pengertian pedagogik
Friday, 25 March 2016
Add Comment
PENGERTIAN PEDAGOGIK
A. Pengertian Pedagogik
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana
ia harus mendidik anak. Guru bukan hanya sekadar terampil dalam menyampaikan
bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak,
mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak.
Pedagogik adalah ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana
sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam
mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Pada bagian ini akan
dibahas pengertian pedagogik, pendidikan dalam arti khusus dan dalam arti luas.
Pendidikan mengandung tiga aspek yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
1.
Pendidikan Dalam Arti Khusus
Pedagogik, berasal dari kata Yunani “
paedos “, yang berarti anak laki-laki, dan “agogos“ artinya mengantar,
membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada
jaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian
secara kiasan adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup
tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveled (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia
kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.” Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik anak.
Langeveld (1980) membedakan istilah
“pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu
pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan,
suatu pemikiran bagaimana kita membimbing dan mendidik anak. Sedangkan istilah
pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut
kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
Pedagogik merupakan suatu teori yang
secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya tentang
hakikat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses
pendidikan. Tetapi keduanya antara pedagogi dan pedagogik tidak dapat
dipisahkan secara jelas, keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan,
saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Dalam bahasa Inggris kata yang
berhubungan dengan pedagogik, yaitu pendidikan dengan menggunakan perkataan
“education”.Sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks
pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal
tersebut. Kata education berhubungan dengan kata Latin “educere” yang berarti
mengeluarkan suatu kemampuan” (e = keluar, ducere = memimpin), jadi berarti
membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan di dalam diri
anak.
Kemudian pendidikan dapat diartikan
secara khusus dan secara luas. Dalam pengertian secara khusus pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk
mencapai kedewasaannya (Langeveld). Dalam bukunya Ahmadi dan Uhbiyati (2001)
mengemukan beberapa definisi pendidikan menurut para tokoh diantaranya :
a) Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam
dan sesama manusia.
b) Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
c) Langeveld : Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai
kedewasaan.
d) Bojonegoro : Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia
yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai
kedewasaan.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya
dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan
upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung
jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi,
Uhbiyati: 1991), bahwa :
a) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal
ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk
memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
b) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal
ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya
bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
c) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal
ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia
berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara
prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung
jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam
pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab membantu memanusiakan, membudayakan
dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah
dan ibu tersebut akan berakhir apabila anak menjadi dewasa, menjadi manusia
sempurna.
Dari uraian diatas pedagogik
pembahasannya terbatas kepada anak, jadi yang menjadi objek kajian pedagogik
adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa,
menurut Langeveld disebut “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut
pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik
dalam hal ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti
orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup
mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
2.
Pendidikan Dalam Arti Luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan
usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung
sepanjang hayat. Henderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu
proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia lahir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan
memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan
mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian-pengertian pendidikan
diatas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan :
1) Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah
dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang
ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu
konsekuensi dari pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak
identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
2) Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
semua manusia : tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan tanggung jawab
pemerintah.
3) Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena
dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang
mengkajinya disebut “andragogi” yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan
“agogos”. Dalam bahasa Yunani “andr” berarti orang dewasa dan “agogos’ berarti memimpin
atau mendidik.Knowles (1980) mendefinisikan andragogi sebagai ilmu atau seni
dalam membantu warga belajar.Berbeda dengan pedagogik yang dapat diartikan
sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak.
Orang dewasa, tidak hanya dilihat dari
segi biologis semata, melainkan dari segi sosial dan psikologis. Secara
biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah mampu melakukan
reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia melakukan
peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara
psikologis, seseorang dikatakan dewasa bila ia telah memiliki tanggung jawab
terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
Andragogik adalah suatu model proses
pembelajaran peserta didik dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu
membantu warga belajar untuk :
a) Mengidentifikasi kebutuhan.
b) Merumuskan tujuan belajar.
c) Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan
penyusunan pengalaman belajar.
d) Ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar.
3.
Mendidik, Mengajar, Melatih
Pada hakekatnya pendidikan mengandung
tiga unsur yaitu mendidik, mengajar dan melatih.Ketiga istilah tersebut
memiliki pengertian yang berbeda. Tetapi secara sepintas mungkin menurut orang
awam dianggap sama pengertiannya. Dalam praktek sehari-hari dilapangan kita sering
mendengar kata-kata seperti: pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan
olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran dan pelatihan
kemiliteran.
Dalam bahasa sehari-hari kita juga
sering mendengar kata-kata lain yang sering digunakan memelihara anak dan
mengurus anak.Memelihara anak dapat diartikan memberi perlindungan kepada anak
supaya lestari hidupnya. Perkataan demikian kadang-kadang dihubungkan dengan
perkataan memelihara ayam, memelihara anjing, memelihara ternak. Oleh karena
itu sebaiknya jangan dipakai kepada anak. Mendidik menurut Darji Darmodiharjo
menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati
nurani, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan sebagainya.
Mengajar berarti memberi pelajaran
tentang ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya, atau
disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak
berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Pengajaran atau pendidikan
intelektual marupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran
mempunyai arti lebih sempit dari pendidikan.
Lebih sempit lagi perkataan latihan,
seperti latihan menggambar, latihan membaca dan menulis, latihan naik sepeda,
latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah usaha untuk memperoleh
keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi
mekanisasi atau pembiasaan.
Tujuan dari ketiga jenis kegiatan itu
juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, terintegrasi,
yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa.
Tujuan pengajaran yang bersifat intelek
anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir
seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir
logis, kritis, objektif, sistematis, analitis, integratif dan inovatif.
Tujuan latihan ialah untuk memperoleh
keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang
berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula
membantu proses belajar.
Jika kita perhatikan, kita temukan
gejala mendidik dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak (yang belum
dewasa), tetapi tidak setiap pergaulan dengan orang dewasa dan anak mengandung
arti mendidik, seperti bila seorang yang sedang berusaha supaya dagangannya
laku dibeli oleh anak sekolah.Bahkan pergaulan antara anak dengan orang dewasa
kadang-kadang tidak membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya ada
orang dewasa yang menjual gambar-gambar porno kepada anak-anak.Pendidikan hanya
ditujukan terhadap anak yang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai
kedewasaan dengan tujuan yang positif dan konstruktif, supaya anak mencapai
kedewasaan.Jika tujuannya negatif dan tidak konstruktif bahkan destruktif hal
itu tidak dikatakan pendidikan, tetapi disebut “demagogi”.
Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai
kedewasaan, oleh Hoogveld diartikan "agar dapat melaksanakan tugas
hidupnya secara mandiri". Kedewasaan menurut Langeveld diartikan sebagai
"kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab
sendiri".
Anak hidup dalam berbagai situasi yang
mengandung segala kemungkinan; karena itu ia selalu memperoleh pengaruh oleh
berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat secara luas dan pengaruh alam
sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku yang dibaca anak, film yang
dilihatnya, kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang
mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap perkembangannya. Tetapi segala
pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif, tidak dapat
disebut pendidikan.Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh positif disebut
pendidikan, pendapat itu dapat disebut "Panpedagogisme". Pendidikan
dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan
oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa; dan pengaruh tersebut harus
bersifat positif dan konstruktif.
B. Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia
Pendidikan merupakan suatu keharusan
bagi manusia karena pada hakikatnya
manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat
berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri. Manusia pada saat lahir
sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya, karena itu pendidikan merupakan
bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia.Pada hakekatnya anak merupakan
titipan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya,
membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab, terutama
tanggung jawab moral.
Pendidikan tidak saja berusaha
melimpahkan segala milik kebudayaan dari generasi sepanjang masa kepada
generasi muda, melainkan juga berusaha agar generasi yang akan datang dapat
mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan ketaraf yang lebih tinggi. Dengan
insting yang ada pada manusia hanya merupakan modal pokok kemampuan yang permulaan,
yang memungkinkan manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya.
Lebih tinggi lagi cita-cita manusia
sebagai individu menginginkan kehidupan ukhrawi yang baik, karena ia percaya,
bahwa setelah kehidupan duniawi, masih ada kehidupan lanjut alam rokhani. Dalam
rangka seluruh kegiatan pendidikan, pendidikan perlu memperhatikan segi-segi
kehidupan moral, religi dan kesehatan jiwa. Kadang-kadang usaha pendidikan
spiritual itu dapat hambatan atau gangguan dari munculnya nafsu dari instingnya
primitif. Oleh karena itu pendidikan membantu seorang individu dapat mengatasi
segala permasalahan hidup, mengatasi jenis konflik kejiwaan, meningkatkan
kemampuan individu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dengan segala
jenis masalah kesulitan dan perubahan nilai-nilai.
Manusia tidak saja hidup sebagai
individu yang mempunyai kebebasan dan hak-haknya sebagai individu, namun
manusia hidup pula dalam ikatan kerja sama dengan sesama manusia yang disebut
kehidupan bermasyarakat. Pendidikan dalam prakteknya berbentuk pergaulan antara
pendidik dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan
pendidikan yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma susila dan
sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma tersebut. Proses
mempengaruhi adalah proses psiko social yang berlangsung antara individu yang
satu dengan individu yang lain karena manusia adalah makhluk sosial.
Menurut Jan Ligthart pendidikan itu
didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan
kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak karena
sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak. Lagi
pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu
dua tahun.Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai
kedewasaannya.
Mendidik sebagai proses terdapat dalam
pergaulan antara pendidik dan anak didik. Kedua individu terlibat dalam suatu
hubungan sosial yang dinamis dan sifatnya dipengaruhi dan mempengaruhi secara
timbal baik dan saling mengikat. Hasil
pendidikan bukan saja bergantung kepada pendidik, melainkan juga bergantung
kepada kondisi dan situasi anak didik sendiri. Bila anak didik tidak mengadakan
respons atau reaksi yang positif, aktif dan komunikatif serta kooperatif, usaha
pendidik tidak akan banyak hasilnya. Jika sebaliknya maka pendidik juga dapat
bereaksi negatif. Tetapi bila anak mengadakan reaksi, sangat bergantung kepada
sikap pendidiknya.
Dari pemaparan diatas, dikatakan bahwa
proses pendidikan terjadi dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik, yang
melibatkan kedua pihak dalam suatu proses dinamika social-psikologi secara
timbal balik. Dalam kegiatan keterlibatan antara pendidik dan anak didik
sebagai proses pendidikan, terdapat suatu sistem saling mengikat, untuk
mencapai suatu tujuan, yang sering dirumuskan sebagai pencapaian kedewasaan
pada anak didik.
C. Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
Teori pendidikan pada hakikatnya sangat
penting karena pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan
oleh manusia, memiliki lapangan yang sangat luas. Pendidikan sebagai suatu
kegiatan manusia, dapat kita amati sebagai suatu praktek dalam kehidupannya,
seperti halnya dengan kegiatan manusia yang lain misalnya kegiatan dalam
ekonomi, kegiatan dalam hukum, beragama dan sebagainya. Disamping itupula kita
dapat mengkaji pendidikan secara akademik, baik secara empirik (pengalaman),
yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya, maupun dengan
renungan-renungan, yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu lingkup
yang lebih luas. Hal yang pertama dapat disebut praktek pendidikan, sedangkan
yang kedua disebut teori pendidikan.
Antara teori dan praktek pendidikan
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki hubungan
komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lainnya. Seperti
misalnya pelaksanaan pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah,
pendidikan di masyarakat, sehingga dapat dijadikan sumber dalam menyusun teori pendidikan.Begitu
sebaliknya suatu teori pendidikan sangat bermanfaat sebagai suatu pedoman dalam
melaksanakan praktek pendidikan.
Dalam prakteknya, memang ada orang yang
tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, namun ia berhasil
membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi, seorang ahli teori
pendidikan belum dapat dijamin bahwa ia akan menjadi pendidik yang baik, belum
dapat dijamin ia akan berhasil mendidik anaknya sendiri. Namun dari kasus
diatas, jangan dijadikan alasan bahwa tidak perlu atau tidak ada manfaatnya
apabila kita mempelajari teori pendidikan.Dalam hal ini J.H Gunning (Belanda)
pernah mengemukakan bahwa “teori tanpa praktek merupakan perbuatan yang amat
istimewa (genius), sebaliknya praktek tanpa teori bagi orang gila dan penjahat.
Namun menurut Gunning bagi kebanyakan pendidik perlu paduan mesra dari keduanya
(teori dan praktek).
Teori pendidikan (dalam hal ini
pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan
Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang
mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Sebab kalau tidak dibekali
teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan oleh
Gunning.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu
dipelajari, karena akan memberikan beberapa manfaat :
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta
tujuan mana yang akan dicapai.
b. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi
kesalahan-kesalahan dalam praktek, karena dengan memahami teori pendidikan,
seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,
walaupun teori tersebut bukan suatu resep yang jitu.
c. Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, sampai dimana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas
dalam pendidikan.
Melaksanakan pendidikan merupakan tugas moril yang tidak
ringan. Ini berarti bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak
disengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap sepeleh. Itikad baik
pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.
Pada umumnya kesalahan-kesalahan teknis
dalam mendidik dengan akibat-akibat yang merugikan, tidak sukar dibetulkan atau
dikoreksi. Bentuk kesalahan mendidik yang kedua, ialah kesalahan yang bersumber
pada kepribadian pendidik sendiri, kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena
mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah dan untuk memperbaiki
kepribadian dan prilakunya memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutan
serta memakan waktu yang lama.
Kesalahan mendidik yang ketiga ialah
kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik
kurang menyadari bahwa kesalahannya dapat mempunyai akibat yang mendalam pada
anak didik. Sebagai contohnya pada umumnya orang tua kurang menyadari, bahwa
lima tahun yang pertama dalam kehidupan anak, merupakan dasar bagi perkembangan
kejiwaan dan nasib kehidupan selanjutnya, banyak orang tua mengira bahwa proses
mendidik itu harus dilakukan dengan banyak memberi nasihat dan sebagainya.
Dalam mempelajari teori pendidikan
yaitu teori tentang membimbing dan memperbaiki anak didik adalah cara yang
paling praktis.
D. Pendidikan Dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup mikro
artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil, dan pendidikan
dalam ruang lingkup makro, mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala
besar. Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya
seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup
pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut
melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).
Disamping kita mengkaji pendidikan
dalam skala luas, kita bias mempelajari pendidikan dalam skala kecil, misalnya
pendidikan dalam keluarga saja, pendidikan di sekolah saja, hal tersebut
merupakan suatu kajian pendidikan dalam skala mikro (kecil).
Pengelompokkan kajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut
dapat dilihat dari dua segi, yaitu : 1) Manusia sebagai individu dan sebagai
anggota masyarakat dan 2) Tanggung jawab
pendidikan.
1. Manusia
Sebagai Individu dan Sebagai Anggota Masyarakat
Manusia sebagai individu pada
hakikatnya hidup bersama-sama di masyarakat, hidup bersama dengan orang banyak
diluar dirinya. Antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, Havigurst mengatakan bahwa manusia tidak akan
menjadi manusia kalau ia tidak hidup bersama dengan dan dalam masyarakat. Pendidikan
individual termsuk ke dalam ruang lingkup mikro. Hal ini terutama terjadi dalam
lingkungan keluarga
Pendidikan kelompok yakni pendidikan
yang dilaksanakan dalam kelompok misalnya pendidikan di sekolah, pendidikan
pramuka, dan sebagainya.Dalam bentuk makro, seperti telah dikemukan di atas
dapt dijumpai di lingkungan sekolah.
Alasan mengapa sampai menyelenggarakan
pendidikan sekolah atau yang disebut pendidikan formal, baik pemerintah maupun
swasta ini disebabkan karena :
1) Orang tua yang kurang mampu memberikan pendidikan lanjutan
setelah pendidikan di keluarga.
2) Pendidikan sekolah relative lebih mahal dibandingkan dengan
pendidikan keluarga, karena dalam pelaksanaannya menggunakan tenaga ahli
beserta alat-alat pendidikannya.
3) Sudah waktunya anak-anak yang tergolong dalam kelompok umur
sekolah yang diberikan pendidikan dalam kelompok, karena anak tersebut sudah
mulai belajar hidup bermasyarakat.
4) Belajar dalam kelompok berbagai ilmu dan menyelesaikan tugas
lebih jauh efisien dari pada belajar individual.
Pendidikan sekolah sebagai suatu sistem
merupakan suatu investasi jangka panjang untuk mengembangkan sumber daya
manusia serta menyiapkan barisan bekerja yang dibutuhkan untuk menempati
berbagai jabatan dan fungsi dalam masyarakat yang akan dating. Hal itu sangat
erat hubungannya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja bangsa Indonesia
sehingga Indonesia akan dapat menaikan pendapatan pertahun kapita.
DAFTAR PUSTAKA
Priyatno, 2009.Dasar teori dan
praktis pendidikan. Padang. Grasindo
Sadulloh, Uyoh. 2004. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung:
Alfabeta
Tim Pengembang Ilmu
pendidikan. 2007. Ilmu dan aplikasi
pendidikan. Bandung. IMTIMA#pengertian pedagogik
0 Response to "pengertian pedagogik "
Post a Comment