lingkungan pendidikan
Friday, 25 March 2016
Add Comment
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Lingkungan
pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda
mati,makhluk hidup ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi
masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu.
Seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak
bergaul. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga
pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi
bagian dari karakter lembaga tersebut.
Pengertian
lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan
hal lain memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Badan pendidikan
itu bertugas memberi pendidikan kepada si terdidik (Marimba, 1980) . secara
umum fungsi lembaga-lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi yang
memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung sesuai tugas yang bebankan
kepadanya karena situasi lembaga pendidikan harus berbeda dengan situasi
lembaga lain (Azra, 1998).
Menurut
Hasbullah (2003), lingkungan pendidikan mencakup:
1. Tempat (lingkungan fisik ),
keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam
2. Kebudayaan (lingkungan
budaya ) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa seni ekonomi, ilmu
pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang keagamaan; dan
3. Kelompok hidup bersama
(lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa
perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan
serta lembaga pendidikan bersifat positif bilamana memberikan pengaruh sesuai
dengan arah tujuan pendidikan. Lingkungan bersifat negatif bilamana berpengaruh
secara kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan sebagai contoh mendidik
agama dalam lingkungan masyarakat yang agamis dengan kehidupan masyarakat yang
taat menjalankan agama dengan sarana pribadatan yang lengkap dan memberikan
dukungan positif bagi pendidikan agama. Sebaliknya lingkungan masyaraka yang
penuh dengan kejahatan serta minimnya sarana/prasarana keagamaan menyebabkan
anak terpengaruh dengan lingkungannya dan akan berbuat seperti apa yang ada
dalam lingkungannya.
Lingkungan
pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik
.perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan pendidikan tempat
peserta didik terlibat didalamnya. Hal ini karena msing-masing jenis lingkungan
pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi sosial yang
dimaksud meliputi faktor perencanaan, sarana dan sistem pendidikan pada
masing-masing jenis lingkungan. Intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta
didik tergantung sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas
terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
B. FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Fungsi
pertama lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosil dan budaya
terutama berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai
tujuan pendidikan secara optimal. Penataan lingkungan pendidikan ini terutama
dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efesiaen dan efektif.
Perkembangan
manusia dari interaksinya dengan lingkungan sekitar akan berjalan secara
alamiah, tetapi perkembangan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan tujuan
pendidikan atau bahkan menyimpang darinya. Oleh karena itu diperlukan usaha
sadar untuk mengatur dan mengendalikan lingkungan sedemikian rupa agar mempunyai
orentasi pada tujuan-tujuan pendidikan.
Fungsi
kedua lingkungan pendidikan adalah mengajarkan tingkah laku umum dan untuk
menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat. Hal
ini karena masyarakat akan berfungsi dengan baik jika setiap individu belajar
berbagai hal, baik pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda.
Dalam
menjalankan kedua fungsinya, lingkungan pendidikan haruslah digambarkan sebagai
kesatuan yang utuh di antara berbagai ragam bentuknya. Untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan secara menyeluruh masing-masing lingkungan mempunyai
andil dalam mencapainya (Tirtahardjha,2004).
C. RAGAM BENTUK LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Lingkungan
pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan secara langsung atau
tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada yang bersifat sosial
dan material. Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar
Dewantoro dibagi menjadi tiga yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat, hal itu sejalan yang dinyatakan oleh Langeveld
bahwa yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah keluarga,sekolah dan
masyarakat (Tirtahardjha,2004).
1. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga ( Lingkungan Pendidikan
Informal)
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun
fisik dalam kehidupannya. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya
mengidentifikasi diri dengan orang tuanya, melaikan juga mengidentifikasikan
(mensatupadukan) diri dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga dimulai sejak anak lahir ke dunia dari
kandungan ibunya, dan berhenti apabila sang anak meninggalkan keluarga asal
untuk mendirikan keluarga baru.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranan
penting dalam membentuk generasi muda. Keluarga disebut pula sebagai lembaga
pendidikan informal. Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang tidak
diorganisasikan sacara struktural dan tidak mengenal sama sekali penjenjangan
kronologis menurut tingkatan umum maupun tingkatan keterampilan dan
pengetahuan. Persyaratan credential tidak dipakai oleh karena itu tidak ada
credential yang dihakkan oleh penerima maupun yang diwajibkan dari pemberi
pendidikan. (Azra,1998).Keluarga secara umum merupakan suatu lembaga yang
terdiri atas suami istri dan anak-anaknya yang belum menikah, hidup dalam
sebuah kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu.
Secara etimologi, menurut Ki Hajar Dewantoro (Abu Ahmadi,
Nur Uhbiyati.1991)
Kata keluarga berasal dari
kata kawula dan warga. Kawula berarti “Abdi”,
yakni hamba dan Warga berarti “anggota”. Secara abdi dalam keluarga wajiblah
seseorang menyerahkan segala kepentingan-kepentingannya kepada keluarga.
Apabila ditinjau
dari sosiologi, keluarga merupakan bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu
yang terikat oleh suatu keturunan yakni kesatuan anatar ayah-ibu-anak,
merupakan kesatuan terkecil dari bentuk kesatuan masyarakat.
Ditinjau dari sudut pandang pedagogis, ciri khas suatu
lembaga adalah bahwa keluarga itu adalah merupakan suatu persekutuan hidup yang
dijalani rasa kasih sayang diantara dua jenis manusia, yang bermaksud untuk
saling meyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai orang
tua. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga dapat dikatakan keluarga
lengkap apabila keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu dan anak.
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga
tercipta karena adanya ikatan antara ayah,ibu dan anak sehingga terjalin rasa
kasih sayang.
Ø Fungsi Keluarga
Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota
keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi,
dan lingkungan. Demi perkembangan dan pendidikan anak, keluarga harus melaksanakan
fungsi-fungsinya dengan baik dan seimbang. M.I Soelaeman (1994) mengemukakan
beberapa fungsi kelurga yaitu :
a. Fungsi Edukasi
keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama
bagi anak-anaknya agar menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri
sesuai dengan tuntunan perkembangan waktu.
b. Fungsi Sosialisasi
Keluarga mempersiapkan anak sebagai anggota
masyarakat yang baik dan berguna kehidupan di masyarakatnya.
c. Fungsi Proteksi
keluarga sebagai tempat memperoleh rasa aman,
nyaman, damai dan tenteram bagi seluruh anggota keluarga.
d. Fungsi Afeksi
keluarga sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan
rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.
e. Fungsi Religius
keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak
anak kepada kehidupan beragama dengan menciptakan iklim keluarga yang religius
sehingga dapat dihayati oleh keluarganya
f. Fungsi Ekonomi
meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta
pemanfaatan dan pembelajarannya.
g. Fungsi Rekreasi
keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman,
menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.
h. Fungsi Biologis
keluarga sebagai wahana menyalurkan reproduksi sehat
bagi semua anggota keluarganya.
Ø Peranan Anggota Keluarga dalam Pendidikan Anak.
Setiap anggota keluarga keluarga memiliki peranan tertentu
sesuai dengan kedudukannya. Mengenai peranan anggota-anggota keluarga dalam
pendidikan anak dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Peranan Ibu
Ibu memegang peranan penting dalam mendidik anak-anaknya.
Sejak dilahirkan ibulah yang selalu disampingnya, memberi makan, minum
mengganti pakaian dan sebagainya. Oleh karena itu kebanyakan anaka lebih cinta
kepada ibunya dari pada anggota keluarga lainnya. Ibu dalam keluarga merupakan
orang pertama kali berinteraksi dengan anaknya, ia merupakan orang pertama kali
dikenal anaknya. Dari seorang ibu diharapkan ia mengahdapi anaknya dengan penuh
kasih sayang, sehingga dikatakan bahwa “ ibu
berperan sebagai lambang kasih sayang”.
Ngalim Purwanto (2004:82) mengatakan bahwa sesuai dengan
fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat dijelaskan bahwa
peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut : 1) Sumber
dan pemberi rasa kasih sayang, 2). Pengasuh dan pemelihara. 3). Tempat
mencurahkan isi hati, 4). Pengatur dalam kehidupan berumah tangga, 5).
Pembimbing hubungan pribadi, dan 6). Pendidik dalam segi-segi emosional.
b. Peranan Ayah
Di samping ibu, ayah pun mempunyai peranan yang tidak kalah
pentinya terhadap pembentukan keperbadian anak. Anak memendang ayahnya sebagai
orang yang gagah, paling berani, paling perkasa. Kegiatan yang dilakukan ayah
dalam pekerjaan sahari-hari sangat berpangaruh besar kepada anak-anaknya.
Menurut ngalim purwanto (2004 : 83) peranan ayah dalam
pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut : 1). Sumber kukuasaan dalam
keluarga, 2). Penghubung intern antara keluarga dengan masyarakan atau dunia
luar, 3). Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, 4). Pelindung
terhadap ancaman dari luar, 5). Hakim atau yang mengadili jika terjadi
perselisihan, dan 6). Pendidik dalam segi-segi rasional.
Jadi seorang ayah hendaknya memiliki kesadaran bahwa ia
turut bertanggung jawab dalam penjagaan, perawatan, dan pemeliharaan serta
pendidikan anak-anaknya itu bersama dengan seorang ibu.
Ø Karakteristik Lingkungan Pendidikan Informal (Keluarga)
Lingkunagn pendidikan keluarga tergolong jalur pendidikan
informal, adapun karakteristinya antara lain (a). Tujuan pendidikannya lebih
menekankan pada pengembangan karakter. (b). Peserta didiknya bersifat
heterogen. (c). Isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/ tidak ada
kurikulum tertulis. (d). Tidak berjenjang. (e). Waktu pendidikannya tidak
terjadwal secara ketat, relatif lama. (f). Cara pelaksanaan pendidikan bersifat
wajar (g). Evalusai pendidikan tidak sistematis dan insidental.(h).Credential tidak ada dan tidak penting.
2. Lingkungan Pendidikan Sekolah ( Lingkungan Pendidikan
Formal)
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu disamping keluarga sebagai
pusat pendidikan, sekolahpun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentukan kepribadian anak. Karena sekolah tersebut sengaja disedikan khusus
untuk pendidikan yang sekaligus berfungsi melanjutkan pendidikan keluarga
dengan guru sebagai ganti orang tua yang harus ditaati.
Pendidikan disekolah, biasanya disebut sebagai pendidikan
formal karena ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar , tujuan,isi, metode,
alat-alatnya disusun secara eksplisit, sistematis dan distandarisasikan
(Azra,1998).
Penjabaran fungsi sekolah memberikan pendidikan formal,
terlihat pada institusional, yaitu tujuan kelembagaan pada masing-masing jenis
dan tingkatan sekolah. Di Indonesia lembaga pendidikan formal pra sekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah mengengah atas yang
terdiri dari sekolah menengah umum dan kejuruan, serta perguruan tinggi dengan
aneka ragam bidangnya. Tujuan institusional untuk masing-masing tingkat atau
jenis pendidikan, pencapaiannya ditopang oleh tujuan-tujuan kurikuler dan
tujuan instruksional.
Sekolah hendaknya memberikan pendidikan keagamaan, akhlak
sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang diajarkan jangan
bertentangan dengan pendidikan agama yang telah diberikan keluarga. Karena si
anak akan mengahadapi pertentangan-pertentangan nilai-nilai, sehingga mereka
akan bingung dan kehilangan kepercayaan.
Sekolah, yaitu pendidikan skunder yang mendidik anak mulai
dari usia masuk sekolah sampai keluar sekolah dengan pendidiknya (guru) yang
mempunyai kompotensi yang profesional, personal, sosial dan pedagogis. Mengacu
pada Sistem sekolah sebagai pendidikan formal dirancang sedemikian rupa agar
lebih efektif dan lebih efesien, yaitu bersifat klasikal dan berjenjang. Sistem
klasikal memungkinkan beberapa sejumlah anak belajar bersama dan dipinpin oleh
seorang atau beberapa guru sebagai fasilitator. Sebagi konsekuensinya mereka menerima
materi yang sama. Untuk itu, pada suatu kelas biasa murid-muridnya mempunyai
kemampuan yang relatif sama dari kelompok umur yang hampir sama pula.
Ø Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan
nasional pembelajaran disekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang
mengacuh pada pendidikan nasional. Sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan berkembangnya potensi anak
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah sebagai lembaga sosial melaksanakan fungsi sosial
sebagai sebagai mana lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Soleh Seogiyanto
(Bambang Robandi, 2007) mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebgai berikut :
a. Sekolah berfusi sebgai lembaga sosialisasi, membantu
anak-anak mempeajari cara-cara hidup di tempat mereka dilahirkan.
b. Untuk menstramisi dan mentrasformasi kebudayaan, dan
c. Menyeleksi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.
Di samping itu sekolah sebgai satuan pendidikan bertujuan
sesuai masing-masing tujuan untuk pendidikan. Selain itu sekolah hendaknya berperan sebagai masyarakat
belajar, yaitu masyarakat yang memiliki tata kehidupan yang mengatur hubungan
antara guru dan lingkungannya yang membelajarkan guru untuk mencapai tujuan
pendidikan dakam suasana mengairahkan.
Ø Guru : Pendidik di Sekolah
Dalam
lingkungan keluarga ayah dan ibu merupakan pendidik, sedangkan disekolah
disebut guru. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan anak didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru sebgai pengganti orang tua di
sekolah harus memberikan kemudahan dalam pembelajaran bagi semua anak didik.
Agar mampu mengembangkan segala kemapuan dan potensi yang dimiliki anak.
Ø Tugas Guru
Tugas utama guru menurut Undang-Undang Guru dan Dosen adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
anak didik. Kalau dijadikan kata benda Guru adlah sebagai pendidik, Pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih dan penilai.
Ø Karakteristik Sekolah
Lingkungan pendidikan Sekolah tergolong jalur pendidikan
formal, adapun karakteristiknya, antara lain : (a) secara faktual tujuan
pendidikan lebih menekankan pada pengembangan intelektual. (b) peserta didiknya
bersifat heterogen. (c) isi pendidikannya terprogram secara formal/kurikulumnya
tertulis.(d) terstruktur berjenjang dan bersinambungan. (e) waktu pendidikan
terjadwal secara ketat, relatif lama. (f) cara pelaksanaan ppendidikan bersifar
formal dan artificial. (g) evaluasi
pendidikan dilaksanakan secara sistematis. (h) credential ada dan penting.
3. Lingkungan Masyarakat (
lingkungan Pendidikan Nonformal)
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pendidikan berlangsung
dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Masyarakat
mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling
ketergantungan dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama.
Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri seperti yang dikemukakan oleh
Tirtarahadja dan La Sulo (2000), yaitu antara lain :
a.
Ada interaksi
warga-warganya
b.
Pola tingkah laku warganya
di atur oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang berlaku.
c.
Ada rasa Idensitas yang
kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan adat istiadat,
rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari
perasaan bangsa sebagai patriotisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan dan lain-lain.
Selanjurnya kaitan masyarakat dengan pendidikan menurut
Tirtarahadja dan La Sulo (2000), dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu :
a. Masyarakat sebagai
penyelenggara pendidikan, baik yang dikembangkan maupun yang tidak
dikembangkan.
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan
baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi
pendidikan.
c. Dalam masyarakat tersedia
berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Perlu
pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu
memperoleh manfaat dan pengalaman hidupnya untuk meningkatkan dirinya. Dengan
kata lain manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan
sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul dan
sebagainya.
Di lingkungan masyarakat, setiap orang akan memperoleh
pengalaman tentang berbagai hal, misalnya tentang lingkungan alam, tentang
hubungan sosial, politik kebudayaan dan sebagainya. Di dalam lingkungan
masyarakat setiap orang akan memperoleh pengaruh yang sifatnya mendidik dari
oarng-orang yang ada disekitarnya, baik dari teman sebaya maupun oarng dewasa
melalui interaksi sosial secara langsung atau tatap muka. Pengaruh pendidikan
tersebut dapat pula diperoleh melaui interaksi sosial secara tidak langsung.
Ø Bentuk Lingkungan Pendidikan Nasional
Masyarakat sebagai lingkunagn pendidikan nonformal sebagai
lingkungan pendidikan di luar keluarga dan diluar sekolah. Pendidikan nonformal
dapat terselengara secara terstruktur dan berjenjang. Contoh penyelenggaran pendidikan
di dalam lingkungan pendidikan nonformal yang terstruktur dan berjenjang antara
lain Kelompok Belajar Paket A, Paket B, Kursus Komputer dan bahasa inggris di
lembaga kursus tertentu juga ada yang terstruktur dan berjenjang dan lain-lain.
Adapun contoh penyelenggaraan pendidikan yang tidak terstruktur dan tidak
berjenjang adalh ceramah agama yang titangkan di televisi, penyampaian
informasi melalui koran
Ø Tanggung Jawab dan Fungsi Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal selain menjadi tanggung jawab
pemerintah, juga menjadi tanggung jawab bersama para orang dewasa (masyarakat)
yang ada di lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Pendidikan dalam
lingkungan masyarakat dapat berfungsi sebagai pengganti, pelengkap, penambah,
dan mungkin juga pengembangan pendidikan di lingkungan keluarga dan sekolah
Ø Kebudayaan sebagai Bagian dari pendidikan.
Di masyarakat ada kebudayaan, sebagai gagasan dan karya
manusia beserta hasil budi dan karya akan selalu terkait dengan pendidikan,
utamnya belajar. Kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa
norma-norma, nilai-nilai kepercayaan, tingkah laku dan tekhnologi yang
dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu.
Menurut Taylor ( Made Pidarta, tanpa tahun) kebudayaan adlah
totalitas yang kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
orang sebgai masyarakat. Sedangkan menurut Kuncaraningrat ( Tirtarahadja dan La
Sulo,2000). Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud:
a.
Ideal seperti ide, gagasan,
nilai dan sebgainya.
b.
Kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat
c.
Fisik yakni hasil benda
manusia.
Kebudayaan
dengan wujud ideal merupakan hasil-hasil karya manusia termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi, UUD 1945 di mana didalamnya tercantum dasar negara
pancasila. Jadi pancasila merupakan hasil karya bangsa Indonesia memiliki nilai
kehidupan yang tinggi bagi bangsa Indonesia, sehingga diakui dan dijadikan dasar
dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ø Mayarakat Kebudayaan, dan Pendidikan
Antara
kebudayaan, masyarakat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, dimana kebudayaan
dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Pendidikan merupakan usaha
manusia untuk memanusiakan dirinya, yaitu manusia yang berbudaya. Kebudayaan
itu sendiri dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan melalui pendidikan.
Ø Karakterisrik Lingkungan Pendidikan Nonformal
Lingkungan
pendidikan masyarakat seperti kursus, kelompok belajar, majelis taklim,
bimbingan tes, tergolong jalur pendidikan nonformal adapun karakteristiknya
antara lain : (a) secara faktual tujuan
pendidikannya lebih menekankan pada penegmbangan keterampilan praktis (b)
peserta didiknya bersifat heterogen (c) isi pendidikannya ada yang terprogram
secara tertulis (d) dapat terstruktur berjenjang dan berkesinambungan (e) waktu
pendidikan terjadwal secara ketat atau tidak terjadwal, lama pendidikannya
relatif singkat (f) cara pelaksanaan pendidikan mungkin bersifat artificial mungkin pula bersifat wajar,(g)
evaluasi pendidikan mungkin dilaksanakan secara sistematis dapat pula tidak
sistematis. (h) credential mungkin
ada dan mungkin pula tidak ada.
4. Hubungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pada masyarakat tradisional pendidikan cukup dilaksanakan
dilingkungan keluarga dan masyarakat saja. Akan tetapi dalam masyarakat modern,
keluarga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan dan aspirasi pendidikan bagi
anak-anaknya, baik menyangkut pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk
melaksanakan perannya dalam masyarakat.
Dengan demikian, sekolah dan masyarakat berfungsi untuk melengkapi pendidikan
yang tidak bisa diberikan keluarga. Namun demikian, tidak berarti bahwa
keluarga dapat melepaskan tanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya. Keluarga
diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pendidikan di sekolah dan
masyarakat.
Peserta didik di sekolah berasal dari berbagai keluarga
dengan latar belakang sosial budayanya masing-masing. Sekolah mendapat mandat
tugas dan tanggung jawab pendidikan oleh para orang tua dan masyarakat. Sebab
itu, pendidikan disekolah tidak boleh berjalan sendiri tanpa memperhatikan
aspirasi keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan pendidikannya, sekolah
perlu bekerja sama dengan para orang tua peserta didik dan dan berperannya Komite
Sekolah.
Dewasa ini, sekalipun
sekolah adalah, tetapi sekolah tidak mampu memberikan keseluruhan kebutuhan
pendidikan bagi peserta didiknya, juga belum (tidak) mampu menampung seluruh
anak usia sekolah. Karena itu, pendidikan disekolah perlu dilengkapi, ditambah
dan dikembangkan melalui pendidkan di dalam lingkungan masyarakat. Bahkan dalam
konteks wajib belajar sembilan tahun, pendidikan di dalam masyarakat seperti
kejar paket A dan kejar paket B merupakan penggati pendidikan SD dan SMP.
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Kadir,dkk.2012. Dasar-DasarPendidikan.Jakarta. KencanaPrenada Media Grup.
Din Wahyudin,dkk.2007. PengantarPendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka
Drs.UyohSadulloh. M.Pd,dkk. 2013.Pedagogik (IlmuMendidik). Bandung. Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA
Abd.Kadir,dkk.2012. Dasar-DasarPendidikan.Jakarta. KencanaPrenada Media Grup.
Din Wahyudin,dkk.2007. PengantarPendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka
Drs.UyohSadulloh. M.Pd,dkk. 2013.Pedagogik (IlmuMendidik). Bandung. Alfabeta
lingkungan pendidikan
0 Response to "lingkungan pendidikan"
Post a Comment