PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR SISWA
Thursday, 7 April 2016
Add Comment
PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR SISWA
Menurut Ambo Enre Abdullah (1983), kesulitan belajar terdiri dari dua istilah yaitu “Kesulitan dan belajar”. Kesulitan sendiri merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga diperlukan usaha yang lebih giat untuk mengatasi hambatan-hambatan. Sedangkan belajar itu sendiri terdapat beberapa pandangan yang berbeda-beda dalam perumusannya, tetapi pada dasarnya makna yang terkandung adalah sama. Padangan tersebut antara lain : Cronbach (dalam Ambo Enre A, 1983) mengemukakan bahwa belajar adalah shown by a change in behavior as a result of exprience (tidak lain lain dari pada perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Sedangkan menurut Morgan didefinisikan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman. Jadi belajar adalah suatu proses untuk mencapai perubahan tingkah laku dalam bentuk sikap, pengetahuan dan keteramilan yang menjadi miliknya. Proses ini berlangsung di dalam menjelajahi berbagai pengalaman.
Berdasarkan uraian di atas, maka makna dari kesulitan belajar adalah suatu kondisi atau tingkah laku yang mengalami hambatan dalam mencapai suatu perubahan baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Dengan kata lain kondisi tertentu yang mengalami hambatan untuk mengadakan penguasaan tertentu dalam batas-batas potensi yang dimiliki.
Muh. Surya (1979) mengemukakan bentuk-bentuk tingkah laku yang merupakan manifestasi kesulitan belajar sebagai berikut :
1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. Misalnya kalau rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40 menit, maka anak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih lama.
4) Menunjukkan sikap kurang wajar; seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
Menunjukkan tingkah laku berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar tersisihkan dan tidak mau bekerjasama.
1. Faktor-Faktor Kesulitan belajar siswa
Fenomena kesulitan belajar seseorang siswa biasnya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.
Menurut Muhibbin Syah (1997) mengemukakan bahwa secara garis besarnya faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu :
1) Faktor intern siswa
Faktor interen siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni : (1) yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa, (2) yang bersifat afektif (ranah rasa rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap, dan (3) yang bersifat psikomotor (ranah rasa), antara lain seperti ketergantungan alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2) Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam
a. Lingkungan keluarga, contohnya : Ketidakharmonisan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya : Wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan tempat sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, adapula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom kologis berupa learning disablity (ketidakmampuan belajar). Sidrom (Syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
b. Disgrafia (diysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya kesulitan belajar siSwa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).
2. Macam-macam bentuk Kesulitan belajar siswa
Kesulitan belajar banyak macamnya. Kalau ditinjau dari jenis mata pelajaran, kesulitan belajar dapat dikategorikan menjadi; kesulitan belajar bahasa, kesulitan belajar pengetahuan sosial, kesulitan belajar ilmu pengetahuan alam. Kalau ditinjau dari bagian-bagian mata pelajaran, maka kesulitan belajar bahasa dapat diketegorikan menjadi: kesulitan membaca, kesulitan membuat kalima, kesulitan mengurai kalimat, kesulitan mengeja dan sebagainya.
Individu tertentu adakalanya mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu tetapi pada mata pelajaran lain tidak mengalami kesulitan dan adapula yang mengalami kesulitan pada beberapa mata pelajaran.
Mengenai macam-macam kesulitan belajar dapat dilihat dari berbagai segi dan penyebabnya :
1) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi bahan/materi yang dipelajari.
2) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi kematangan/tingkat perkembangan orang yang belajar.
3) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi kemampuan belajar.
4) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi pengaruh lingkungan; keluarga, sekolah dan masyarakat.
5) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi waktu dan tempat belajar.
6) Kelulitan belajar yang dilihat dari segi alat dan perlengakapan belajar.
Selain itu juga ditunjukkan suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh Carother sebagai berikut : (1) Tindakan guru yang kurang wajar baik di dalam maupun diluar kelas, (2) Kurang minat dari murid, (3) Guru kurang memahami murid, (4) Murid kurang cakap melakukan tugas-tugas yang diharapkan, (5) Sikap acuh tak acuh dari orang tua, (6) kesalahpahaman masyarakat tentang kebutuihan pendidikan, (7) Kurang cakapnya staf sekolah dalam mengukur pertumbuhan anak-anak dan melaporkan kemajuannya terhadap murid dan masyarakat, (8) Renggangnya hubungan antara rumah dan sekolah, dan (9) Kurikulum yang tidak fleksibel.
3. Alternatif pemecahan Kesulitan belajar siswa
Banyak alternatif yang dapat di ambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu di ambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut.
1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut. Untuk memperoleh pengertioan yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa:
2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecapakan tertentu yang memerlukan kebaikan.
3) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah dalam melaksanakan program perbaikan.; yaitu :
a. Analisis hasil diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : Amin mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata “Polisemi”. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjukkan kata yang memiliki dua makna atau lebih. Kata “turun”, umpamanya dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun harga, turun ranjang, turun tangan, dan seterusnya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dapat dikatakan dalam banyak frase seperti naik daun, naik dara, naik banding dan sebagainya.
b. Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menetukan bidang kecakapan tertentu yang dapat dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam. (1) bidang kecakapan bermasalah yang ditangani oleh guru sendiri, (2) bidang bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orangtua, (3) bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani oleh guru maupun oleh orangtua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baiak oleh guru maupun orangtua dapat bersumber dari kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
c. Menyusun program perbaikan
Dalam menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelum guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut : (1) tujuan pengajaran remedial, (2) Materi pengajaran remedial, (3) Metode pengajaran remedial, (4) Alokasi pengajaran waktu remedial, (5) Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.
d. Melaksanakan program perbaikan.
Kapan dan dimana program pengajaran remedial yang dirancang itu dapat anda laksanakan pada prinsipnya. Program pengajaran remedial (perbaaikan) itu lebih cepat dilaksankan. Tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa atau kien (siswa yang memerlukan bantuan). Mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinannya digunakannya ruang bimbingan dan konseling yang tersedia di sekolah dalam rangka mendayagunakaan ruang bimbingan tersebut.
Selanjutnya, untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kat-kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan konseling. Selain itu, guru dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu.
Menurut Ambo Enre Abdullah (1983), kesulitan belajar terdiri dari dua istilah yaitu “Kesulitan dan belajar”. Kesulitan sendiri merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga diperlukan usaha yang lebih giat untuk mengatasi hambatan-hambatan. Sedangkan belajar itu sendiri terdapat beberapa pandangan yang berbeda-beda dalam perumusannya, tetapi pada dasarnya makna yang terkandung adalah sama. Padangan tersebut antara lain : Cronbach (dalam Ambo Enre A, 1983) mengemukakan bahwa belajar adalah shown by a change in behavior as a result of exprience (tidak lain lain dari pada perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman). Sedangkan menurut Morgan didefinisikan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman. Jadi belajar adalah suatu proses untuk mencapai perubahan tingkah laku dalam bentuk sikap, pengetahuan dan keteramilan yang menjadi miliknya. Proses ini berlangsung di dalam menjelajahi berbagai pengalaman.
Berdasarkan uraian di atas, maka makna dari kesulitan belajar adalah suatu kondisi atau tingkah laku yang mengalami hambatan dalam mencapai suatu perubahan baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Dengan kata lain kondisi tertentu yang mengalami hambatan untuk mengadakan penguasaan tertentu dalam batas-batas potensi yang dimiliki.
Muh. Surya (1979) mengemukakan bentuk-bentuk tingkah laku yang merupakan manifestasi kesulitan belajar sebagai berikut :
1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia. Misalnya kalau rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40 menit, maka anak yang mengalami kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih lama.
4) Menunjukkan sikap kurang wajar; seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
Menunjukkan tingkah laku berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar tersisihkan dan tidak mau bekerjasama.
1. Faktor-Faktor Kesulitan belajar siswa
Fenomena kesulitan belajar seseorang siswa biasnya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.
Menurut Muhibbin Syah (1997) mengemukakan bahwa secara garis besarnya faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu :
1) Faktor intern siswa
Faktor interen siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni : (1) yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa, (2) yang bersifat afektif (ranah rasa rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap, dan (3) yang bersifat psikomotor (ranah rasa), antara lain seperti ketergantungan alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2) Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam
a. Lingkungan keluarga, contohnya : Ketidakharmonisan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b.Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya : Wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan tempat sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, adapula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom kologis berupa learning disablity (ketidakmampuan belajar). Sidrom (Syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
b. Disgrafia (diysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya kesulitan belajar siSwa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).
2. Macam-macam bentuk Kesulitan belajar siswa
Kesulitan belajar banyak macamnya. Kalau ditinjau dari jenis mata pelajaran, kesulitan belajar dapat dikategorikan menjadi; kesulitan belajar bahasa, kesulitan belajar pengetahuan sosial, kesulitan belajar ilmu pengetahuan alam. Kalau ditinjau dari bagian-bagian mata pelajaran, maka kesulitan belajar bahasa dapat diketegorikan menjadi: kesulitan membaca, kesulitan membuat kalima, kesulitan mengurai kalimat, kesulitan mengeja dan sebagainya.
Individu tertentu adakalanya mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu tetapi pada mata pelajaran lain tidak mengalami kesulitan dan adapula yang mengalami kesulitan pada beberapa mata pelajaran.
Mengenai macam-macam kesulitan belajar dapat dilihat dari berbagai segi dan penyebabnya :
1) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi bahan/materi yang dipelajari.
2) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi kematangan/tingkat perkembangan orang yang belajar.
3) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi kemampuan belajar.
4) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi pengaruh lingkungan; keluarga, sekolah dan masyarakat.
5) Kesulitan belajar yang dilihat dari segi waktu dan tempat belajar.
6) Kelulitan belajar yang dilihat dari segi alat dan perlengakapan belajar.
Selain itu juga ditunjukkan suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh Carother sebagai berikut : (1) Tindakan guru yang kurang wajar baik di dalam maupun diluar kelas, (2) Kurang minat dari murid, (3) Guru kurang memahami murid, (4) Murid kurang cakap melakukan tugas-tugas yang diharapkan, (5) Sikap acuh tak acuh dari orang tua, (6) kesalahpahaman masyarakat tentang kebutuihan pendidikan, (7) Kurang cakapnya staf sekolah dalam mengukur pertumbuhan anak-anak dan melaporkan kemajuannya terhadap murid dan masyarakat, (8) Renggangnya hubungan antara rumah dan sekolah, dan (9) Kurikulum yang tidak fleksibel.
3. Alternatif pemecahan Kesulitan belajar siswa
Banyak alternatif yang dapat di ambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu di ambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut.
1) Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut. Untuk memperoleh pengertioan yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa:
2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecapakan tertentu yang memerlukan kebaikan.
3) Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah dalam melaksanakan program perbaikan.; yaitu :
a. Analisis hasil diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : Amin mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata “Polisemi”. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjukkan kata yang memiliki dua makna atau lebih. Kata “turun”, umpamanya dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun harga, turun ranjang, turun tangan, dan seterusnya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga dapat dikatakan dalam banyak frase seperti naik daun, naik dara, naik banding dan sebagainya.
b. Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menetukan bidang kecakapan tertentu yang dapat dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam. (1) bidang kecakapan bermasalah yang ditangani oleh guru sendiri, (2) bidang bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orangtua, (3) bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani oleh guru maupun oleh orangtua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baiak oleh guru maupun orangtua dapat bersumber dari kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
c. Menyusun program perbaikan
Dalam menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelum guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut : (1) tujuan pengajaran remedial, (2) Materi pengajaran remedial, (3) Metode pengajaran remedial, (4) Alokasi pengajaran waktu remedial, (5) Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.
d. Melaksanakan program perbaikan.
Kapan dan dimana program pengajaran remedial yang dirancang itu dapat anda laksanakan pada prinsipnya. Program pengajaran remedial (perbaaikan) itu lebih cepat dilaksankan. Tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa atau kien (siswa yang memerlukan bantuan). Mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinannya digunakannya ruang bimbingan dan konseling yang tersedia di sekolah dalam rangka mendayagunakaan ruang bimbingan tersebut.
Selanjutnya, untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kat-kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk mempelajari buku-buku khusus mengenai bimbingan dan konseling. Selain itu, guru dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu.
ARTIKEL TERKAIT : UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA
#PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR SISWA
# KESULITAN BELAJAR SISWA
#PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR SISWA
# KESULITAN BELAJAR SISWA
0 Response to "PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR SISWA"
Post a Comment