1979:1) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki tipe atletis biasanya pandai bergaul dan banyak kawan. Hal ini dapat dimengerti karena orang suka olah raga berpandangan sportif dan mempunyai rasa percaya diri.
9) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sikap yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahannya. Oleh sebab itu sudah barang tentu untuk dapat mempengaruhi orang lain seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat, diantaranya memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri yang kuat. Dengan demikian ia tidak hanya mau agar pendapatnya saja yang diikuti, tetapi ia pun mau mendengarkan pendapat dan pandangan orang lain, baik sesama pemimpin maupun dari bawahannya (pemimpin demokratis). Dengan kata lain di dalam mengambil keputusan tidak berdasarkan kehendak sendiri melainkan berdasarkan musyawarah dan mufakat.
10) Sikap Terhadap Norma
Pada dasarnya anak pada masa adolesens menurut Sujanto (1980:301) telah menemukan kepribadiannya antara lain anak sudah mulai dapat bertanggungjawab dalam arti ia telah mengerti tentang perbedaan yang baik dan yang buruk, telah mulai menghimpun norma-norma sendiri dalam arti ia telah mulai menentukan hal-hal yang berguna untuk mencapai cita-cita hidupnya. Sebaliknya perusak atau pelanggar norma seperti ynag digambarkan oleh Gunarsa (1987:28) adalah suatu penyaluran agresifitas yang berlebihan dari anak yang biasanya dimanjakan oleh orag tuanya atau boleh jadi karena anak mengalami penolakan dari orang tua karena orang tua bersikap terlampau berkuasa. Jadi hakekatnya siswa memiliki potensi untuk mendukung norma yang berlaku, tetapi jati dirinya bisa melunak karena perlakuan yang keliru dalam mendidiknya. Dengan kata lain konsep diri siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan di luar dirinya.
11) Bekerja Untuk Kelompok
Hal ini telah disinggung sebelumnya bahwa siswa sebagai manusia pasti mempunyai kecenderungan untuk hidup berkelompok. Ditengah-tengah kelompoknya siswa dapat saling memberi dan menerima. Hal ini diperkuat oleh pandangan Gunarsa (1978) yang menyatakan bahwa manusia senantiasa memerlukan bantuan dari sesamanya, baik secara individu maupun kelompok. Meskipun demikian, bagi yang tidak mempunyai konsep diri yang baik tidak menyadari pentingnya saling bekerja untuk satu sama lain. Oleh sebab itu siswa yang mempunyai konsep diri yang mantap biasanya ditandai dengan sikap yang suka bekerja membela kelompoknya.
12) Masalah Kebahagiaan
Setiap orang pasti mengalami susah dan senang, bahagia dan menderita bahkan hal tersebut silih berganti serta bergilir pada manusia. Terkadang orang merasa tidak bahagia tanpa alasan atau sebab yang jelas. Hal ini kurang wajar pada seseorang. Ketidakbahagiaan merupakan suatu perasaan yang kurang enak, merasa gelisah, tidak tentram, cemas (Natawijdjaya:1978:90). Jadi orang yang terus menerus merasa tidak bahagia adalah pertanda orang yang kurang percaya diri disebabkan karena tidak memiliki konsep diri yang kuat. Dengan demikian siswa yang merasa tidak bahagia adalah pertanda siswa yang mengalami masalah dengan dirinya dan kemungkinan tidak memiliki konsep diri yang mantap bahkan dalam kadar yang sangat ekstrim mempunyai kecenderungan untuk anti sosial.
13) Kepopuleran
Seseorang yang popular adalah orang yang dikenal luas oleh masyarakatnya, bahkan di segani oleh kelompoknya. Biasanya orang yang popular memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan hal ini dapat membentuk konsep diri yang positif apabila kepopulerannya karena pengakuan yang tulus dari orang lain tentang kebaikan yang dilakukan kepada sesamanya (Darajat:1983:18). Jadi siswa yang populer dikalangan teman-temannya berpikir positif terhadap dirinya dan mengesankan pula teman-temannya.
14) KemarahanMenurut Natawidjaya (1978:92) pada diri anak biasanya lebih banyak rangsangan untuk marah dari pada rangsangan untuk takut pada sesuatu, bahkan kemarahan itu bagi anak dipandang sebagai mekanisme pertahanan diri untuk memuaskan kehendaknya. Kemarahan seorang anak seperti digambarkan ahli tersebut masih pada batas-batas kewajaran ditilik dari fungsi marah dari anak. Lain halnya apabila marah atau mudah menjadi marah sebagai sikap bagi remaja atau orang dewasa. Sikap mudah marah pada masa ini (remaja dan dewasa) hakekatnya adalah ekspresi dari rasa rendah diri atau sekedar untuk menutupi kekurangan dirinya. Jadi mudah marah merupakan konsep diri yang negative.
15) Kekejaman
Kejam atau sifat kejam merupakan salah satu gangguan atau kelainan dalam kepribadian (Arifin, 1979:16). Pola tingkah laku yang berbeda ini dianggap sebagai salah satu sikap yang membahayakan di masa yang akan datang (Natawidjaya:1979:95). Oleh karena itu siswa yang memiliki tabiat keras dan kejam menandakan gangguan kepribadian, kemungkinan besar siswa ini mempunyai konsep diri yang keliru dimana kekejaman dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang sebagai bagian dari penyesuaian diri terhadap dirinya dan lingkungannya dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: Bakat, minat, hasil belajar dan cita-cita.
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang dibawah sejak lahir (Depdikbud, 1990:17). Menurut pendapat lain bahwa bakat adalah “suatu kualitas yang Nampak pada tingkah laku manusia suatu lapangan keahlian tertentu” (Nurkencana, 1983:200). Berdasarkan dua pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa bakat adalah merupakan suatu kualitas yang nampak pada tingkah laku manusia berupa kemampuan atau kecakapan tertentu yang dibawah sejak lahir.
b. Minat
Minat adalah gejala psikis yang berkaitan denga obyek atau aktifitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. (Nurkencana, 1983:224). Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa minat sangat berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh setiap individu, sekaligus minat merupakan pendorong bagi diri seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
c. Hasil Belajar
Hasil merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu, karena melalui belajar siswa akan memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang dimaksud diatas dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sikap. Sesuai dengan penjelasan diatas., Crow and Crow menyatakan bahwa: belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan pengetahuan dan sikap (Rostiya, 1982:149). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku berupa penambahan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kebiasaan dan individu yang belajar sebagai hasil mengadakan interaksi dengan lingkungan.
d. Cita-cita
“Cita-cita adalah suatu gambaran diri yang diinginkan seseorang di masa depan. Gaya hidup dekat sekali dengan cara seseorang baik tata krama maupun gerak gayanya sehari-hari” (Sujono, 1994:12). Usaha untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan tidak seindah yang dibayangkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai kesulitan dan kesukaran yang dapat menghambat serta merintangi usaha seseorang dalam mewujudkan cita-citanya.
Salah satu persoalan yang paling mendasar dalam upaya seseorang dalam mewujudkan cita-cita serta gaya hidup yang diinginkan adalah pemahaman diri yang positif, hal ini sejalan dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa: pemahaman diri adalah merupakan suatu gambaran tentang diri pribadi yang meliputi pengetahuan serta kemampuan kerja, minat, kebutuhan hidup (Sukardin, 1984:32).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Pada pembahasan terdahalu bahwa konsep diri merupakan salah satu bagian dari pada totalitas diri seorang individu. Hal ini cukup beralasan karena ahli memberikan penjelasan bahwa konsep diri adalah “Jumlah total seorang individu yang mempunyai karakteristik jasmani, mental dan evaluasi dari individu terhadap dua karakteristik” (Loekmono, 1992:2). Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dipahami bahwa konsep diri merupakan totalitas kepribadian seseorang individu yang tidak terlepas dari ketiga aspek dalam diri manusia yaitu aspek kognitif, afektif, dan pskomotor. Adapun
faktor yang mempengaruhi konsep diri anak (self concept) adalah sebagai berikut:
(a) Faktor Lingkungan
Dalam buku yang berjudul “Harga Diri” disebutkan bahwa gambaran atau citra diri adalah kesadaran diri dari mental dan karakteristik fisik seseorang. Gambaran ini dimulai dalam keluarga, sebab melalui orang tualah seorang anak mendapat citra diri, apakah dia dicintai atau ditolak apakah ia pandai atau bodoh. Melalui komunikasi dengan kata-kata atau bahasa tubuh citra diri dari orang tua ini direkam oleh anak. Proses ini menjadi berkurang atau menjadi pasif sebab seorang anak berkembang termasuk didalamnya terdapat inisiatif atau prakarsa anak untuk mandiri dan juga karakteristik pribadinya (Loekmono, 1992:4)
(b) Faktor Pendidikan
Lembaga pendidikan serta proses pendidikan yang dilalui oleh seorang anak ternyata dapat berpengaruh terhadap pembentukan konsep dirinya. Sebuah pendapat menyatakan bahwa: “Sekolah tempat melanjutkan perkembangan citra diri seorang anak, pada awalnya ia belajar yang terpuji dan tercela, apa yang boleh dilakukandan yang dilarang baik dari guru atau teman sebaya. Sekolah juga tempat melatih mental dan karakteristik phisik (Loekmono, 1992:4).
(c) Faktor Pengalaman
Pengalaman pribadi seseorang juga dapat berpengaruh terdapat konsep diri anak. Dalam hal ini seorang ahli menyatakan: “Dengan kematangan pengalaman pribadi yang menyeluruh seseorang dapat mengevaluasi lebih realistic, seperti seorang pribadi menjadi efisien, matang secara menyeluruh dan tak mudah terpengaruh. Pengalaman yang pertama akan diteruskan dan mempengaruhi prilaku kita di masa sekarang dan menambah potensi diri (Loekmono, 199:5).
Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa konsep diri yang merupakan bagian dari totalitas seorang individu terutama berkaitan dengan upaya penyesuaian diri seseorang dengan dirinya serta lingkungan. Maka dapat disederhanakan bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor ynag datang dari dalam diri anak yang bersifat biologis. (a) sebab-sebab yang bersifat biologis yaitu berhubungan dengan keadaan jasmani anak seperti: kesehatan anak, bentuk postur tubuhnya, citra tentang tubuhnya adalah salah satu bagian dari kesan pertama dari diri ideal. (b) Yang bersifat psikologis, yaitu sebab-sebab yang berhubungan dengan intelegensi, perhatian, bakat, minat anak.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar anak meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. (a) Lingkunagan keluarga adalah awal mulai dari pembentukan konsep diri anak, sebab melalui orang tualah seorang anak mendapat citra diri. (b) Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah tempat anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus sebagai sarana pembentukan konsep diri anak. (c) Masyarakat sebagai lingkungan tempat tinggal anak ikut berpengarauh terhadap pembentukan dan pemahaman konsep diri anak sesuai dengan pembentukan dan tuntutan serta kondisi lingkungannya.
3. Pengukuran Konsep Diri
Apabila seseorang ingin mengukur suatu obyek, sudah tentu menggunakan alat pengukuran demikian pula halnya dengan yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu : korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada SMAN 1 Kota Bima Tahun Pelajaran 2013/2014. Untuk mengetahui konsep diri yang diteliti ini digunakan suatu alat pengukur/instrument tentu. Dalam buku yang membahas aktualisasi diri dijelaskan bahwa: “Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui konsep diri seseorang, metode-metode tersebut antara lain: metode asosiasi, tehnik proyeksi autobiografis, komulatif record dan tes who am I (Kartasasmita, 1977:81). Dalam buku pengukuran kepribadian dijelaskan bahwa: “Untuk mengadakan pengukuran terhadap konsep diri ini ada beberapa cara yaitu: Tehnik siapa saya (Who Am I), metode psikogomi observasi, interview, kuisioner” (Mubajir, 1990:37).
Berdasarkan uraian di atas bahwa yang dimaksud dengan konsep adalah suatu pandangan, persepsi dan perasaan seseorang tentang dirinya baik yang bersifat fisik, psikis, motivasi, kepandaian, kegagalan atau kelemahan maupun bersifat kepribadian.
1. Aspek-aspek Konsep Diri
Sunartana (1976:15) telah menyadur aspek-aspek tentang konsep diri dari suatu instrument yang dikenal dengan Who am I. Aspek-aspek konsep diri dimaksud meliputi : 1) Sangup membuat rencana, 2) Bermain dan bergaul dengan teman sebaya, 3) Pengertian terhadap sesuatu, 4) Memperoleh teman, 5) Mengemukakan pendapat, 6) Memenuhi harapan orang lain, 7) Mengenai gagasan (ide), 8) Jumlah teman, 9) Kepemimpinan, 10) Sikap terhadap norma, 11) Bekerja untuk keluarga, 12) Masalah kebahagiaan, 13) Kepopuler, 14) Kemarahan, dan 15) Kekejaman.
Berikut ini uraian tentang masing-masing aspek-aspek konsep diri tersebut, antara lain :
1) Sanggup Membuat Rencana
Membuat suatu rencana adalah suatu pekerjaan yang tidak terlalu mudah.Sebab sebagaimana pendapat Winarno (1979:10) bahwa merencanakan sesuatu pekerjaan adalah menjawab suatu pertanyaan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan berapa biaya yang tersedia. Jadi perencanaan itu menentukan kegiatan lebih dahulu dari mengerjakannya dan orang yang membuat rencana harus mengatur segalanya terlebih dahulu (Ronodikaro, 1979:10). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang tidak memahami konsep diri tidak bisa membuat perencanaan dengan baik, mengingat pekerjaan merencanakan itu cukup sukar.
2) Bermain dan Bergaul
Bermain dan bergaul merupakan kebutuhan manusia semenjak masih kanak-kanak bahkan, menurut Susjanto (1980:2) anak manusia sudah bermain semenjak masih dalam kandungan. Misalnya bermain dengan tangan dan kakinya, kemudian bermain dengan benda-benda disekitarnya. Selanjutnya Witherington (1978:118) menegaskan bahwa bermain itu merupakan sikap jiwa. Senada dengan pernyataan ini Bachler (1985: 43) menyatakan bahwa untuk melatih fungsi-fungsi jiwa-raga. Gross (1989:42) menyatakan bahwa bermain itu penting bagi persiapan kehidupan masa akan datang. Jadi bermain tidak hanya berfungsinya faktor motorik atau secara fisik tetapi bermain juga merupakan fungsi dari psikis. Oleh sebab itu dalam bermain akan terlibat konsep diri. Bermain umumnya dilakukan secara berkelompok atau satu sama lain membutuhkan kawan bermain. Dengan demikian, konsep bermain itu adalah membina pergaulan dan karenanya melibatkan konsep diri artinya anak yang memiliki konsep diri yang baik cenderung akan bermain secara wajar dan mudah dalam bergaul. Sebaliknya anak yang tidak memiliki konsep diri yang kuat cenderung segan bermain dan bergaul dengan sesamanya.
3) Mudah Mengerti Sesuatu
Pengertian seseorang terhadap sesuatu yang perlu ditanggapinya tidak semuanya sama. Begitu pula tingkat kemudahan dan kesulitannya. Menurut Witherington (1978:152), hal itu berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang. Sementara Natawidjaya (1978:77), mengkaitkan tingkat penerimaan dan pemahaman seseorang terhadap lingkungannya bergantung pada kesanggupan emosi yang bersangkutan. Penjelasan ini memperjelas, bahwa konsep diri yang dimiliki siswa akan menentukan tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mengerti sesuatu. Dengan kata lain siswa yang memiliki konsep diri baik ditandai dengan mudahnya ia memahami sesuatu di lingkungannya.
4) Sulit Mendapatkan Kawan
Manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial, artinya mahluk yang selalu hidup dengan sesamanya. Tetapi dalam kenyataannya ada juga seseorang yang mengalami kesulitan di dalam bergaul dan berkawan. Sehubungan dengan ini, Sujanto (1980:75) menyatakan bahwa seseorang yang sukar berteman disebabkan oleh beberapa faktor yang ada di dalam diri orang yang bersangkutan seperti berbuat dan bertindak menurut kata hatinya sendiri tidak mengindahkan orang lain, tertutup, sukar menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan sering berpegang teguh pada pendapatnya sendiri (egois). Apabila seorang siswa memiliki sifat-sifat seperti itu maka kemungkinan ia memiliki konsep diri yang keliru atau negatif yang perlu di perbaiki dengan bantuan orang lain.
5) Sukar Mengemukakan Pendapat
Pendapat adalah mengemukakan pikiran baik secara lisan maupun tulisan. Itulah sebabnya mengapa orang yang mengalami kesulitan berbicara akan sukar mengemukakan pendapatnya dengan tepat sesuai yang dipikirkannya. Kadangkala antara bahasa dan pikirannya dalam mengemukakan pendapat keliru ditafsirkan oleh orang lain, sehingga tidak jarang membawa akibat buruk dalam pergaulan. Dalam hal ini Sujanto (1980:37) menyatakan bahwa perkembangan bahasa yang tidak baik akan mempengaruhi pola hubungan (penyesuaian) manusia di tengah masyarakat. Tetapi menurut polak (1982:70) kemampuan seseorang dalam berbicara dipengaruhi juga oleh faktor hereditas. Walaupun demikian kesukaran mengemukakan pendapat tidak selalu disebabkan oleh hal-hal sebagaimana di utarakan di atas. Kesukaran itu bisa disebabkan karena seseorang menganggap dirinya tidak mampu untuk mengungkapkannya atau kurang percaya diri. Dengan kata lain menjadi penyebab sulitnya seseorang mengutarakan pendapatnya.
6) Paling Penurut
Kepatuhan atau sifat penurut pada diri anak merukan modal bagi keberhasilan pendidikan, sebab menurut Gito (1976) tanpa kepatuhan tidak mungkin anak dapat di didik. Namun sikap patuh yang tidak wajar menunjukkan indikasi anak yang tidak memiliki konsep diri yang kuat maksudnya sikap kepatuhan yang tidak wajar itu adalah patuh yang pasif atau mengikuti kehendak orang lain tanpa memikirkan akibatnya.
7) Kaya Akan Ide
Menurut Guluh (1982:110) ide adalah obyek dari pemahaman mental, suatu kesan, kesadaran, keyakinan, atau fantasi. Ide mengandung daya dorong utama bagi seseorang untuk berbuat atau melakukan suatu pekerjaan. Namun intensitas gagasan (ide) bergantung pada kematangan kepribadian seseorang, sebagaimana dikatakan oleh Kartono (1982:128) bahwa “pribadi yang matang bersifat kreatif, mempunyai kesanggupan-kesanggupan yang tidak terbatas guna menciptakan pemikiran yang kreatif dan yang berguna”. Berangkat dari pendapat di atas dapat diambil intisarinya bahwa seorang siswa yang memiliki kesan, kesadaran, dan keyakinan atau memiliki fantasi cenderung kaya akan ide dan hal ini juga mencerminkan kematangan kepribadian sebagai seseorang yang memiliki konsep diri yang baik demikian sebaliknya.
8) Banyak Teman
Rain (1876:133) menyatakan bahwa “salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan penghargaan dari orang lain atau merasa dihargai. Menghargai orang lain biasanya menaruh simpatik orang-orang di sekeliling kita”. Dari pendapat ini dapat dirasakan bahwa seseorang yang mempunyai sikap saling menghargai bisa memperoleh teman yang banyak. Sikap seperti ini hanya muncul pada orang (siswa) yang memiliki konsep diri yang jelas. Hal ini diperkuat oleh pendapat Pasaribu (1979:1) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki tipe atletis biasanya pandai bergaul dan banyak kawan. Hal ini dapat dimengerti karena orang suka olah raga berpandangan sportif dan mempunyai rasa percaya diri.
9) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sikap yang dimiliki seseorang dalam mempengaruhi prilaku orang lain atau bawahannya. Oleh sebab itu sudah barang tentu untuk dapat mempengaruhi orang lain seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat, diantaranya memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri yang kuat. Dengan demikian ia tidak hanya mau agar pendapatnya saja yang diikuti, tetapi ia pun mau mendengarkan pendapat dan pandangan orang lain, baik sesama pemimpin maupun dari bawahannya (pemimpin demokratis). Dengan kata lain di dalam mengambil keputusan tidak berdasarkan kehendak sendiri melainkan berdasarkan musyawarah dan mufakat.
10) Sikap Terhadap Norma
Pada dasarnya anak pada masa adolesens menurut Sujanto (1980:301) telah menemukan kepribadiannya antara lain anak sudah mulai dapat bertanggungjawab dalam arti ia telah mengerti tentang perbedaan yang baik dan yang buruk, telah mulai menghimpun norma-norma sendiri dalam arti ia telah mulai menentukan hal-hal yang berguna untuk mencapai cita-cita hidupnya. Sebaliknya perusak atau pelanggar norma seperti ynag digambarkan oleh Gunarsa (1987:28) adalah suatu penyaluran agresifitas yang berlebihan dari anak yang biasanya dimanjakan oleh orag tuanya atau boleh jadi karena anak mengalami penolakan dari orang tua karena orang tua bersikap terlampau berkuasa. Jadi hakekatnya siswa memiliki potensi untuk mendukung norma yang berlaku, tetapi jati dirinya bisa melunak karena perlakuan yang keliru dalam mendidiknya. Dengan kata lain konsep diri siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan di luar dirinya.
11) Bekerja Untuk Kelompok
Hal ini telah disinggung sebelumnya bahwa siswa sebagai manusia pasti mempunyai kecenderungan untuk hidup berkelompok. Ditengah-tengah kelompoknya siswa dapat saling memberi dan menerima. Hal ini diperkuat oleh pandangan Gunarsa (1978) yang menyatakan bahwa manusia senantiasa memerlukan bantuan dari sesamanya, baik secara individu maupun kelompok. Meskipun demikian, bagi yang tidak mempunyai konsep diri yang baik tidak menyadari pentingnya saling bekerja untuk satu sama lain. Oleh sebab itu siswa yang mempunyai konsep diri yang mantap biasanya ditandai dengan sikap yang suka bekerja membela kelompoknya.
12) Masalah Kebahagiaan
Setiap orang pasti mengalami susah dan senang, bahagia dan menderita bahkan hal tersebut silih berganti serta bergilir pada manusia. Terkadang orang merasa tidak bahagia tanpa alasan atau sebab yang jelas. Hal ini kurang wajar pada seseorang. Ketidakbahagiaan merupakan suatu perasaan yang kurang enak, merasa gelisah, tidak tentram, cemas (Natawijdjaya:1978:90). Jadi orang yang terus menerus merasa tidak bahagia adalah pertanda orang yang kurang percaya diri disebabkan karena tidak memiliki konsep diri yang kuat. Dengan demikian siswa yang merasa tidak bahagia adalah pertanda siswa yang mengalami masalah dengan dirinya dan kemungkinan tidak memiliki konsep diri yang mantap bahkan dalam kadar yang sangat ekstrim mempunyai kecenderungan untuk anti sosial.
13) Kepopuleran
Seseorang yang popular adalah orang yang dikenal luas oleh masyarakatnya, bahkan di segani oleh kelompoknya. Biasanya orang yang popular memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan hal ini dapat membentuk konsep diri yang positif apabila kepopulerannya karena pengakuan yang tulus dari orang lain tentang kebaikan yang dilakukan kepada sesamanya (Darajat:1983:18). Jadi siswa yang populer dikalangan teman-temannya berpikir positif terhadap dirinya dan mengesankan pula teman-temannya.
14) KemarahanMenurut Natawidjaya (1978:92) pada diri anak biasanya lebih banyak rangsangan untuk marah dari pada rangsangan untuk takut pada sesuatu, bahkan kemarahan itu bagi anak dipandang sebagai mekanisme pertahanan diri untuk memuaskan kehendaknya. Kemarahan seorang anak seperti digambarkan ahli tersebut masih pada batas-batas kewajaran ditilik dari fungsi marah dari anak. Lain halnya apabila marah atau mudah menjadi marah sebagai sikap bagi remaja atau orang dewasa. Sikap mudah marah pada masa ini (remaja dan dewasa) hakekatnya adalah ekspresi dari rasa rendah diri atau sekedar untuk menutupi kekurangan dirinya. Jadi mudah marah merupakan konsep diri yang negative.
15) Kekejaman
Kejam atau sifat kejam merupakan salah satu gangguan atau kelainan dalam kepribadian (Arifin, 1979:16). Pola tingkah laku yang berbeda ini dianggap sebagai salah satu sikap yang membahayakan di masa yang akan datang (Natawidjaya:1979:95). Oleh karena itu siswa yang memiliki tabiat keras dan kejam menandakan gangguan kepribadian, kemungkinan besar siswa ini mempunyai konsep diri yang keliru dimana kekejaman dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Konsep diri yang dimiliki oleh seseorang sebagai bagian dari penyesuaian diri terhadap dirinya dan lingkungannya dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: Bakat, minat, hasil belajar dan cita-cita.
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang dibawah sejak lahir (Depdikbud, 1990:17). Menurut pendapat lain bahwa bakat adalah “suatu kualitas yang Nampak pada tingkah laku manusia suatu lapangan keahlian tertentu” (Nurkencana, 1983:200). Berdasarkan dua pendapat di atas maka dapat dipahami bahwa bakat adalah merupakan suatu kualitas yang nampak pada tingkah laku manusia berupa kemampuan atau kecakapan tertentu yang dibawah sejak lahir.
b. Minat
Minat adalah gejala psikis yang berkaitan denga obyek atau aktifitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. (Nurkencana, 1983:224). Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa minat sangat berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh setiap individu, sekaligus minat merupakan pendorong bagi diri seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
c. Hasil Belajar
Hasil merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap individu, karena melalui belajar siswa akan memperoleh perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang dimaksud diatas dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sikap. Sesuai dengan penjelasan diatas., Crow and Crow menyatakan bahwa: belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan pengetahuan dan sikap (Rostiya, 1982:149). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku berupa penambahan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kebiasaan dan individu yang belajar sebagai hasil mengadakan interaksi dengan lingkungan.
d. Cita-cita
“Cita-cita adalah suatu gambaran diri yang diinginkan seseorang di masa depan. Gaya hidup dekat sekali dengan cara seseorang baik tata krama maupun gerak gayanya sehari-hari” (Sujono, 1994:12). Usaha untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan tidak seindah yang dibayangkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai kesulitan dan kesukaran yang dapat menghambat serta merintangi usaha seseorang dalam mewujudkan cita-citanya.
Salah satu persoalan yang paling mendasar dalam upaya seseorang dalam mewujudkan cita-cita serta gaya hidup yang diinginkan adalah pemahaman diri yang positif, hal ini sejalan dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa: pemahaman diri adalah merupakan suatu gambaran tentang diri pribadi yang meliputi pengetahuan serta kemampuan kerja, minat, kebutuhan hidup (Sukardin, 1984:32).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Pada pembahasan terdahalu bahwa konsep diri merupakan salah satu bagian dari pada totalitas diri seorang individu. Hal ini cukup beralasan karena ahli memberikan penjelasan bahwa konsep diri adalah “Jumlah total seorang individu yang mempunyai karakteristik jasmani, mental dan evaluasi dari individu terhadap dua karakteristik” (Loekmono, 1992:2). Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dipahami bahwa konsep diri merupakan totalitas kepribadian seseorang individu yang tidak terlepas dari ketiga aspek dalam diri manusia yaitu aspek kognitif, afektif, dan pskomotor. Adapun
faktor yang mempengaruhi konsep diri anak (self concept) adalah sebagai berikut:
(a) Faktor Lingkungan
Dalam buku yang berjudul “Harga Diri” disebutkan bahwa gambaran atau citra diri adalah kesadaran diri dari mental dan karakteristik fisik seseorang. Gambaran ini dimulai dalam keluarga, sebab melalui orang tualah seorang anak mendapat citra diri, apakah dia dicintai atau ditolak apakah ia pandai atau bodoh. Melalui komunikasi dengan kata-kata atau bahasa tubuh citra diri dari orang tua ini direkam oleh anak. Proses ini menjadi berkurang atau menjadi pasif sebab seorang anak berkembang termasuk didalamnya terdapat inisiatif atau prakarsa anak untuk mandiri dan juga karakteristik pribadinya (Loekmono, 1992:4)
(b) Faktor Pendidikan
Lembaga pendidikan serta proses pendidikan yang dilalui oleh seorang anak ternyata dapat berpengaruh terhadap pembentukan konsep dirinya. Sebuah pendapat menyatakan bahwa: “Sekolah tempat melanjutkan perkembangan citra diri seorang anak, pada awalnya ia belajar yang terpuji dan tercela, apa yang boleh dilakukandan yang dilarang baik dari guru atau teman sebaya. Sekolah juga tempat melatih mental dan karakteristik phisik (Loekmono, 1992:4).
(c) Faktor Pengalaman
Pengalaman pribadi seseorang juga dapat berpengaruh terdapat konsep diri anak. Dalam hal ini seorang ahli menyatakan: “Dengan kematangan pengalaman pribadi yang menyeluruh seseorang dapat mengevaluasi lebih realistic, seperti seorang pribadi menjadi efisien, matang secara menyeluruh dan tak mudah terpengaruh. Pengalaman yang pertama akan diteruskan dan mempengaruhi prilaku kita di masa sekarang dan menambah potensi diri (Loekmono, 199:5).
Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa konsep diri yang merupakan bagian dari totalitas seorang individu terutama berkaitan dengan upaya penyesuaian diri seseorang dengan dirinya serta lingkungan. Maka dapat disederhanakan bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor ynag datang dari dalam diri anak yang bersifat biologis. (a) sebab-sebab yang bersifat biologis yaitu berhubungan dengan keadaan jasmani anak seperti: kesehatan anak, bentuk postur tubuhnya, citra tentang tubuhnya adalah salah satu bagian dari kesan pertama dari diri ideal. (b) Yang bersifat psikologis, yaitu sebab-sebab yang berhubungan dengan intelegensi, perhatian, bakat, minat anak.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar anak meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. (a) Lingkunagan keluarga adalah awal mulai dari pembentukan konsep diri anak, sebab melalui orang tualah seorang anak mendapat citra diri. (b) Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah tempat anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus sebagai sarana pembentukan konsep diri anak. (c) Masyarakat sebagai lingkungan tempat tinggal anak ikut berpengarauh terhadap pembentukan dan pemahaman konsep diri anak sesuai dengan pembentukan dan tuntutan serta kondisi lingkungannya.
3. Pengukuran Konsep Diri
Apabila seseorang ingin mengukur suatu obyek, sudah tentu menggunakan alat pengukuran demikian pula halnya dengan yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu : korelasi antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa kelas XI pada SMAN 1 Kota Bima Tahun Pelajaran 2013/2014. Untuk mengetahui konsep diri yang diteliti ini digunakan suatu alat pengukur/instrument tentu. Dalam buku yang membahas aktualisasi diri dijelaskan bahwa: “Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui konsep diri seseorang, metode-metode tersebut antara lain: metode asosiasi, tehnik proyeksi autobiografis, komulatif record dan tes who am I (Kartasasmita, 1977:81). Dalam buku pengukuran kepribadian dijelaskan bahwa: “Untuk mengadakan pengukuran terhadap konsep diri ini ada beberapa cara yaitu: Tehnik siapa saya (Who Am I), metode psikogomi observasi, interview, kuisioner” (Mubajir, 1990:37).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa beberapa metode yang digunakan sebagai alat pengukur
konsep diri yakni, tehnik Who Am I (siapa saya), metode asosiasi, tehnik proyeksi
autobiografi, komulatif, kuisioner, interview. Dalam rangka untuk mengetahui
konsep diri siswa dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah
dengan menggunakan “Tehnik siapa saya” atau dengan sebutan populernya test Who
am I.
PENGERTIAN KONSEP DIRI
PENGERTIAN KONSEP DIRI
0 Response to "PENGERTIAN KONSEP DIRI"
Post a Comment