PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Thursday, 7 April 2016
Add Comment
A. PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Ada beberapa definisi tentang desain atau perencanaan.Masing-masing definisi tersebut memiliki rumusan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Cunningham (1982) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan untuk menvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan biasanya lebih menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang dan usaha untuk mencapainya. Mengenai hal apa yang akan terwujud pada akhirnya dan bagaimana usaha untuk mencapainya itu merupakan bagian dari perencanaan (Uno, 2011)
Definisi yang lain (Steller, 1983) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dan bagaimana seharusnya (what should be). Hubungan tersebut bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Pertanyaan bagaimana seharusnya mengacu pada masa yang akan datang. Perencanaan menurut definisi ini lebih menekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang akan datang yang sesuai denga apa yang dicita-citakan. Perencanaan berusaha untuk menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan (Uno, 2011)
Sementara itu, definisi lain tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek, yaitu perencanaan (Robbins, 1982) adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Definisi ini mengasumsikan bahwa perubahan selalu terjadi.Perubahan lingkungan ini selalu diantisipasi dipakai agar perubahan itu berimbang.Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi di luar organisasi pembelajaran sebaiknya tidak jauh berbeda dengan perubahan yang terjadi dalam organisasi sehingga kegoncangan akibat perubahan dapat diminimalkan.Dengan demikian, perubahan juga dapat dimaknai sebagai usaha untuk mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan lingkungannya (Uno, 2011).
Ketiga definisi yang dikemukakan tersebut memperlihatkan rumusan dan tekanan yang berbeda.Salah satu dari ketiga definisi perencanaan yang dijelaskan lebih menekankan pada program dan usaha untuk mencapai tujuan dari program yang telah direncanakan. Definisi perencanaan yang lain bertujuan untuk menghilangkan kesenjangan antara keadaan saat ini dan keadaan masa mendatang. Adapun definisi yang ketiga adalah mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah. Meskipun demikian, pada hakikatnya ketiga definisi perencanaan bermakna sama, yaitu mencari dan mencapai tujuan, tetapi pada definisi yang pertama dan kedua hal tersebut tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa tujuan yang dicari itu adalah akibat terjadinya perubahan dalam cita-cita (Uno, 2011).
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, perencanaan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang memuaskan untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2011).
Menurut Degeng (1993), pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran (Uno, 2011).
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa” (Uno, 2011).
Perencanaan pembelajaran memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Perlunya perencanaan pembelajaran, dimaksudkan agar perbaikan pembelajaran dapat tercapai. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: (1) perbaikan kualitas pembelajaran; (2) pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistem; (3) desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang belajar; (4) desain pembelajaran diacukan pada siswa perorangan; (5) desain pembelajaran harus diacukan pada tujuan; (6) desain pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar; (7) desain pembelajaran melibatkan variabel pembelajaran; (8) desain pembelajaran menetapkan metode untuk mencapai tujuan; (9) inti dari desain yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2009).
Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa desain pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara yang disusun untuk membuat suatu kegiatan (membelajarkan siswa) berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan pembelajaran dapat memenuhi harapan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu pembelajaran matematika yang berkualitas baik yang memenuhi kriteria nieven (Nurdin. 2007) yaitu valid, praktis, dan efektif.
B. KOMPONEN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Secara rinci masing-masing perangkat tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah suatu rencana kegiatan yang disusun secara sistematis yang berisikan prosedur atau langkah-langkah kegiatan guru dan siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan oleh guru sebagai pedomandalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. RPP terdiri atas beberapa komponen utama, antara lain: Identitas mata pelajaran (nama satuan pendidikan, nama mata pelajaran, kelas, semester, pertemuan, alokasi waktu),Standar kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Indikator pencapaian hasil belajar, Tujuan pembelajaran, Materi ajar, Sumber/media pembelajaran, Kegiatan pembelajarann(kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir), dan Penilaian hasil belajar.
2. Buku Siswa
merupakan buku pegangan siswa yang memuat masalah-masalah kontekstual yang akan dipelajari siswa dalam proses pembelajaran dan dilengkapi dengan soal-soal untuk latihan siswa. Buku siswa disusun berdasarkan kurikulum matematika yang berlaku sesuai dengan jenjang pendidikan. Materi dari buku siswa dapat diadaptasi dari beberapa buku acuan. Desain buku siswa mempertimbangkan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Buku siswa berisi materi/tema yang akan dipelajari siswa. Materi pada buku siswa dirumuskan dalam bentuk permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa ataupun kegiatan-kegiatan yang dikerjakan berkelompok dengan bimbingan guru. Buku siswa ini diupayakan dapat memberi kemudahan bagi siswa dalam menemukan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika.
3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
adalah lembaran-lembaran yang berisi masalah-masalah/soal-soal dari buku siswa yang menuntun siswa untuk dapat mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur matematika sesuai dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus sebagai tempat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut. LKS merupakan kelengkapan dari buku siswa. LKS terdiri dari beberapa komponen, yaitu:judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, laporan yang harus dikerjakan.
4. Tes hasil belajar
adalah seperangkat alat evaluasi tertulis yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada siklus(Mc. Kenney, 2001), yangterdiri dari tiga fase, yakni: Preliminary research,Prototyping phase, dan Assessment phase(Paeba, 2011):
1. Preliminary research (penelitianpendahuluan), meliputi:
a. analisis kebutuhan dan analisis isi,
b. kajian pustaka,
c. pengembangan konsep atau teori kerangka kerja untuk studi.
2. Prototyping phase (tahap prototyping), meliputi:a. Mendesain pembelajaran
b. Mendesain lembar observasi kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
c. Mendesain lembar observasi aktivitas siswa
d. Mendesain angket respons siswa terhadap pembelajaran berbasis realistik model kooperatif TSTS
e. Mendesain instrumen tes hasil belajar
3. Assessment phase (tahap penilaian dan uji coba), meliputi :
a. Tahap penilaian, yang terdiri dari:
1) Validitas isi
2) Validitas konstruk
3) Keterlaksanaan dan keefektifan pembelajaran.
b. Tahap uji coba.
Model yang digunakan peneliti dalam mendesain pembelajaran adalah Model Dick & Carey, Hal ini disebabkan karena model Dick and Carey mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya (Uno, 2011):
1. Model Dick and Carey terdiri dari sepuluh langkah yang setiap langkahnya sangat jelas maksud dan tujuannya.
2. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada model Dick and Carey sangat ringkas, tetapi isinya padat dari satu urutan ke urutan berikutnya.
3. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pengajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum sekolah menengah pertama agar tujuan pengajaran pada kurikulum dapat melahirkan suatu desain pembelajaran.
4. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran memiliki maksud-maksud tertentu sebagai berikut:
a. Pada awal proses pembelajaran, anak didik atau siswa dapat mengetahui atau mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.
b. Memahami adanya pertautan antara setiap komponen khususnya strategi pengajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.
c. Menetapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran. Berdasarkan sepuluh langkah dalam model Dick and Carey, ada delapan kotak yang berhubungan dengan suatu garis utama yang memperlihatkan balikan dari kotak terakhir ke kotak yang terdahulu. Kotak-kotak itu mengacu ke perangkat-perangkat prosedur dan teknik yang dipakai untuk merancang, memproduksi, menilai dan merevisi pembelajaran.
Komponen-komponen dari model pengembangan sistem instruksional menurut Dick dan Carey (1990) diuraikan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran (identify an instructional goal). Langkah awal dalam model ini adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dijabarkan berdasarkan tujuan umum dan kesulitan belajar siswa pada kenyataan sebelumnya.
2. Melakukan analisis pembelajaran (conduct an instructional analysis). Tujuan analisis pembelajaran ini adalah untuk menentukan keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skills) yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan bawahan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa agar dapat menguasai keterampilan lain yang lebih atas tingkatannya.
3. Tingkah laku masukan dan ciri-ciri siswa (identify entry behaviors and characteristics). Sebelum memulai sebuah pembelajaran seorang guru hendaknya terlebih dahulu mengetahui keterampilan-keterampilan apa yang telah dimiliki siswa. Pentingnya mengetahui keterampilan-keterampilan tersebut guna keperluan dalam merancang kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan diberikan.
4. Merumuskan tujuan performasi (write performance objectives). Berdasarkan analisis pembelajaran dan tingkah laku masukan, maka selanjutnya dapat disusun secara spesifik pernyataan-pernyataan yang merupakan tujuan-tujuan khusus yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
5. Mengembangkan butir-butir penilaian acuan patokan (develop criterion referenced test items). Berdasarkan tujuan-tujuan performasi yang telah dirumuskan, selanjutnya disusun butir-butir penilaian. Butir-butir penilaian ini berguna untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan performasi tersebut. Tekanan utama butir-butir penilaian terletak pada kaitan antara macam-macam tingkah laku yang tercantum dalam tujuan dengan apa yang diminta dalam butir-butir penilaian tersebut.
6. Mengembangkan sebuah strategi pembelajaran (develop an instructional strategy). Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, selanjutnya menentukan strategi pembelajaran yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran ini menyangkut tentang kegiatan penyajian informasi, latihan, pengetesan atau kegiatan tindak lanjut.
7. Mengembangkan dan memilih material pembelajaran (develop and select instructional materials). Pada langkah ini strategi pembelajaran yang telah ditetapkan digunakan untuk mengembangkan paket pembelajaran. Paket pembelajaran ini pada umumnya meliputi buku kerja siswa, material pembelajaran, tes dan buku pegangan guru. Keputusan untuk mengembangkan material pembelajaran tergantung pada jenis pembelajaran yang digunakan, perangkat yang relevan dan sumber pengembangan yang tersedia.
8. Merancang dan melakukan penilaian formatif (design and conduct the formative evaluation). Apabila rancangan awal (draft) pembelajaran telah disusun, maka langkah selanjutnya melakukan penilaian terhadap draft pembelajaran tersebut. Hal ini bertujuan untuk meyempurnakan draft pembelajaran tersebut.
9. Merevisi pembelajaran (revise instructional). Apabila paket pembelajaran telah dilakukan evaluasi formatif, maka langkah berikutnya dilakukan revisi terhadap paket pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh melalui penilaian formatif akan diketahui kekurangan dari paket pembelajaran yang dikembangkan. Garis yang menghubungkan kotak “Merevisi Pembelajaran” menunjukkan data dari penilaian formatif tidak semata-mata digunakan untuk mengkaji kembali kesahihan analisis pembelajaran yang digunakan dan asumsi-asumsi tentang tingkah laku masukan dan ciri-ciri siswa.
10. Melakukan penilaian sumatif (conduct summative evaluation). Meskipun penilaian sumatif merupakan puncak dari pengembangan sistem pembelajaranmodel Dick dan Carey, tetapi pada umumnya bukan merupakan bagian dari proses perancangan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya garis putus-putus yang menghubungkan kotak komponen ini. Karena penilaian sumatif ini tidak melibatkan perancang pembelajaran melainkan melibatkan evaluator yang independen maka komponen ini tidak dipandang bagian terpadu dari proses perancangan pembelajaran ini.
1. Preliminary research (penelitian pendahuluan), meliputi:a. Analisis kebutuhan dan analisis isi: Mengidentifikasi tujuan pembelajaran (identify an instructional goal), Melakukan analisis pembelajaran (conduct an instructional analysis), Tingkah laku masukan dan ciri-ciri siswa (identify entry behaviors and characteristics).
b. Kajian pustaka
c. Pengembangan konsep atau teori kerangka kerja untuk studi: Rumusan tujuan kinerja.
2. Prototyping phase (tahap prototyping), meliputi:a. Mendesain pembelajaran: Merancang sebuah strategi pembelajaran (desain an instructional strategy).
b. Pengembangan desain pembelajaran dan butir-butir tes acuan patokan: Mengembangkan desain pembelajaran sesuai rancangan strategi pembelajaran yang telah dirancang yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengembangkan dan memilih material pembelajaran yang terdiri dari buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS). Mendesain Instrumen, yang terdiri lembar observasi aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran, angket respons siswa, tes hasil belajar dan assessment pembelajaran.
3. Assessment phase (tahap penilaian), meliputi:a. Penilaian
1) Validitas isi
2) Validitas konstruk
3) Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dan keefektifan pembelajaran.
Ada beberapa definisi tentang desain atau perencanaan.Masing-masing definisi tersebut memiliki rumusan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Cunningham (1982) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan untuk menvisualisasikan dan memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan biasanya lebih menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang dan usaha untuk mencapainya. Mengenai hal apa yang akan terwujud pada akhirnya dan bagaimana usaha untuk mencapainya itu merupakan bagian dari perencanaan (Uno, 2011)
Definisi yang lain (Steller, 1983) mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dan bagaimana seharusnya (what should be). Hubungan tersebut bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Pertanyaan bagaimana seharusnya mengacu pada masa yang akan datang. Perencanaan menurut definisi ini lebih menekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang akan datang yang sesuai denga apa yang dicita-citakan. Perencanaan berusaha untuk menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan (Uno, 2011)
Sementara itu, definisi lain tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek, yaitu perencanaan (Robbins, 1982) adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Definisi ini mengasumsikan bahwa perubahan selalu terjadi.Perubahan lingkungan ini selalu diantisipasi dipakai agar perubahan itu berimbang.Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi di luar organisasi pembelajaran sebaiknya tidak jauh berbeda dengan perubahan yang terjadi dalam organisasi sehingga kegoncangan akibat perubahan dapat diminimalkan.Dengan demikian, perubahan juga dapat dimaknai sebagai usaha untuk mengubah organisasi agar sejalan dengan perubahan lingkungannya (Uno, 2011).
Ketiga definisi yang dikemukakan tersebut memperlihatkan rumusan dan tekanan yang berbeda.Salah satu dari ketiga definisi perencanaan yang dijelaskan lebih menekankan pada program dan usaha untuk mencapai tujuan dari program yang telah direncanakan. Definisi perencanaan yang lain bertujuan untuk menghilangkan kesenjangan antara keadaan saat ini dan keadaan masa mendatang. Adapun definisi yang ketiga adalah mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah. Meskipun demikian, pada hakikatnya ketiga definisi perencanaan bermakna sama, yaitu mencari dan mencapai tujuan, tetapi pada definisi yang pertama dan kedua hal tersebut tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa tujuan yang dicari itu adalah akibat terjadinya perubahan dalam cita-cita (Uno, 2011).
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, perencanaan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang memuaskan untuk membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2011).
Menurut Degeng (1993), pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini, secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran (Uno, 2011).
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa” (Uno, 2011).
Perencanaan pembelajaran memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Perlunya perencanaan pembelajaran, dimaksudkan agar perbaikan pembelajaran dapat tercapai. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: (1) perbaikan kualitas pembelajaran; (2) pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistem; (3) desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang belajar; (4) desain pembelajaran diacukan pada siswa perorangan; (5) desain pembelajaran harus diacukan pada tujuan; (6) desain pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar; (7) desain pembelajaran melibatkan variabel pembelajaran; (8) desain pembelajaran menetapkan metode untuk mencapai tujuan; (9) inti dari desain yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2009).
Dari beberapa definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa desain pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara yang disusun untuk membuat suatu kegiatan (membelajarkan siswa) berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan pembelajaran dapat memenuhi harapan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu pembelajaran matematika yang berkualitas baik yang memenuhi kriteria nieven (Nurdin. 2007) yaitu valid, praktis, dan efektif.
B. KOMPONEN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Secara rinci masing-masing perangkat tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah suatu rencana kegiatan yang disusun secara sistematis yang berisikan prosedur atau langkah-langkah kegiatan guru dan siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan oleh guru sebagai pedomandalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. RPP terdiri atas beberapa komponen utama, antara lain: Identitas mata pelajaran (nama satuan pendidikan, nama mata pelajaran, kelas, semester, pertemuan, alokasi waktu),Standar kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), Indikator pencapaian hasil belajar, Tujuan pembelajaran, Materi ajar, Sumber/media pembelajaran, Kegiatan pembelajarann(kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir), dan Penilaian hasil belajar.
2. Buku Siswa
merupakan buku pegangan siswa yang memuat masalah-masalah kontekstual yang akan dipelajari siswa dalam proses pembelajaran dan dilengkapi dengan soal-soal untuk latihan siswa. Buku siswa disusun berdasarkan kurikulum matematika yang berlaku sesuai dengan jenjang pendidikan. Materi dari buku siswa dapat diadaptasi dari beberapa buku acuan. Desain buku siswa mempertimbangkan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. Buku siswa berisi materi/tema yang akan dipelajari siswa. Materi pada buku siswa dirumuskan dalam bentuk permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa ataupun kegiatan-kegiatan yang dikerjakan berkelompok dengan bimbingan guru. Buku siswa ini diupayakan dapat memberi kemudahan bagi siswa dalam menemukan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika.
3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
adalah lembaran-lembaran yang berisi masalah-masalah/soal-soal dari buku siswa yang menuntun siswa untuk dapat mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur matematika sesuai dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus sebagai tempat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut. LKS merupakan kelengkapan dari buku siswa. LKS terdiri dari beberapa komponen, yaitu:judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, laporan yang harus dikerjakan.
4. Tes hasil belajar
adalah seperangkat alat evaluasi tertulis yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada siklus(Mc. Kenney, 2001), yangterdiri dari tiga fase, yakni: Preliminary research,Prototyping phase, dan Assessment phase(Paeba, 2011):
1. Preliminary research (penelitianpendahuluan), meliputi:
a. analisis kebutuhan dan analisis isi,
b. kajian pustaka,
c. pengembangan konsep atau teori kerangka kerja untuk studi.
2. Prototyping phase (tahap prototyping), meliputi:a. Mendesain pembelajaran
b. Mendesain lembar observasi kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
c. Mendesain lembar observasi aktivitas siswa
d. Mendesain angket respons siswa terhadap pembelajaran berbasis realistik model kooperatif TSTS
e. Mendesain instrumen tes hasil belajar
3. Assessment phase (tahap penilaian dan uji coba), meliputi :
a. Tahap penilaian, yang terdiri dari:
1) Validitas isi
2) Validitas konstruk
3) Keterlaksanaan dan keefektifan pembelajaran.
b. Tahap uji coba.
Model yang digunakan peneliti dalam mendesain pembelajaran adalah Model Dick & Carey, Hal ini disebabkan karena model Dick and Carey mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya (Uno, 2011):
1. Model Dick and Carey terdiri dari sepuluh langkah yang setiap langkahnya sangat jelas maksud dan tujuannya.
2. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada model Dick and Carey sangat ringkas, tetapi isinya padat dari satu urutan ke urutan berikutnya.
3. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pengajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum sekolah menengah pertama agar tujuan pengajaran pada kurikulum dapat melahirkan suatu desain pembelajaran.
4. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran memiliki maksud-maksud tertentu sebagai berikut:
a. Pada awal proses pembelajaran, anak didik atau siswa dapat mengetahui atau mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran.
b. Memahami adanya pertautan antara setiap komponen khususnya strategi pengajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki.
c. Menetapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran. Berdasarkan sepuluh langkah dalam model Dick and Carey, ada delapan kotak yang berhubungan dengan suatu garis utama yang memperlihatkan balikan dari kotak terakhir ke kotak yang terdahulu. Kotak-kotak itu mengacu ke perangkat-perangkat prosedur dan teknik yang dipakai untuk merancang, memproduksi, menilai dan merevisi pembelajaran.
Komponen-komponen dari model pengembangan sistem instruksional menurut Dick dan Carey (1990) diuraikan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran (identify an instructional goal). Langkah awal dalam model ini adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dijabarkan berdasarkan tujuan umum dan kesulitan belajar siswa pada kenyataan sebelumnya.
2. Melakukan analisis pembelajaran (conduct an instructional analysis). Tujuan analisis pembelajaran ini adalah untuk menentukan keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skills) yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Keterampilan bawahan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa agar dapat menguasai keterampilan lain yang lebih atas tingkatannya.
3. Tingkah laku masukan dan ciri-ciri siswa (identify entry behaviors and characteristics). Sebelum memulai sebuah pembelajaran seorang guru hendaknya terlebih dahulu mengetahui keterampilan-keterampilan apa yang telah dimiliki siswa. Pentingnya mengetahui keterampilan-keterampilan tersebut guna keperluan dalam merancang kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan diberikan.
4. Merumuskan tujuan performasi (write performance objectives). Berdasarkan analisis pembelajaran dan tingkah laku masukan, maka selanjutnya dapat disusun secara spesifik pernyataan-pernyataan yang merupakan tujuan-tujuan khusus yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
5. Mengembangkan butir-butir penilaian acuan patokan (develop criterion referenced test items). Berdasarkan tujuan-tujuan performasi yang telah dirumuskan, selanjutnya disusun butir-butir penilaian. Butir-butir penilaian ini berguna untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan performasi tersebut. Tekanan utama butir-butir penilaian terletak pada kaitan antara macam-macam tingkah laku yang tercantum dalam tujuan dengan apa yang diminta dalam butir-butir penilaian tersebut.
6. Mengembangkan sebuah strategi pembelajaran (develop an instructional strategy). Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, selanjutnya menentukan strategi pembelajaran yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran ini menyangkut tentang kegiatan penyajian informasi, latihan, pengetesan atau kegiatan tindak lanjut.
7. Mengembangkan dan memilih material pembelajaran (develop and select instructional materials). Pada langkah ini strategi pembelajaran yang telah ditetapkan digunakan untuk mengembangkan paket pembelajaran. Paket pembelajaran ini pada umumnya meliputi buku kerja siswa, material pembelajaran, tes dan buku pegangan guru. Keputusan untuk mengembangkan material pembelajaran tergantung pada jenis pembelajaran yang digunakan, perangkat yang relevan dan sumber pengembangan yang tersedia.
8. Merancang dan melakukan penilaian formatif (design and conduct the formative evaluation). Apabila rancangan awal (draft) pembelajaran telah disusun, maka langkah selanjutnya melakukan penilaian terhadap draft pembelajaran tersebut. Hal ini bertujuan untuk meyempurnakan draft pembelajaran tersebut.
9. Merevisi pembelajaran (revise instructional). Apabila paket pembelajaran telah dilakukan evaluasi formatif, maka langkah berikutnya dilakukan revisi terhadap paket pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh melalui penilaian formatif akan diketahui kekurangan dari paket pembelajaran yang dikembangkan. Garis yang menghubungkan kotak “Merevisi Pembelajaran” menunjukkan data dari penilaian formatif tidak semata-mata digunakan untuk mengkaji kembali kesahihan analisis pembelajaran yang digunakan dan asumsi-asumsi tentang tingkah laku masukan dan ciri-ciri siswa.
10. Melakukan penilaian sumatif (conduct summative evaluation). Meskipun penilaian sumatif merupakan puncak dari pengembangan sistem pembelajaranmodel Dick dan Carey, tetapi pada umumnya bukan merupakan bagian dari proses perancangan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya garis putus-putus yang menghubungkan kotak komponen ini. Karena penilaian sumatif ini tidak melibatkan perancang pembelajaran melainkan melibatkan evaluator yang independen maka komponen ini tidak dipandang bagian terpadu dari proses perancangan pembelajaran ini.
1. Preliminary research (penelitian pendahuluan), meliputi:a. Analisis kebutuhan dan analisis isi: Mengidentifikasi tujuan pembelajaran (identify an instructional goal), Melakukan analisis pembelajaran (conduct an instructional analysis), Tingkah laku masukan dan ciri-ciri siswa (identify entry behaviors and characteristics).
b. Kajian pustaka
c. Pengembangan konsep atau teori kerangka kerja untuk studi: Rumusan tujuan kinerja.
2. Prototyping phase (tahap prototyping), meliputi:a. Mendesain pembelajaran: Merancang sebuah strategi pembelajaran (desain an instructional strategy).
b. Pengembangan desain pembelajaran dan butir-butir tes acuan patokan: Mengembangkan desain pembelajaran sesuai rancangan strategi pembelajaran yang telah dirancang yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengembangkan dan memilih material pembelajaran yang terdiri dari buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS). Mendesain Instrumen, yang terdiri lembar observasi aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran, angket respons siswa, tes hasil belajar dan assessment pembelajaran.
3. Assessment phase (tahap penilaian), meliputi:a. Penilaian
1) Validitas isi
2) Validitas konstruk
3) Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dan keefektifan pembelajaran.
0 Response to "PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN"
Post a Comment